Mohon tunggu...
Andi Nadya
Andi Nadya Mohon Tunggu... -

Anak Bekasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Metode Sentra, Bukan Metode Biasa!

16 Agustus 2014   17:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:23 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak adalah karunia titipan yang terindah dari Sang Maha Pencipta, yang harus kita didik dan jaga, sebagaimana segala yang dititipkan maka kelak jika diminta kembali oleh Sang Empunya, maka titipannya masih dalam keadaan fitrah yang telah kita rawat dan didik sesuai dengan Al Qur"an dan hadits.

Setiap anak adalah makhluk hidup yang unik dan spesial yang sangat membutuhkan perhatian khusus dari tiap individu.

Masing-masing anak terlahir didunia ini dengan latar belakang emosional, spiritual dan kondisi sosial yang beragam. Metode pendidikan lama memaksakan anak untuk menerima dan mengerjakan apa yang telah dibuat dan diprogram oleh guru untuk bahan ajarnya.

Guru menganggap dirinya yang paling tahu dan paling pintar, anak diharuskan mengerjakan tugas-tugas, sehingga mereka terbiasa hanya menjalankan apa yang diperintahkan. Jika anak banyak bertanya maka guru akan kesal dan menganggap anak tersebut bermasalah dan cerewet. Jika anak melakukan dan mengembangkan keingin tahuannya maka orang tua atau guru biasanya akan menyikapinya dengan kemarahan dan ancaman. Padahal hal ini adalah tantangan anak untuk belajar tentang sesuatu yang ingin diketahui. Seharusnya orang tua atau guru harus menyadiakan waktu dengan penuh kasih sayang untuk menjelaskan kepada anak.

Orang tua lebih sibuk bersosialisasi dengan teman gaul maupun teman kantornya, pendidikan dan pengawasan anak lebih banyak ditangani oleh pembantu ataupun baby sitter.

Pendidikan di Indonesia saat ini memang sangat menyedihkan. Anak dipaksa untuk berkompetisi mendapatkan nilai dan ranking terbaik dikelasnya. Karna jika anak ingin memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi maka akan dilihat nilai dan ranking anak tersebut.

Anak juga dibebani dengan membeli begitu banyak buku sebagai referensi dari guru, dan setiap hari pergi sekolah dengan membawa koper kecil yang berisi buku-buku yang sangat banyak dan berat.

Menurut teori Robert Mager :

Perilaku siswa berfokus pada apa yang dipelajari dan dilakukan oleh siswa. Kondisi perilaku tersebut menyatakan bagaimana perilaku tersebut akan dievaluasi atau diuji. Kriteria prestasi memerlukan tingkat prestasi yang diterima.

Ukuran kecerdasan anak hanya dilihat dari nilai tinggi ukuran keberhasilan sekolah berserta para pendidiknya diukur hanya dari tingkat kelulusan 100 persen.

Untuk masuk perguruan tinggi juga nilai anak-anak diharuskan tinggi dan ranking terbaik disekolahnya. Karna universitas negri hanya mau menerima siswa-siswa yang unggul dinilai. Berbagai macam cara dilakukan anak-anak untuk mendapatkan nilai tinggi. Dari cara halal sampai cara haram.

Metode sentra berusaha untuk mendobrak semuanya, dan mengubah paradigma pendidikan dan itu harus dilakukan sejak usia dini atau Golden Age. Metode sentra juga berlandaskan pendekatan Konstruktivis Sosial untuk mengajar, yaitu menekankan individu-individu secara aktif membangun pengetahuan dan pemahaman.

Menurut Piaget : membangun pengetahuan melalui transformasi, organisasi serta reorganisasi pengetahuan dan informasi sebelumnya. Guru harus memberikan dukungan kepada siswa untuk mengekslorasi dan mengembangkan pengetahuan.

Vygotsky berpendapat : membangun pengeahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Guru harus menciptakan banyakk peluang bagi siswa untuk belajar, membangun pengetahuan secara bersama-sama, baik dengan guru maupun dengan teman sebaya.

Perkembangan anak Menurut Erikson, terdapat delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas dan mengedepankan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan pengembangan potensi.

Berdasarkan teori taksonomi pengajaran pada Bloom yaitu:

*Ranah Kognitif :pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis , sintesis dan evaluasi.

*Ranah Afektif : menerima, merespon, menghargai, mengorganisasi dan menghayati nilai-nilai

*Ranah Psikomotor : Gerakan refleks, fundamental dasar, kemampuan persepsual, kemampuan fisik, gerakan yang terampil dan perilaku non-verbal

Metode sentra sangat tepat dalam mendidik tumbuh kembang anak. Dalam metode sentra kurikulim tidak berbasis klasikal tetapi diberikan secara klasik disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Jumlah murid dalam 1 kelaspun hanya 12 sampai 15 anak. Setiap hari guru harus menmbuat laporan multiple intelegences anak, setelah proses belajar selesai. Dan dituliskan dalam sebuah kartu khusus dibuat tabel, dan pada gilirannya nanti akan didiskusikan bersama orang tua. Seluruh potensi. Metode ini membangun kecerdasan jamak secara bersamaan dan berimbang. Seluruh potensi kecerdasan ini di dibangun melalui sentra-sentra bermain yang meliputi 3 jenis main yaitu : main pembangunan, sensorimotorik dan main peran. Pada metode ini guru tidak membuat program "AKAN MENGAJAR APA HARI INI?" tapi sebaliknya "APA YANG BISA DIPELAJARI DARI ANAK HARI INI?"

Metode sentra juga mementingkan sentra iman dan taqwa (Imtaq) dengan ibadah dan doa-doa serta pengembangan bukan hanya hafalan karakter-karakter luhur berdasarkansifa-sifat mulia Allah.

Prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan di sentra adalah: Guru mengajar harus mengunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sistem belajar dikelas dengan duduk melingkar guru mengajar dengan sistem dua arah. SAY (guru menjelaskan - anak merespon), SHOW (guru memperlihatkan gambar, benda, dll), CHECK (guru memastikan konsep-konsep yang diterima anak itu BENAR melalui penuturan ulang (recalling) dan pengamatan hasil karya anak. Dan s

Yang paling menonjol dalam metode sentra adalah "Discipline with LoveGuru dilarang melakukan 3 M: Dilarang “Melarang”, Dilarang Menyuruh, Dilarang Marah. Tentu hal ini dilakukan sesuai peraturan, dan setiap peraturan dilaksanakan dengan tegas disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.

Guru dilarang Melarang => Agar anak menjadi berani bertindak dan berpendapat.

Guru dilarang Menyuruh => Agar anak memiliki inisiatif.

Guru dilarang Marah => Agar tidak kehilangan akal sehat.

Anak dinilai berdasarkan perkembangan diri masing-masing. Itulah sekilas tentang pendidikan karakter dengan metode sentra.

Metode ini akan sukses berkembang jika sudah banyak sekolah yang menerapkan metode sentra dan kerjasama orang tua dirumah untuk menerapkan metode ini dirumahm agar anak dapat berkembang maksimal.

Jika metode sentra sudah banyak digunakan disekolah-sekolah maka kelak akan lahir anak-anak Indonesia yang tidak hanya sebagai pekerja tapi akan melahirkan anak-anak Indonesia yang produktif dan inovatif dan calon-calon pemimpin yang jauh dari KKN, karna sejak usia dini sudah ditanamkan nilai-nilai kecintaan Al Qur'an sebagai sumber ilmu, inspirasi, dasar-dasar hukum, sumber motivasi dan pedoman hidup.

Referensi:

Massardi, Yudhistira., Siska, Yudhistira Massardi. (2012). Pendidikan Karakter dengan Metode Sentra: Revolusi Pendidikan Anak usia Dini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun