Seiring perkembangan teknologi, informasi dapat dengan mudah kita dapatkan. Dengan sekali klik, informasi yang ingin kita cari seolah tersedia dengan banyak pilihannya. Di tengah kemudahan itu, informasi melalui teknologi tersebut menjadi tidak tersaring. Mulai dari berita terkini, berita dalam negeri hingga mancanegara. Skandal artis yang diskenario, drama populer, hingga soal jumlah pernikahan yang beriringan dengan jumlah kasus perceraian. Dari sisi kesehatan, informasi mengenai penyakit juga tak kalah cepat merebak. Apa lagi, setelah kasus gagal ginjal yang dialami beberapa anak di Indonesia. Banyak obat-obat yang terpaksa ditarik dari peredaran. Dalam waktu singkat, informasi tersebar meski belum ada penelitian lebih mendalam.
Selain itu, ada fenomena yang juga terjadi di masyarakat. Mulai dari istilah insecure, anxiety, hingga mental health, sering kita jumpai di beranda media sosial. Beberapa orang tak segan untuk berbagi pandangan dan pendapat mengenai hal itu, beberapa orang lagi juga tak malu untuk melabeli dirinya dengan istilah-istilah tersebut bahkan sebelum benar-benar diperiksa oleh ahlinya. Self diagnosis atau mendiagnosa diri sendiri.
Karena pernah membaca di suatu artikel jika kepala terasa pusing berpotensi hipertensi, lalu ketika dirinya sedang pusing maka ia menganggap dirinya hipertensi. Karena pernah membaca di sebuah artikel mengenai gejala-gejala anxiety, maka ketika sedang mengalami cemas dan gelisah ia menganggap dirinya mengidap anxiety. Begitulah contoh dari self diagnosis yang tanpa sadar dapat membahayakan diri kita sendiri. Padahal, pusing bisa diakibatkan oleh banyak hal. Padahal, anxiety harus ditinjau lebih dalam oleh tenaga medis atau seorang ahli seperti psikolog atau dokter.
Bahayakah self diagnosis?
Tentu saja bahaya. Bukan hanya dari sisi kecemasan yang sebenarnya tak perlu dikhawatirkan, hingga bahaya dalam menentukan pengobatan atau salah dalam mengkonsumsi obat-obat tertentu.
Maka dari itu, self diagnosis tidak dianjurkan. Jika kita melihat atau membaca suatu artikel dan menemukan gejala suatu penyakit yang sama dengan apa yang sedang kita alami, langkah yang sebaiknya kita ambil yaitu dengan memeriksa dan berkonsultasi pada ahli atau tenaga medis agar tak salah dalam menentukan pengobatan.
Jadi, jangan sembarangan self-diagnosis ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H