Mohon tunggu...
A.A Ketut Jelantik
A.A Ketut Jelantik Mohon Tunggu... Penulis - Pengawas Sekolah

Pernah bekerja sebagai wartawan di Kelompok Media Bali Post, menulis artikel di sejumlah media cetak baik lokal maupun Nasional, Redaktur Buletin Gita Mandala Karya Utama yang diterbitkan APSI Bali, Menulis Buku-buku Manajamen Pendidikan, Editor Jurnal APSI Bali, dan hingga saat ini masih ditugaskan sebagai Pengawas Sekolah Jenjang SMP di Kabupaten Bangli-Bali serta Fasilitator Sekolah Penggerak angkatan 3

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Digitalisasi Pendidikan Sebuah Keniscayaan

15 Januari 2023   17:28 Diperbarui: 15 Januari 2023   17:29 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Global Paradox dan Megatrend 2020, buku karya John Naisbit dan Patricia Aburdene sempat menjadi best Seller  di tahun 2000-an. Buku ini bercerita tentang bagaimana tehnologi informasi digital akan mengubah seluruh tatanan kehidupan. melalui perubahan paradigmatis dalam kehidupan manusia sebagai dampak perkembangan sains dan tehnologi khususnya tehnologi informasi. Sejumlah Kecendrungan yang terjadi pada masyarakat abad 21 atau lebih dikenal dengan era Revolusi Industri 4.0 yakni: masyarakat padat pengetahuan ( knowledge society ) masyarakat informasi ( information society ) serta masyarakat jaringan ( network society ).

Sesungguhnya telah dipredikasi oleh John Naisbit dan Patricia Aburdene melalui bukunya Global Paradox dan Megatrend 2020. Masyarakat padat pengetahuan ditandai makin dominannya peran sains dan tehnologi dalam kehidupan masyarakat. Hal-hal yang sebelumnya bisa dilakukan secara konvensional, akan segera tergantikan dengan tehnologi. Perkembangan ini telah mengubah tatanan kehidupan sosial, ekonomi, budaya. Lanskape kehidupan masyarakat berubah. Masyarakat informasi akan mengubah paradigma masyarakat. Informasi berbasis tehnologi digital akan mendominasi arus lalu lintas komunikasi baik dalam perspektif personal, nasional bahkan global. Kondisi ini akan mengubah paradigma dan cara berpikir dan bertindak masyarakat. Hanya mereka yang mampu menguasai tehnologi informasi yang akan mampu memerankan dirinya dalam masyarakat hybrid ini .  Selanjutnya networking atau jaringan akan menjadi pengendali masyarakat. Hanya mereka yang mampu membangun jaringan atau networking yang kuat yang akan mampu berperan. Pendek kata di era revolusi industry 4.0,  pengetahuan, informasi dan jaringan akan menjadi modalitas utama yang harus dimiliki masyarakat. Dalam kontek ini maka, kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kemampuan digital masyarakat Indonesia melalui program Cakap Digital yang telah diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo menjadi sebuah keniscayaan.

Jumlah pengguna internet di Indonesia versi kementrian informasi dan komunikasi saat ini sebanyak 196,7 juta. Ini menunjukan bahwa internet merupakan salah satu kebutuhan bagi masyarakat Indonesia. Namun sayangnya, di tengah-tengah tingginya animo warga untuk menggunakan internet ternyata penyalahgunaan internet juga tinggi. Laporan tentang terjadinya cyber crime, berita hoax, perundunga, serta caci maki melalui media sosial hingga saat ini masih sering menghiasi berita-berita media mainstream maupun media online. Ini membuktikan jika etika warga netizen kita dalam penggunaan internet masih memprihatinkan.

Pengguna internet memang perlu dibekali dengan etika digital ( digital ethics) , keamanan digital( Digital safety ), keterampilan digital ( Digital skills) untuk membentuk pribadi yang berbudaya digital ( Digital culture ). Hal ini tentunya sebagai bentuk antisipasi terjadinya penyalahgunaan internet baik untuk kepentingan pribadi maupun kelompok yang memberikan implikasi sangat dahsyat di tengah masyarakat kita.

Berita hoax terbukti menjadi ancaman besar terhadap keutuhan berbangsa dan bernegara. Coba kita flashback selama kampanye Pilpres lalu. Betapa kita terpolarisasi dengan sangat tajam. Hoax nyaris saja meruntuhkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan kita. Politik identitas nyaris saja membuat kita terceraiberai. Ke depan kondisi ini tentu tidak bisa dibiarkan. Dalam perspektif kebanggsaan, maka program Indonesia Cakap Digital akan memiliki peran strategis.

Peluncuran Program Literasi Digital Nasional yang bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun , merupakan bukti betapa bangsa Indonesia bertekad untuk menjadikan tehnologi digital bukan saja sebagai sarana pemersatu bangsa, namun juga sebagai bagian dari upaya mengakselerasi pengembangan SDM digital yang mampu membaca peluang dalam berbagai pespektif kehidupan. Empat pilar utama yang menjadi titik sentral gerakan literasi digital nasional yakni: Digital Ethics; Digital Safety; Digital Skills; dan Digital Culture, diharapkan akan mampu menjadi pilar penyokong utama menuju Indonesia cakap gigital.*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun