Mohon tunggu...
Nyimas Herda
Nyimas Herda Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

aku adalah aku..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jilbabku, Syar'i Apa Nggak Ya?

29 Maret 2016   16:17 Diperbarui: 29 Maret 2016   16:32 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tadi, tak sengaja aku membaca tulisan dari salah satu temanku yang manis tentang jilbab.. dia membahas tentang istilah yang lagi ngetren di kalangan wanita berjilbab atau berhijab. Yaitu jilbab syar'i. Sebenarnya maksud dari syar'i itu apa ya... jadi ngubek-ngubek google deh mencari tahu. dan setelah sana sini situ akhirnya ketemu... oh syar'i itu berasal kata dari kata syari'at yaitu hukum yang telah dinyatakan dan ditetapkan oleh Allah sebagai peraturan hidup manusia untuk diimani, diikuti dan dilaksanakan oleh manusia di dalam kehidupannya... begitu.. ehya sumbernya ya disini.

Hemn... jadi ingat dulu waktu awal-awal berjilbab. Tahun ini sudah tahun 2016 ya... dulu aku mulai berjilbab tahun 1987, berarti sudah 29 tahun ya, jika itu diibaratkan anak manusia, tentu sudah cukup dewasa. Dan selepas baca soal jilbab yang syar'i tersebut dan juga setelah muter-muter baca tentang materi sejenis itu. Aku jadi melihati jilbabku.

Jilbabku bila dibilang sedikit tidak juga, karena aku sendiri sampai lupa berapa sebenarnya jumlah jilbabku. Apalagi jilbab tersebut sengaja atau tidak sengaja satu demi satu memenuhi lemariku dan hal tersebut sudah berlangsung 29 tahun. Ada juga beberapa yang sudah rusak karena di makan usia atau... hehehe jadi popok anak-anakku.

Jenis jilbabku macam-macam. ada yang segi empat lebar jika mau dijadiin selimut juga bisa.. (hehehehe) ada yang memanjang atau pasmina ya seperti kata Niken Satyawati, sohibku yang senyumnya manis itu dan yang membuat artikel yang menarik hatiku itu. dan ada juga yang kecil, mungil dan hanya bisa menutupi kepala sampai leher baju. Bahannyapun macam-macam.. ada yang dingin, jatuh.. (apalagi kalau dilempar dari atas ke bawah, tentu akan jatuh). ada juga yang tebal dan panas. Soal motip macam-macam juga, dan ada satu jilbab yang sampai hari ini aku tidak tahu gimana memakainya. Jilbab langsungan sih tapi untuk memakainya dibelit-belit begitu dan ada bentuk seperti Kopiah pada salah satu ujung jibabnya. Itu hadiah dari papanya anak-anak dulu dibeliin ketika kakanda masih tinggal di Jakarta dan pulang ke Palembang jika rindu menyerang.. hehehe. Dan karena tidak mengerti cara makainya, sekarang jadi mainan anakku yang cewek dijadikan gendongan bonekanya.. 

Lalu ? syar'i tidak sih jilbab yang kupakai ? lalu jika selama ini tidak syar'i wah, aku salahnya lama sekali ya, 29 tahun. Aku juga ingat dulu kadang-kadang jika cuaca sangat panas, aku hanya memakai semacam topi untuk menutupi rambutku dan di atasnya aku selempangkan selendang dan kulilitkan sedikit ke leher agar putihnya leherku dan kalung emasku tidak kelihatan.. hehehe.

Akupun teringat pada ibu-ibu pengajian yang suka lewat di depan rentalanku. Yah, jilbab mereka bagus-bagus dan rata-rata seperti yang aku lihat di artikelnya Niken itu. Ah, mereka tentu sangat senang ya, karena tentu jilbab Syar'i itu seperti itu. Hehehe, tetapi aku dulu sewaktu aku masih kuliah dan aku temenan sama anak padang yang orangtuanya ustaz. Waktu itu aku nunjuki sama dia, beberapa gambaranku, orang-orang berjilbab dan jilbabnya kugaya-gayakan begitu juga mode bajunya dan aku bilang, enaknya jilbab itu gini ya, modies. dia si upik, menunjukkan senyum manisnya.. dan bilang nanti kita ketemu mamakku ya. waduh kok lukisanku menuai keseriusan dia, tetapi aku ikuti saja.

dan setelah ketemu emaknya aku diberi masukan kalau jilbab itu jika bermode-mode macam begitu, bukan tidak boleh tetapi tidak mengikuti apa yang diperintahkan oleh Rasullallah. Wah sempet bingung juga aku.

Lalu gambarkupun dibahas. Gambar pertama, katanya tidak tepat, karena ada bunga yang terlalu besar di samping dahi, itu menunjukkan kalau wajah kita hendak/ berkeinginan dilihat orang padahal tujuan berjilbab itu agar kita aman, tidak menjadi pusat perhatian. Gambar pertama gugur. Gambar kedua,  hehehe.. bajunya kubuat ramping, si mamak bilang lagi. berjilbab dan berjubah itu agar lekuk-lekuk tubuh itu tidak terlihat dan aman dari fitnah ataupun menimbulkan keinginan yang jelek dari kaum lelaki. yaaah gugur lagi gambarku. Dan ketika melihat gambar ketiga, si mamak setuju tetapi si mamak bilang, jangan terlalu panjang sampai menyapu lantai. orang berjilbab juga butuh gerakan yang luwes, kalau seperti itu sulit berjalannya dan tentu akan sering tersandung. Lalu ketika aku nunjukki gambar keempat, gambar seperti penampilanku sehari-hari, si mamak tersenyum dan bilang, ini kamu ya.. aku ketawa.

Begitulah, setelah dapat masukan dari si mamak aku pulang. Sampai di rumah aku melihat ke penampilanku. Baju kemeja lengan panjang atau istilahnya tunik ya.. dan celana panjang dasar bukan jins, tidak ketat juga meski bukan lebar di bawah.. hehehe cupray.. lalu jilbabku segi empat. 

Hal terakhir saat itu yang kuingat, si mamak bilang, memakai jilbab itu berarti memakai pakaian yang bisa mengikuti apa yang diperintahkan rasul yaitu menutup aurat, jadi pakaiannya tidak perlu mewah yang penting menutupi depan belakang yang menonjol. Dan jangan berlebihan.

Hehehe.. sekarang, bagaimana dengan jilbabku ya.. Syar'i nggak ya.. sepertinya aku harus punya keyakinan.. meski mode jilbabku tidak seperti yang diistilahkan dengan jilbab Syar'i itu. aku yakin jilbabku telah memenuhi syarat. begitu juga dengan cara memakainya.. hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun