Mohon tunggu...
Anab Afifi
Anab Afifi Mohon Tunggu... Konsultan -

Saya ingin mendengar dan belajar dari Anda serta memberi apa yang saya bisa @anabafifi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengukur Indeks Kebahagiaan Pasutri

20 Maret 2016   10:05 Diperbarui: 20 Maret 2016   10:42 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ia menyebutkan beberapa hal. Dan itu menjadi PR besar buat saya mulai hari ini.

Pertanyaan yang sama kemudian diajukan istri kepada saya. 

Lalu saya jawab: 85%. Tanpa perlu saya sebut yang 15% itu apa saja, dia sudah tahu dari berbagai obrolan sehari-hari.

Kemudian angka realisasi harapan istri dan angka realisasi harapan saya sebagai suami lantas saya jumlahkan: 70% + 85%. Lalu dibagi dua. Hasilnya ketemu angka 77.5%. 

Angka 77.5% itu, saya menyebutnya sebagai indeks kebahagiaan hubungan suami istri. Buat saya, angka ini adalah pencapaian istimewa yang patut disyukuri.

Menurut saya, angka 77.5% itu bisa ditingkatkan. Sebaliknya, bisa juga merosot apabila tidak dijaga. 

Saya tidak tahu apakah pendekatan ini sudah ada teorinya atau ada pakar yang menulis. Saya hanya memikirkan hal itu. 

Saya juga tidak mengatakan bahwa rumus ini adalah sebuah kemutlakan. Melainkan hanya pendekatan semata untuk membantu mengaudit tingkat keharmonisan hubungan rumah tangga.

Jika realisasi dari ekspektasi pasangan Anda atau ekspektasi Anda terhadap pasangan Anda, misalnya hanya 50%, maka tingkat keharmonisan hubungan suami istri sedang bermasalah. Anda harus bekerja keras meningkatkannya. 

Itu tak peduli terungkap secara eksplisit atau tidak oleh masing-masing pasangan. Sebab, biasanya hal itu dipendam dan hanya muncul dalam bentuk letupan-letupan. 

Jika indeks Anda mencapai 70% ke atas, Anda sebenarnya tidak butuh lagi menonton tivi atau video ceramah para motivator kebahagiaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun