Mohon tunggu...
Ahmad Mutiul Alim
Ahmad Mutiul Alim Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Tertarik pada semua gejala sosial dan agama. Suka Travelling, Musik, dan Olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies Baswedan ‘Korban’ Revolusi Mental Sang Presiden

28 Juli 2016   11:05 Diperbarui: 28 Juli 2016   11:27 1556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada berita yang cukup mengejutkan selain masuknya Anies Baswedan dalam daftar menteri yang terkena reshuffle jilid II Kabinet Kerja, digantikan oleh rekannya sesama civitas akademika, Prof. Dr. Muhajir Effendy, seorang mantan rektor dari kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Anies, menteri professional yang berasal dari kalangan non-parpol ini berhasil membuat beberapa terobosan yang brilian, salah satunya adalah kebijakan Ujian Nasional (UN) bukan sebagai satu-satunya penentu kelulusan.

Saya tidak ingin menyikapi pergantian yang memang selain sudah lumrah, juga memang kaitannya dalam rangka menciptakan stabilitas politik pemerintahan. Namun, saya tertarik dengan sebuah obrolan hangat yang datang dari sebuah channel radio RRI Pro 3 kemarin sore (2/7). Dalam perbincangan yang berlangsung hampir 1 jam tersebut, terdapat 2 narasumber yang terdengar cukup mumpuni membahas seluk-beluk reshuffle. Pembicara pertama adalah Handoko, salah satu tim komunikasi Presiden Jokowi, sedangkan pembicara kedua adalah seorang ahli pendidikan. Tidak begitu jelas nama sang ahli pendidikan tersebut, yang jelas sang penyiar memanggilnya dengan sebutan Romo.

Membahas reshuffle, Romo mengatakan bahwa pergantian ini sama sekali bukan karena Anies tidak mampu dalam memegang posisinya sebagai Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas). Pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Paramadina, Anies tentu tahu bahwa yang dihadapi bukan lagi sebatas mahasiswa, melainkan berjuta-juta generasi bangsa mulai dari TK hingga SMA. Terlebih kompleksitas pendidikan menuntut seorang menteri pendidikan untuk bergerak cepat. Singkat cerita, dibalik pencopotan Anies terdapat satu ambisi besar yang masih belum pudar sejak kampanye sang presiden. Revolusi Mental.

‘Terlampau banyak guru di negeri ini yang bisa mengajar, namun sebaliknya tidak mampu mendidik’ demikian Romo menjelaskan. Romo menyebut bahwa Anies selama masa menjabatnya belum mampu memaksimalkan perannya sebagai Mendiknas, untuk menterjemahkan misi Revolusi Mental Presiden Jokowi. Revolusi Mental bukan hanya sebatas mengajar, namun juga mendidik, karena bangunan karakter menjadi harga mati ditengah krisis moral bangsa ini. Guru yang diharapkan mampu memberikan pendidikan karakter, menurut Romo sampai saat ini belum menjalankan perannya secara maksimal. Guru masih sebatas mengajar, memberikan materi pelajaran di kelas, dan lepas tanggung jawab selepas usai jam sekolah. Sedangkan di sisi lain siswa dituntut untuk mengejar sederet target nilai akademik. Tidak cukup mengejar nilai, guru dan siswa juga masih harus disibukkan oleh kurikulum yang berganti-ganti. Hingga akhirnya lupa bahwa terdapat pendidikan karakter yang harus diutamakan.

Pendidikan karakter menurut Romo merupakan warisan yang diturunkan oleh Ki Hajar Dewantara melalui Tut Wuri Handayani. Dalam Tut Wuri Handayani, terdapat 3 hal yang dituntut dari seorang guru yang dalam hal ini sebagai pendidik. Pertama, Ing Ngarsa Sung Tulada artinya pendidik harus memberikan contoh atau teladan yang baik. Kedua, Ing Madya Mangun Karsa artinya pendidik harus melakukan inovasi-inovasi di tengah-tengah siswa. Ketiga, Tut Wuri Handayani artinya seorang pendidik harus mampu memberikan motivasi dan dorongan terhadap siswa. Dari ketiga hal tersebut, hal yang paling mendasar menurut Romo adalah adanya sebuah tuntutan untuk melakukan pendidikan karakter, bukan target nilai Matematika, Fisika, dan lain sebagainya.

Solusi dari kekeliruan dalam menterjemahkan revolusi mental yang notabene berkaitan dengan penguatan karakter bangsa inilah menurut Romo dapat dilakukan dengan merestorasi peran guru kepada Tut Wuri Handayani tadi. Satu hal yang digarisbawahi oleh Romo bahwa kini sudah tidak ada lagi Sekolah Pendidikan Guru (SPG) –sekarang IKIP- yang dulu mengajarkan ilmu pedagogi bagi para guru. SPG pada jamannya cukup bagus untuk membentuk guru yang tidak hanya mengajar namun juga mendidik. Jika saja SPG bisa dibuka kembali oleh presiden, maka kasus semacam guru yang dilaporkan mencubit siswanya atau siswa dewasa ini yang terkesan manja dan rapuh dapat diatasi. Romo memandang bahwa untuk memperbaiki siswa, terlebih dahulu harus menggembleng para guru. Karena guru merupakan orang tua kedua bagi siswa.

Urgensi revolusi mental adalah menyiapkan bangsa ini dalam menghadapi era baru global. Salah satunya era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), di mana setiap orang atau kelompok masyarakat dituntut kreatif, inovatif, dan produktif bersaing dengan masyarakat dalam ruang lingkup yang lebih luas. Jika mental dan karakter saja masih lemah, bagaimana mau bersaing?

Akhirnya penunjukan Prof. Effendy menggantikan Anies Baswedan menurut Romo agar terjadi penterjemahan revolusi mental di tengah masyarakat. Handoko sebagai tim komunikasi presiden mengatakan bahwa reshuffle merupakan langkah penting Presiden Jokowi dalam mempercepat perekonomian bangsa yang saat ini sedang lesu di segala lini. Sisa jabatan 3 tahun, menurut Handoko bukan saatnya lagi dihabiskan untuk koordinasi, melainkan akselerasi dan implementasi.

Anies sekali lagi bukan sosok yang tidak mampu mengemban amanah sebagai Mendiknas, melainkan presiden ingin di sektor pendidikan terdapat percepatan implementasi revolusi mental, yang dalam hal ini diharapkan mampu diemban oleh Effendy. ‘Jika Indonesia tidak ingin jatuh terpuruk, maka jangan terlambat untuk tinggal landas’, demikian ungkapan Jokowi yang dikutip oleh Handoko.(Muti)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun