guru melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran  konvensional -- melalui tatap mula langsung-digantikan dengan pembelajaran jarak jauh.Â
Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia awal tahun 2020 lalu, telah mengubah caraPenggunaan piranti berbasis digital menjadi sebuah keniscayaan. Maka saat itulah muncul sejumlah teknik pembelajaran yang dianggap mampu mengatasi berbagai problematika yang terjadi. Selain blended learning, saat itu juga diperkenalkan Flipped Classroom. Pandemi sudah dilewati. Kita sudah kembali ke kondisi normal.Â
Pertanyaanya sekarang adalah apakah flipped Classroom masih relevan untuk dijadikan salah satu alternative pembelajaran di kelas? Penulis akan mencoba untuk memberikan gambaran singkat tentang Flipped Class Room.
Flipped class room pertama dikenalkan J Wesley Baker sekitar tahun 2000-an. Dinilai memberikan manfaat yang signifikan, model pembelajaran inipun berkembang ke seluruh dunia termasuk di Indonesia. Karakteristik utama Model Pembelajaran Flipped classroom adalah mengurangi instruksi langsung guru kepada siswa saat penyampaian materi.Â
Materi disampaikan guru sebelum dilakukan tatap muka di kelas. Penyampaian materi bisa menggunakan tehnologi informasi baik dalam bentuk video, modul, atau bentuk lainnya.Â
Meski demikian pada dimensi lain memberikan ruang yang lebih luas bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir abad 21 yang dikenal dengan keterampilan 4 C.
Konsep flipped Class room, adalah mengubah/membalik paradigma lama proses pembelajaran yang dilakukan guru. Jika sebelumnya --baca cara konvensional- saat proses pembelajaran di kelas guru menyampaikan materi yang kemudian diikuti dengan pemberian assessment yang harus dikerjakan di rumah oleh siswa, maka dengan Flipped Class room konsep ini dibalik.Â
Siswa ditugaskan untuk mempelajari, memahami dan menjawab soal atau menyelesaikan tugas proyek yang diberikan di rumah. Selanjutnya ketika dilakukan tatap muka siswa ditugaskan untuk mempresentasikan hasil kerjanya, mendiskusikan permasalahan yang dihadapi bersama teman sejawat.Â
Jelasnya, selama kegiatan tatap muka tugas siswa  adalah menemukan konstruk baru, mempertajam analisis sebuah konsep serta mempraktekan apa yang dipelajari di rumah.Â
Singkatnya, Flipped Class room apa yang dilakukan pada kelas konvensional dikerjakan di rumah pun sebaliknya. Pekerjaan di rumah pada pembelajaran konvensional dikerjakan di kelas.
Kombinasi Teori Behaviorisme dengan Constructivisme
Meski memiliki persamaan dengan Blended Learning- sama-sama menggunakan tehnologi informasi- namun banyak kalangan menilai jika Flipped Class room lebih gampang diimplementasikan oleh guru.Â
Dalam Blended Learning garis batas antara teori belajar behaviorisme dan constructivisme berada di wilayah abu-abu alias tidak jelas dan tegas. Berbeda dengan flipped classroom yang memberikan gambaran yang sangat jelas dimana domain untuk implementasi teori belajar behaviorisme dan domain implementasi teori belajar constructivisme.Â
Segregasi ini memberikan pengaruh besar terhadap guru untuk mengimplementasikan flipped classroom. Pertama garis tegas aliran teori belajar pada Flipped Class room akan mempermudah guru untuk merancang dan menentukan set belajar.Â
Kedua, Fipped Class room bisa mengakomodir guru-guru yang memiliki kemampuan penguasaan tehnologi informasi tingkat dasar. Sebab, sumber belajar tidak mutlak harus berbasis realtime atau online.
 Lantas apakah keunggulan dan kelemahan MP Flipped Class room?
Sumber belajar utama MP Flipped Class room adalah Video, maka ketika siswa diberikan kesempatan untuk mempelajari materi, maka ada kesempatan untuk memutar ulang materi tersebut sehingga siswa dapat menyesuaikan irama pembelajaran dengan kemampuan, waktu yang tersedia serta suasana psikologisnya.Â
Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi di rumah maka secara tidak langsung siswa dituntut untuk belajar mandiri, rajin melakukan komunikasi dan berkolaborasi dengan teman sejawat.Â
Dengan demikian, proses pengembangan keterampilan abad 21 dengan 4 C akan berjalan. Selain itu, siswa juga dapat meminta bantuan orang tua atau kerabat yang lain untuk memahami materi mengingat materi bersifat terbuka.Â
Proses belajar bisa dilakukan dimana saja sepanjang tersedia piranti tehnologi digital seperti Gadget, Laptop maupun piranti lainnya yang dilengkapi dengan jaringan internet.
Video yang di"share" oleh guru selain bisa diambil dari berbagai sumber seperti Youtube, Rumah Belajar, juga bisa dibuat oleh guru. Maka dibutuhkan kemampuan guru untuk mengedit, membuat video yang sesuai dengan standar.Â
Nah, sepertinya pada titik inilah kelemahan sebagian guru kita. Jangankan membuat video, hanya sekedar download video dari sejumlah sumber mareka masih kalang kabut.Â
Pada dimensi lain, MP Flipped Classroom yang bergantung pada sumber pembelajaran sinkrone ( realtime/ online ) dan asinkron ( Luring ) mengharuskan siswa untuk memiliki piranti tehnologi komunikasi seperti gadget, laptop maupun lainnya untuk mampu mengakses sumber belajar. Namun fakta menunjukan belum semua siswa memiliki piranti tersebut.Â
Jikapun sebagian ada, namun akses internet  yang masih belum maksimal dipastikan akan menjadi kendala. Untuk mampu mengunduh video dibutuhkan internet yang stabil dan bekerkecepatan tinggi.
Menurut Adhitiya dkk (2015), langkah-langkah model pembelajaran dengan flipped class room adalah sebagai berikut: A. Persiapan: (1) Sebelum tatap muka guru memberikan materi dalam bentuk video pembelajaran, (2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (3) Guru menyampaikan secara garis besar materi yang akan dipelajari, (4) Memberi tugas siswa untuk membuat rangkuman dari video. B.Â
Kegiatan di kelas: (1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa, (2) Membahas video yang telah ditonton siswa dengan diskusi dan tanya jawab, (3) Melalui tanya jawab dengan siswa guru menguatkan konsep, (4) Guru memberikan latihan pemecahan masalah melalui LKS, (5) Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk menyelesaikan masalah (6) Peran guru saat diskusi adalah memfasilitasi siswa agar mampu menuliskan ide atau gagasannya terkait masalah yang diberikan, (7) Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan yang lain menanggapinya, (8) Guru memberikan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa, (9) Memberikan video pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.
Dalam perspektif konsepi dan mekanisme implementasinya, maka flipped class room masih sangat relevan untuk dilaksanakan dalam kondisi normal. Selain lebih konsen pada penguatan keterampilan abad 21, juga sangat kaya dengan pengembangan karakter yang sejalan dengan profil pelajar Pancasila yang merupakan ruh dari implementasi Kurikulum Merdeka.
Catatan sederhana tentang MP Flipped Class room ini tentu hanya menggambarkan bagian kecil dari model pembelajaran ini. Hal-hal yang lebih detail tentang MP ini silahkan digali lebih mendalam lagi melalui referensi dan berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh sejumlah akademisi. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H