Tambak bandeng di pesisir Kabupaten Demak, Jawa Tengah, kembali terkena dampak abrasi yang semakin parah. Puluhan hektare tambak bandeng milik warga rusak akibat terkikisnya garis pantai, menyebabkan air laut masuk dan menggenangi tambak. Kejadian ini mengakibatkan ribuan ikan bandeng mati, dan para petambak mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah.Salah satu petambak, Bapak Maskan (56) mengatakan bahwa abrasi ini sudah terjadi selama beberapa tahun terakhir, tetapi dampaknya semakin buruk. “Dulu hanya sebagian kecil tambak yang terkena, tapi sekarang hampir semua tambak di daerah ini sudah terendam air laut. Ikan-ikan bandeng kami banyak yang mati karena kadar garam air tambak jadi terlalu tinggi,” keluhnya.Menurut para ahli, abrasi di kawasan pesisir Demak ini dipicu oleh rusaknya hutan mangrove yang sebelumnya berfungsi sebagai penahan alami terhadap ombak. Alih fungsi lahan dan pembangunan yang tidak terkendali turut mempercepat laju abrasi.
Pemerintah daerah setempat telah berupaya melakukan berbagai cara untuk menanggulangi masalah ini, salah satunya dengan melakukan penanaman kembali hutan mangrove di beberapa titik kritis. Namun, usaha tersebut belum cukup untuk mengatasi laju abrasi yang terus menggerus tambak-tambak warga.
Meski demikian, petambak tetap berharap adanya tindakan cepat dan bantuan nyata dari pemerintah, terutama dalam bentuk bantuan material dan dana untuk membangun kembali tambak yang rusak. Banyak dari mereka kini tidak bisa melanjutkan budi daya karena tambak yang terendam air laut tidak lagi bisa digunakan.
Jika abrasi tidak segera diatasi, dikhawatirkan tambak bandeng yang menjadi mata pencaharian utama warga pesisir akan hilang sepenuhnya, sehingga berdampak pada ekonomi masyarakat setempat.
Catatan: Abrasi pantai adalah fenomena pengikisan garis pantai akibat faktor alam, seperti gelombang laut yang kuat, atau akibat ulah manusia seperti deforestasi mangrove. Dalam kasus ini, abrasi menyebabkan air laut merusak tambak bandeng, mengganggu ekosistem budi daya dan perekonomian warga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H