Mohon tunggu...
Anab Afifi
Anab Afifi Mohon Tunggu... Konsultan -

Saya ingin mendengar dan belajar dari Anda serta memberi apa yang saya bisa @anabafifi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Osaifu-Keitai: Cerita tentang Sebuah Dompet

15 Februari 2010   14:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:55 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Reiko Shimbo hari itu bak bintang panggung. Bukan hanya karena penampilan perempuan muda ini saja yang menarik. Bahasa Inggrisnya  amat fasih. Dia mampu menghilangkan slank aneh Jepang-nya yang umumnya sulit dilakukan oleh lidah orang Jepang jika berbicara Inggris. Karena itu, Osaifu-Keitai” yang dia presentasikan menjadi bahan diskusi memikat pada Forum ITU (International Telecommunication Union)  di Jakarta, yang dikoordinasi oleh MASTEL (Masyarakat Telematika) pada 23-24 Juli 2009 silam. Oleh-oleh dari seminar itu menghasilkan kolom yang saya tulis di majalah Selular edisi Oktober 2009 dengan judul “Dompet Bergerak”. Osaifu Keitai adalah sebuah konsep yang mengubah telepon bergerak dari semula hanya berfungsi perangkat komunikasi menjadi menjadi sebuah infrastruktur pendukung kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan konsep ini maka berbagai transaksi seperti kartu kredit, key/ID, membership card, ticketting, belanja online, serta uang, semuanya cukup dalam satu handphone. Ini telah diterapkan dengan sukses oleh operator NTT Docomo. Menurut Reiko, sejak diluncurkan pada 2004, layanan ini telah meraih 33.4 juta pelanggan dengan 906.000 jaringan toko yang menyediakan layanan Osaifu Keitai pada Mei 2009. Dengan sistem ini, uang sudah tidak lagi bebentuk fisik. Ia hanya berupa data elektronik yang disebut e-money dan tersimpan dalam HP sebagai mobile wallet alias dompet bergerak. Kehadiran si dompet bergerak ini jelas mengubah cara orang melakukan transaksi berbagai kebutuhan sehari hari. Bukan lagi hanya untuk isi pulsa elektrik. Misalnya beli tiket kereta, bus, dan pesawat, cukup pencet HP. Di Asia sistem dompet bergerak ini, selain Jepang sudah mulai banyak diterapkan. Dengan urutan posisi paling maju setelah Jepang adalah menyusul Korea, Hongkong, Singapura, Taiwan, China, India, Philipina, Thailand, dan Malaysia. Bagaimana dengan Indonesia? Dalam lalu-lintas m-commerce ini kita masih berada pada lingkup layanan m-banking, top-up (isi ulang), remittance, dan konten. Masih tertinggal dibandingkan Thailand dan Malaysia. Namun, toh bukan berarti tidak akan menyusul. Telkomsel misalnya mengenalkan t-cash (Telkomsel Cash) sejak 2007. Tahun 2009 ini t-cash sudah diminati oleh 500 ribu pelanggan dengan dukungan 3573 outlet dan 51 merchant dengan cakupan Bali, Jawa, dan Sumatera. Sementara Indosat meluncurkan “dompetku” yang mengusung tagline “transaksi dengan HP”. Sampai saat ini “dompetku” telah dilanggani sebanyak 2.6 juta pengguna dengan rata-rata 5 juta transaksi per bulan. Selain kedua operator  itu, operator CDMA Flexi mengeluarkan produknya “flexi-cash’ dengan layanan yang tidak jauh berbeda. Meski dompet bergerak ini memberikan banyak kemudahan, kenyataannya perputaran transaski melalui sistem ini di Indonesia nilainya masih sangat rendah dibandingkan dengan jumlah pengguna telepon selular yang sudah mencapai 140 juta lebih. Ini terjadi karena beberapa faktor mendasar yang berpengaruh penting. Perama, tidak mudahnya mengubah kebiasaan masyarakat dari cara manual menuju cara eloktrik. Untuk membayar rekening listrik atau telepon misalnya, masyarakat tidak puas jika tidak membayar langsung dan memperoleh bukti print-out rekening pembayaran, meskipun harus antri. Kedua, keamanan teknologi menjadi kunci yang harus dibuktikan keandalannya. Masalah ini yang menjadi penyebab keraguan para pemegang HP untuk memanfaatkan layanan m-commerce. Ketiga, soal regulasi dan faktor hukum. Payung hukum diperlukan untuk mem back-up kepastian berjalannya sistem ini. Hal-hal sederhana misalnya, bagaimana jika transaksi melalui HP itu sudah dinyatakan berhasil, tetapi kenyataannya outlet atau toko tidak memperoleh konfirmasi, sehingga konsumen tidak memperoleh barang sementara rekening terlanjut terpotong. Dan ini sangat dimungkinkan, meskipun secara teknologi hal itu sudah diantisipasi dengan back up data di server si operator. Namun, atas nama kekecewaan dan ketidak puasan, pelanggan bisa saja mempersoalan masalah ini secara hukum. Nah, tentu ini adalah pekerjaan rumah bersama. Tidak hanya operator yang ingin memperluas basis layanan yang meningkatkan nilai bisnis, tetapi juga entitas lain yang terkait dalam sistem ini seperti merchant, bank, content provider, dan lembaga berwenang di Pemerintah mesti bahu-membahu menangani tiga isu tama tersebut secara strategis dan berkelanjutan. * Artikel ini telah dimuat majalah SELULAR edisi Oktober 2009 dengan judul “Dompet Bergerak”. Artikel ini juga telah dipublish di http://anabafifi.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun