Mohon tunggu...
A.A Ketut Jelantik
A.A Ketut Jelantik Mohon Tunggu... Penulis - Pengawas Sekolah

Pernah bekerja sebagai wartawan di Kelompok Media Bali Post, menulis artikel di sejumlah media cetak baik lokal maupun Nasional, Redaktur Buletin Gita Mandala Karya Utama yang diterbitkan APSI Bali, Menulis Buku-buku Manajamen Pendidikan, Editor Jurnal APSI Bali, dan hingga saat ini masih ditugaskan sebagai Pengawas Sekolah Jenjang SMP di Kabupaten Bangli-Bali serta Fasilitator Sekolah Penggerak angkatan 3

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tentang Wellbeing Students

14 Januari 2023   19:24 Diperbarui: 14 Januari 2023   19:33 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Wellbeing mengandung arti kesejahtera ( nomina). So, Wellbeing Student dapat diartikan sebagai kesejahteraan siswa. Terminologi ini mungkin menjadi salah satu term yang paling dicari paska munculnya kebijakan Kemendikbud tentang implementasi Kurikulum Merdeka.

Sesungguhnya bukan arti harfiah yang melatarbelakangi terminology Wellbeing Student membuat penasaran kalangan guru dan tenaga kependidikan. Namun lebih pada konsepsi yang ditawarkan. Konsepsi Wellbeing Student memiliki kesamaan dengan konsep dari ahli psikologi sekelas Maslow tentang aktualisasi diri serta Roger tentang seseorang merasa secara utuh berguna.( fully-functioning person)

Noble T and Mc Grath dalam bukunya berjudul The PROSPER School Pathways For Student Wellbeing: Policy and Practice menyebutkan untuk mampu mewujudkan wellbeing student maka dibutuhkan tujuh proses yakni: Positivity, Relationship, Outcome, Strenght, Purposes, engagment, serta Riselience ( PROSPER )

Positivity ; Selama pelaksanaan proses pembelajaran guru harus mampu menciptakan set pembelajaran yang mendorong tumbuh kembangnya aura positif dalam arti luas. 

Aura positif bukan saja akan menciptakan rasa aman, nyaman, namun juga menyebabkan pembelajaran penuh semangat. Relationship ; rasa nyaman, aman,penuh gairah belajar hanya akan berjalan maksimal ketika guru mampu membangun hubungan ( relasi ) antara seluruh pemangku kepentingan dan juga ekosistem pendidikan.

Outcome : Guru secara konsisten "menaburkan" semangat kepada siswa bahwa keberhasilan hanya tercapai dengan kerja keras, berlangsung secara terus menerus atau berkesinambungan. Strenght ; siswa adalah pribadi yang unik. 

Masing-masing memiliki karakter, kemampuan intelektual yang berbada. Untuk itu guru harus mampu memfasilitasi seluruh siswa agar memahami kekuatannya. Purpose ; guru terus menanamkan sikap optimis bagi siswanya. Bahwa proses pembelajaran akan menjadikan dirinya menjadi lebih baik dan mungkin menjadi orang hebat. 

Engagment; secara psikologis siswa harus merasa dan dilibatkan dalam proses pembelajaran. So, libatkan mereka. Berikan apresiasi sekecil apapun hasil yang diperoleh. Sedangkan Riselience ; guru harus secara konsisten menempa siswa agar  bisa membebaskan diri dari perilaku cengeng. Mereka harus memiliki daya tahan tinggi. Optimis dengan masa depan dan sekaligus memiliki daya lenting yang kuat. Selamat Mencoba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun