.. mungkin hal itu bukanlah harapan bagi setiap wanita pada saat dirinya ditakdirkan menjadi seorang istri tetapi kadangkala hal tersebut tidak dapat dielakkan dan perjalanan hidup yang mengalir mengkondisikan dirinya menjadi istri kedua.
"Jadi, dirimu tetap dengan keputusan itu, menerima dirinya menjadi suamimu" terdengar suara saudara perempuan dari mamaknya Jannah.
"Iya Wak.."lirih jawaban Jannah.
"Kamu tidak mau tahu bagaimana perasaan istri pertamanya"kembali terdengar suara wanita separuh baya yang dipanggil Jannah dengan sebutan "Mak tuo" itu.
"aku sudah ngomong dengen ayuk dan ayuk tidak keberatan, dia bahkan menyuruh aku secepatnyo menjawab lamaran kak Rusdi itu.."suara Jannah tersengal karena mata Mak tuonyo itu begitu tajam menatapnya.
"yo sudah... tapi jangan harap kau dapat restu dari aku..."bergelegar suara itu memecah malam yang sunyi, membuat hati Jannah seolah mengelepar, tetapi mau bagaimana lagi Jannah telah mengambil keputusan, dan seorang Jannah pantang surut dengan apa yang telah diputuskannya.
....
Dan ketika waktu telah ditetapkan, tanpa menundah lagi akad nikahpun berlangsung. Semuanya berjalan dengan lancar, meski tanpa pesta yang meriah dan tanpa restu Mak Tuo yang merupakan orang yang paling disegani dan dihormati dikeluarganya, Jannah resmi menjadi istri Pak Rusdi, salah satu pegawai kecamatan di kotanya. Selisih usia Pak Rusdi dengan Jannah cukup jauh, bahkan jika Rusdi menikah di usia 20 tahun bisa jadi anak pertamanya akan seusia dengan Jannah. Untungnya Rusdi menikah dengan istri pertamanya pada saat berusia 30 tahun sehingga sekarang usia anak pertamanya baru 17 tahun masih mudaan anaknya di banding Jannah yang usianya genap 27 tahun.
“Istriku, terimakasih atas semua yang telah kau berikan padaku malam ini”kata Pak Rusdi dengan suara selembut kapas kepada Jannah saat malam pertama dilalui dengan mulus. Muka Jannah yang memperlihatkan tanda-tanda baru menemukan pengalaman pertama dikerjai oleh seorang lelaki terlihat bersemu merah dan mengundang kembali minat Pak Rusdi untuk kembali bergumul di ranjang pengantin mereka.
Sudah dapat diduga kan, berapa ronde yang mereka habiskan malam itu. Yah, meski baru pertama kali ternyata Jannah cepat pandai mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh Pak Rusdi yang berpengalaman dalam berbagai gaya.
Terlihat wajah cerah Pak Rusdi, karena sejujurnya malam pertama Jannah dan malam kesekian buatnya itu sebenarnya sesuatu yang telah hampir sepuluh tahun tidak dirasakannya lagi semenjak istri pertamanya Nurlela mengindap penyakit kanker payudara. Dan dia, sesungguhnya pula dapat memaklumi jika pernikahan dengan Jannah itu atas restu Nurlela, istri pertamanya yang selama lebihkurang tujuh belas tahun mengiringi perjalanan hidupnya, baik senang maupun susah. Nurlela istri yang baik dan ibu yang jempolan buat anak-anaknya yang ada 4 orang itu.