Mohon tunggu...
Anabella Nasya
Anabella Nasya Mohon Tunggu... Duta Besar - Pelajar

pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Kepercayaan pada Masa Pra-aksara Hingga Sekarang

15 November 2022   08:27 Diperbarui: 15 November 2022   08:47 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  1. Masa Pra-aksara

Masa praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Salah satu zaman yang ada pada masa praaksara adalah zaman batu, ada zaman batu tua (paleolitikum), zaman batu tengah (mesolitikum), zaman batu baru (neolitikum), zaman batu besar (megalitikum), dan zaman perunggu. Salah satu hal yang berkembang di beberapa zaman adalah kepercayaan. Kepercayaan itu adalah suatu keyakinan akan suatu hal yang dipercayai oleh setiap orang. Kepercayaan itu pilihan, jadi kepercayaan bukan satu hal yang dipaksakan. Tapi dengan adanya perbedaan kepercayaan, hal itu juga bisa menimbulkan pertengkaran, dan dari perbedaan itulah bisa menimbulkan masalah-masalah baru.

  1. Kepercayaan pada Masa Pra-aksara

epercayaan di setiap masa atau zaman itu pastinya berbeda. Karena perubahan suatu masa juga menyebabkan perubahan pola pikir manusia. Pada zaman Paleolitikum belum ada kepercayaan. Hal ini disebabkan karena manusia purba zaman itu masih berburu. Mereka bertahan hidup dengan cara berburu. Tempat tinggal mereka juga belum menetap, jadi masih berpindah-pindah. Mereka akan bermigrasi jika pencadangan makanan mereka habis atau karena suhu yang terlalu dingin, dan bahkan karena beberapa faktor lain yang membuat mereka tidak nyaman. (Raudhatul 2015) Pada zaman Mesolitikum sudah ada kepercayaan yang dianut, yaitu animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan terhadap nenek moyang atau leluhur yang ada disekitar mereka. Mereka percaya bahwa nenek moyang atau leluhur yang sudah meninggal tidak pergi melainkan berada disekitar mereka. Selain itu mereka juga percaya bahwa leluhur mereka yang ada di alam juga memiliki tingkat kedudukan seperti manusia yang hidup, dari kedudukan yang rendah sampai tinggi. Dinamisme adalah kepercayaan terhadap suatu benda bahwa memiliki roh atau kekuatan magis di dalamnya. Oleh karena itu banyak manusia pada zaman ini melakukan ritual pada benda-benda. Mereka percaya bahwa orang yang sudah meninggal, jiwanya akan berpindah dari tubuhnya dan akan berpindah ke suatu benda. Walaupun terhadap kepercayaan pada zaman ini, masih belum ada Undang-Undang yang mengatur. (Redaksi 2020) Pada zaman Neolithikum kepercayaan masih terus ada, seperti pada zaman Mesolithikum. Namun yang berkembang pada zaman Neolitikum adalah pemikiran manusia untuk bercocok tanam. Kebudayaan pada zaman Neolitikum sudah lebih canggih dan berkembang dari zaman-zaman sebelumnya. Manusia sudah memiliki tempat tinggal yang menetap, dengan pertanian dan peternakan yang sederhana. Cara bertahan hidup mereka dalam mencari makan sudah berubah dari food gathering (mencari makanan) menjadi food producing (memproduksi makanan). Beberapa contoh hasil kebudayaan dari zaman Neolitikum adalah kapak persegi dan kapak lonjong. (UMA 2022) Pada zaman Megalitikum kepercayaan animisme menjadi lebih berkembang. Bisa dilihat dari adanya benda-benda untuk upacara kematian. Contohnya ada menhir, dolmen, patung (arca), sarkofagus, waruga, punden berundak-undak, dan kubur peti. Setiap benda-benda ini memiliki fungsi dan bentuknya yang berbeda-beda. Salah satu fungsinya adalah untuk dijadikan tempat meletakan persembahan. Ada juga yang fungsinya untuk simbol pemujaan roh, contohnya seperti patung binatang atau manusia. Beberapa peninggalan patung arca pernah ditemukan di Dataran Tinggi Pasemah (pegunungan sekitar Bengkulu dan Palembang). (Yuda Prinada 2021)

Pada zaman Perunggu kepercayaan dari zaman sebelumnya masih berkembang, yaitu animisme dan dinamisme. Masih ada kepercayaan terhadap arwah nenek moyang dan benda-benda magis. Mereka masih melakukan pemujaan terhadap roh nenek moyang dan juga memelihara hubungan dengan orang-orang yang sudah meninggal. Pemujaan kepercayaan pada masa ini berupa benda yang terbuat dari bahan perunggu. Salah satu hasil budaya dari zaman ini adalah kapak corong. Kapak corong bisa digunakan untuk berbagai hal, salah satunya adalah untuk upacara keagamaan dan simbol kebesaran (kompas, 2020). Sebagai umat Kristen, kita tahu bahwa Tuhan Yesuslah satu-satunya Allah kita. Jadi, menyembah patung merupakan salah satu hal yang bertolak belakang dengan landasan Firman Tuhan. Menyembah berhala bisa termasuk dalam dosa hawa nafsu. Karena dengan menyembah patung, kita memiliki nafsu akan suatu hal yang dari nafsu itulah akhirnya menyebabkan keterikatan.

  1. Kepercayaan pada Masa sekarang

Kepercayaan pada masa sekarang sudah didasari oleh perundang-undangan. Negara Indonesia memiliki 6 agama yang sudah diakui, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha, Hindu, dan Konghucu. Atheisme dilarang di Indonesia, karena pada sila pertama pancasila berbunyi "Ketuhanan yang Maha Esa". Jadi, semua warga Indonesia diharuskan memiliki agama, sesuai dengan agama yang sudah diakui. Kita bebas dan berhak memilih kepercayaan kita. Pasal 28E ayat (2) UUD 45 berbunyi: Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. Adapun pada pasal 29 ayat (2) berbunyi: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. (dukcapil 2019) Jadi, sudah jelas bahwa Indonesia adalah negara yang beragama. Indonesia memiliki konsep Trilogi Kerukunan Agama, yaitu kerukunan antar umat beragama, kerukunan intern beragama, dan kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.  Kerukunan antar agama, intern agama, dan pemerintah berkaitan erat dengan toleransi, tanpa toleransi tidak bisa terciptanya kerukunan. Kerukunan antar agama menciptakan persatuan antar agama, sesama agama, dan pemerintah. Sebagai warga negara Indonesia, kita harus menerapkan trilogi tersebut, agar terciptanya kedamaian di negara kita. Tanpa konsep trilogi tersebut bisa berdampak buruk, salah satunya adalah 7 dosa besar manusia, yaitu kesombongan, ketamakan, iri hati, kemarahan, hawa nafsu, kerakusan, dan kemalasan. Contohnya dalam permasalah antar agama, biasanya terjadi karena ego masing-masing orang, disaat kita merasa agama kitalah yang paling benar itu adalah dosa kesombongan dan ketamakan. Kita akan menjadi orang yang egois. Disaat kita terobsesi dengan sesuatu kepercayaan atau istilahnya seperti tergila-gila dengan suatu kepercayaan, itu termasuk dalam dosa hawa nafsu. Jika dikaitkan dengan masa saat ini, hawa nafsu bisa kita lihat dari anak-anak remaja yang mengidolakan k-pop atau artis korea yang sudah terlalu berlebihan, atau bisa dibilang keterikatan terhadap suatu hal. Begitu juga dengan agama, jika kita sudah merasa agama kita yang paling benar dan bahkan sampai merendahkan agama lain, dosa kesombongan, ketamakan, dan hawa nafsu sudah ada di dalam diri kita. Upaya yang bisa kita dilakukan sebagai umat beragama agar tercipta Trilogi Kerukunan umat beragama adalah menumbuhkan sikap saling toleransi. Toleransi sangat diperlukan apalagi di negara beragama seperti Indonesia. Toleransi itu menciptakan kedamaian dan ketentraman di lingkungan. Toleransi sebenarnya pilihan setiap orang, contohnya misal rumah kita dekat dengan masjid dan saat itu sedang ada perayaan besar yang membuat tempat parkiran di masjid sudah penuh. Jika kita membuat sikap toleransi, kita akan mengizinkan orang-orang itu untuk parkir di halaman rumah kita atau disekitar rumah kita. Ini merupakan contoh dari sikap toleransi yang sudah ditekankan pada pembelajaran PKN. Toleransi berdampak baik untuk lingkungan maupun untuk diri kita, dengan bertoleransi artinya kita mengenyampingkan ego kita. Selain permasalahan antar agama, ada juga permasalahan agama yang berkaitan dengan pemerintah. Salah satu contoh kasus dalam permasalahan agama dengan pemerintah adalah kasus pelarangan perayaan Natal dan ibadah di dua kabupaten Sumatera Barat, yang diliput oleh voaindonesia.com pada tahun 2019. Hal ini merupakan sebuah pelanggaran kebebasan beragama. Berdasarkan kasus ini, dosa manusia yang termasuk adalah dosa kerakusan dan kesombongan, karena jabatan (pemerintahan) juga yang menjadi salah satu faktor. 

  1. Kesimpulan

Kepercayaan dalam setiap masa itu berbeda karena adanya dinamika atau perubahan, dari masa belum ada kepercayaan sampai masa dimana sudah muncul berbagai kepercayaan. Kita butuh Roh Kudus untuk menjadi pendamping hidup kita untuk membantu kita memilih hal yang benar dan yang salah. Karena dalam kepercayaan kita kita juga bisa masuk ke dalam dosa, oleh sebab itu pentingnya meminta pertolongan Tuhan agar kita tidak terjerumus ke dalam hal yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Pertumbuhan rohani pasti berdampak baik untuk kita, karena jika kita mengalami pertumbuhan rohani, iman kita akan semakin kuat dalam menghadapi godaan godaan besar dosa. Kita tahu bahwa 7 dosa besar manusia itu adalah dosa yang mungkin kita tidak sadari selama ini, tapi bisa merusak iman dan pikiran kita. Karena apa yang ada di dalam hati kita adalah apa yang kita pikirkan dan tentunya akan menjadi suatu hal yang kita perbuat, oleh karena itu salah satu dampak dari pertumbuhan rohani adalah merestorasi hati dan pikiran kita. Pertumbuhan rohani bisa kita alami karena bantuan dari Roh Kudus, Roh Kuduslah yang berperan sebagai pendamping dalam setiap pergumulan kita. Dinamika kepercayaan dalam setiap masa pasti juga berpengaruh pada transformasi spiritual orang percaya. Jadi, salah satu hal yang bisa kita lakukan untuk bisa mengalami transformasi spiritual adalah dengan menjaga hati kita agar apapun yang kita pikirkan itu baik dan apapun yang kita perbuat akan selalu membawa berkat bagi orang-orang disekitar kita. Pada Yakobus 1 : 6 berbunyi "Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin". Pada ayat alkitab ini jelas Tuhan menginginkan kita agar memiliki iman. Jadi, selain percaya pada Tuhan kita sebagai warga Indonesia yang baik juga harus menghargai perbedaan yang ada di negara kita. Kedamaian dan keharmonisan pasti tercipta di tengah perbedaan kepercayaan yang ada.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun