Mohon tunggu...
A.A Ketut Jelantik
A.A Ketut Jelantik Mohon Tunggu... Penulis - Pengawas Sekolah

Pernah bekerja sebagai wartawan di Kelompok Media Bali Post, menulis artikel di sejumlah media cetak baik lokal maupun Nasional, Redaktur Buletin Gita Mandala Karya Utama yang diterbitkan APSI Bali, Menulis Buku-buku Manajamen Pendidikan, Editor Jurnal APSI Bali, dan hingga saat ini masih ditugaskan sebagai Pengawas Sekolah Jenjang SMP di Kabupaten Bangli-Bali serta Fasilitator Sekolah Penggerak angkatan 3

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Kesadaran Profesi Melalui Komunitas Belajar

18 Mei 2023   07:45 Diperbarui: 18 Mei 2023   07:48 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komuntas Belajar Bentuk Kolaboratif Guru dan Tendik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. ( Koleksi Pribadi)

Tantangan utama yang dihadapi guru saat ini adalah membangun kesadaran professional dalam rangka memberikan layanan kepada siswa. Kesadaran professional akan menggiring guru untuk mampu menciptakan suasana, dan iklim pembelajaran yang  sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Selain itu, kesadaran professional juga akan menjadi episentrum guru untuk melakukan tindakan reflektif atas apa yang telah dilakukan. Hasil refleksi tersebut akan menjadi fondasi kuat bagi guru untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat dan sekaligus ladang persemaian bagi bertumbuhnya motivasi guru untuk secara konsisten mengembangkan kompetensinya.

Selama ini banyak "kanal" yang telah diikuti  guru dalam upaya pengembangan kompetensi professional dan pedagogiknya. Mulai dari In House Training ( IHT), pada kegiatan di Kelompok Kerja Guru ( KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP) seminar ilmiah dan lain sebagainya. Namun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan cenderung pada upaya pemenuhan kebutuhan guru baik dalam pengembangan karir maupun dalam upaya mempermudah cara kerja. Misalnya kegiatan dalam bentuk penyusunan soal bersama, penyusunan perangkat pembelajaran atau bahkan membahas hal-hal di luar konteks pengembangan profesi. Jarang bahkan mungkin belum ada kegiatan yang dilakukan guru dalam forum sebagaimana yang disampaikan di atas yang fokus pada pemenuhan kebutuhan siswa. Misalnya, bagaimana cara menyampaikan materi yang dimata siswa sangat menantang  atau bagaimana mengetahui kemampuan awal siswa untuk mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran terdiferensiasi.

Bentuk kegiatan tersebut tidak salah atau dilarang. Bahkan wajib dilakukan oleh guru dalam rangka menambah wawasan. Namun sejalan dengan implementasi pembelajaran terdiferensiasi yakni proses pembelajaran yang berpusat pada  kebutuhan siswa,  maka hendaknya upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam hal memaksimalkan pembelajaran yang fokus pada kebutuhan siswa harus menjadi prioritas. Berpijak dari kondisi tersebut, maka sejalan dengan semarak merdeka belajar, Kemendikbud Ristek melalui program sekolah penggerak menginisiasi pembentukan Komunitas Belajar ( Kombel) di masing-masing satuan pendidikan atau sekolah.

Komunitas Belajar ( Kombel ) merupakan sekelompok Pendidik  atau Tenaga Kependidikan  (PTK) yang belajar bersama dan berkolaborasi secara berkelanjutan dengan tujuan yang jelas dan terukur untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.  Jadi dari definisi tersebut sangat jelas bahwa komunitas belajar berbeda dengan kegiatan-kegiatan yang selama ini dilakukan oleh guru maupun tenaga kependidikan lainnya. Fokus komunitas belajar mencakup tiga hal yakni: fokus pada pembelajaran, membudayakan kolaborasi dan tanggungjawab bersama serta berorientasi pada hasil belajar.

Landasan pengembangan komunitas belajar yang digagas Kemendikbud Ristek mengacu pada teori PLCs ( Professional Learning Communities ) yang dikembangkan Richard Dufour  dalam bukunya yang berjudul The School Leader's Guide to Professional Learning Communities at Work. Ada empat pertanyaan reflektif sebagai fondasi dalam pengembangan komunitas belajar di sekolah agar fokus pada pembelajaran. Empat pertanyaan besar tersebut jika ditelaah lebih lanjut  dinilai akan memberikan warna tersendiri dan sekaligus bentuk revitalisasi fungsi komunitas belajar yang sesuai dengan program merdeka belajar. Pertanyaan pertanyaan tersebut (1) Apa yang diharapkan dipelajari siswa ? (2) Bagaimana mengetahui jika siswa telah belajar ? (3) Bagaimana jika siswa tidak mau belajar? serta (4) Apa respon yang diberikan jika siswa telah mahir?

Jawaban dari empat pertanyaan besar tersebut mengisyaratkan bahwa komunitas belajar yang dibentuk di sekolah hendaknya difokuskan pada masalah pembelajaran. Bukan pada masalah lain. Untuk itu, guru harus mengetahui potensi dan kebutuhan belajar siswa serta bagaimana guru menyiapkan diri dan sekaligus piranti pendukungnya. Selanjutnya, guru juga harus kompeten untuk mengembangkan potensi yang dimiliki tersebut dan sekaligus memberikan wadah sehingga potensi yang dimiliki siswa menjadi kekuatan besar pembentuk karakter mereka. Jika dikaitkan dengan komunitas belajar maka jawaban dari pertanyaan tersebut mengandung filosofi bahwa anak-anak --siswa- adalah pribadi yang sifat kodrati masing-masing. Mereka memiliki cara yang berbeda untuk menemukan sesuatu. Maka tugas guru adalah memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi mereka untuk berkembang sesuai kodratinya tersebut. Dengan demikian, mereka bukan saja akan berkembang sesuai dengan bakat minat dan potensinya, namun juga memiliki karakter yang kuat.

Komunitas belajar di sekolah juga harus dijadikan sebagai kanal bagi guru dan tenaga kependidikan untuk mengembangkan budaya kolaborasi. Guru dan Tendik adalah mahluk sosial. Mereka tumbuh dan berkembang beriringan dengan dinamika yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Bahkan acapkali kompetensi mereka ditempa oleh kondisi di sekitarnya. Sekali lagi kehidupan guru dan Tendik  bukan di ruang hampa yang kedap perubahan. Dalam konteks ini maka Komunitas belajar akan menjadi ajang bagi guru untuk menempa pengalaman professional melalui kegiatan berbagai praktik baik, menyelesaikan diskurus tentang peningkatan kualitas pembelajaran di kelas. Dalam kaitanya dengan hal tersebut maka komunitas belajar yang berdampak dan efektif ditandai dengan beberapa hal diantaranya ; fokus pada upaya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa, atau merencanakan pembelajaran dari materi yang paling menantang siswa, topik yang dibahas ditetapkan secara bersama oleh guru sesuai kebutuhan, fokus diskusi pada murid, murid dan murid, tercipatanya suasana kesetaraan sehingga semua guru bisa terlibat aktif dalam diskusi serta adanya kesepakatan terhadap nilai-nilai yang disepakati secara kolektif. Yang juga perlu diperhatikan bahwa komunitas belajar di sekolah tidak identik dengan pelatihan yang digagas untuk memenuhi kebutuhan peningkatan karir guru atau tendik.

Komunitas belajar di sekolah harus dikelola dengan baik. Sebab komunitas belajar dibentuk bukan saja dalam rangka peningkatan kapasitas guru dan tenaga pendidikan yang lebih professional dan kompeten, namun juga memiliki tujuan utama yakni berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Dalam kontek ini maka siklus pelaksanaan komunitas belajar di sekolah harus dimulai dari refleksi awal untuk mengidentifikasi permasalahan apa yang sesungguhnya terjadi. Permasalahan bisa saja dalam bentuk hasil belajar yang belum sesuai dengan harapan, tantangan dalam memahami materi bahkan bisa saja kendala lain. Hasil identifikasi tersebut selanjutnya secara kolaboratif  dijadikan bahan untuk menyusun perencanaan program untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul. Selanjutnya, dokumen perencanaan tersebut diimplementasikan sebagai upaya untuk menjawab permasalahan yang sebelumnya telah teridentifikasi. Evaluasi oleh anggota komunitas menjadi hal krusial yang harus dilakukan. Evaluasi dilakukan dalam rangka menilai efektivitas aksi yang telah dikerjakan dan sekaligus juga sebagai bahan untuk melakukan refleksi.

Komunitas belajar fokus pada upaya untuk menyelesaikan berbagai permasalahan belajar yang dihadapi siswa. Oleh sebab itu guru dan tendik hendaknya menjadikan komunitas belajar sebagai wahana untuk menyelesaikan berbagai diskursus pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik secara kolaboratif. Komunitas belajar bukan saja dibentuk dalam rangka peningkatan kompetensi guru dan tendik, namun juga dalam rangka peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian, melalui komunitas belajar kesadaran professional guru akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan dinamika yang terjadi.

#SemarakMerdekaBelajar

#Hardiknas2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun