Mohon tunggu...
A.A Ketut Jelantik
A.A Ketut Jelantik Mohon Tunggu... Penulis - Pengawas Sekolah

Pernah bekerja sebagai wartawan di Kelompok Media Bali Post, menulis artikel di sejumlah media cetak baik lokal maupun Nasional, Redaktur Buletin Gita Mandala Karya Utama yang diterbitkan APSI Bali, Menulis Buku-buku Manajamen Pendidikan, Editor Jurnal APSI Bali, dan hingga saat ini masih ditugaskan sebagai Pengawas Sekolah Jenjang SMP di Kabupaten Bangli-Bali serta Fasilitator Sekolah Penggerak angkatan 3

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kelas dan Pembelajaran Efektiv

17 Januari 2023   15:16 Diperbarui: 17 Januari 2023   15:34 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mengajar merupakan pekerjaan yang rumit dan komplek. Seorang guru selain harus memiliki kemampuan untuk memahami bidang ilmu yang diajarkan kepada siswanya melalui pedagogical knowledge, pada saat yang bersamaan dia harus mampu menggunakan metode, teknik atau strategi yang tepat. Jika kedua kemampuan ini tidak dilaksanakan oleh seorang guru, maka jangan berharap proses pembelajaran berjalan efektif.

Dalam berbagai riset ditemukan bahwa agar mampu menciptakan pembelajaran yang efektif, maka seorang guru harus memperhatikan lima komponen. Kelima komponen tersebut yakni: Iklim belajar ( learning climate), penilaian dan refleksi (classroom assessment and reflection), semangat belajar dan pelibatan siswa (instructional rigor and student engagement), relevansi (instructional relevan) serta pemahaman tentang materi yang diajarkan (knowledge of content )

Iklim belajar merupakan suasana yang yang diciptakan oleh guru untuk mendukung proses pembelajaran agar berjalan sesuai dengan setting yang telah ditetapkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menciptakan iklim belajar yang baik diantaranya ; guru harus mampu memotivasi siswa sehingga hasrat belajar bisa terkanalisasi dengan maksimal dan optimal, mendorong terciptanya suasana pembelajaran heterogen atau pembelajaran multikulutur, membudayakan penghargaan atau capaian siswa melalui perayaan pencapaian sekecil apapun itu, guru juga harus melibatkan siswa dalam penggunaan tehnologi dan sekaligus memberikan kesempatan kepada mereka untuk menilai efektivitasnya. 

Terciptanya iklim belajar yang baik termanivest melalui berkembangnya perilaku siswa yang bertanggungjawab atas apa yang dilakukan, memiliki kemauan dan kemampuan untuk berkolaborasi dengan teman, bersemangat untuk berprestasi dan mengangap kesalahan adalah hal wajar dalam sebuah proses belajar, tidak canggung terhadap perkembangan tehnologi, serta berani mengambil resiko atas apa yang diperbuat.

Penilaian dan refleksi, sebagai sebuah siklus dalam pembelajaran maka penilaian dan refleksi memiliki kontribusi yang sangat penting. Penilaian dan refleksi bukan saja sebagai sebuah wahana untuk menjustifikasi apakah proses pembelajaran telah sesuai dengan tujuan akhi,  namun juga sebagai sebuah mekanisme untuk mencatat berbagai permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran. 

Penilaian dan refleksi yang baik dicirikan dengan berkolaborasinya guru dengan siswa dalam mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan kemajuan belajar secara bertanggungjawab. Untuk itu guru harus mampu menggunakan berbagai metode yang sistematis  untuk mengukur pencapaian siswa. Hal yang tak kalah penting adalah guru harus memiliki informasi awal tentang pemahaman siswa terhadap materi yang akan disampaikan. 

Evaluasi harus dilaksanakan secara komprehensif dengan mengacu pada prinsip assessment as learning, assessment for learning serta assessment of learning. Selanjutnya, data hasil penilaian tersebut dijadikan pedoman untuk perbaikan proses pembelajaran sehingga siswa merasakan dampak dari penilaian yang dilakukan guru. Penilaian dan refleksi yang dilaksanakan tersebut hendaknya mengarahkan siswa untuk mampu menilai kemajuan pencapaiannya dan sekaligus melakukan refleksi atas berbagai permasalahan yang dihadapi. Selain itu siswa harus diarahkan untuk menjadikan capaian awal tersebut sebagai langkah untuk meningkatkan prestasi lebih lanjut.

Semangat belajar dan keterlibatan siswa. Siswa adalah sosok yang penuh dengan dinamika. Bahkan ada kecendrungan memiliki jiwa pendobrak, progressive, ambisius sekaligus resisten dengan lingkungan sekitar. Maka dalam kontek pembelajaran efektif, guru harus mampu memberikan kanal terhadap hasrat dan semangat belajar tersebut dengan tepat yang salah satunya adalah dengan memfasilitasi mereka dengan pembelajaran inkuiri melalui  keterampilan berpikir kritis, logis dan kreatif. Jiwa progressive harus sedapat mungkin diupayakan tersalurkan dengan baik melalui pembelajaran yang fokus pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Proses pembelajaran yang efektif merupakan herbarium bagi pengembangan keterampilan abad 21. Dengan demikian guru juga secara konsisten menjaga efektivitas setiap diskusi yang dilakukan dengan pertanyaan yang menantang dan sekaligus mengarahkan siswa untuk berpikir secara holistik, menggunakan beragam sumber belajar secara terintegrasi serta mendorong terciptanya pembelajaran yang bermakna. Manakala guru sudah mampu mendorong semangat belajar dan melibatkan seluruh siswa dalam sequel rencana pembelajaran secara efektif maka siswa akan menunjukan perilaku fokus pada kompetensi yang ingin diperoleh, peningkatan keterampilan membaca berbagai jenis teks, serta terbiasa dengan proses inkuiri dalam menyelesaikan berbagai permasalahan.

De Andrea &Gosling dalam Moloi (2004) menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses sosial dan individual. Pembelajaran membutuhkan konteks sosial dan akan memberikan dampak pada siswa. Guru harus bisa meyakinkan siswa bahwa belajar adalah kepentingan individu yang akan memberikan dampak sosial pada kehidupan masa depan mereka. Namun pada saat yang bersamaan guru harus memahami bahwa belajar adalah kegiatan sukarela sehingga guru tidak bisa memaksakan kehendak atas alur pembelajaran yang ditetapkan guru. Preferensi siswa terhadap satu hal berbeda. Siswa juga memiliki pemahaman, asumsi, nilai-nilai, hubungan sosial yang berbeda terhadap permasalahan yang dihadapi. Oleh sebab itu dalam kaitannya dengan pembelajaran yang efektif maka guru harus mendesain pembelajaran yang berupaya untuk memberdayakan mereka. 

Pemberdayaan dalam hal ini adalah proses pembelajaran yang mampu mendekatkan pengalaman nyata dengan materi, meningkatkan kesadaran bahwa dalam proses pembelajaran berbuat kesalahan adalah sebuah kelaziman. Pembelajaran yang relevan juga dicirikan dengan keberhasilan guru mengintegrasikan keterampilan abad 21 , serta mendayagunakan tehnologi informasi dalam proses pembelajaran. Ciri-ciri yang terlihat pada siswa ketika pembelajaran relevan dengan kebutuhan siswa diantaranya, siswa akan mempu berkolaborasi dengan teman-temannya dalam menyelesaikan permasalahan komplek, mampu menganalisis permasalahan dengan metode, teknik dan alat yang tepat, serta menyampaikan sesuatu berdasarkan bukti-bukti konkret.

Pemahaman Guru terhadap Materi. Meski dalam kontek merdeka belajar peran guru hanya sebagai fasilitator, bukan berarti guru diperbolehkan mengabaikan kedalaman pemahaman konsep, prinsip atau teori atas materi yang diajarkan. Justru dalam kontek merdeka belajar, peran guru harus mampu mengakselerasi pengintegrasian berbagai sumber belajar yang saat ini dengan sangat mudah bisa diperoleh siswa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun