Tangguh, bersemangat tinggi dan bercita-cita luhur. Hal-hal tersebutlah yang idealnya ada dalam diri pemuda. Dengan segudang potensi yang dimilikinya, pemuda dapat berkontribusi dalam sebuah perubahan. Pemuda senantiasa menjadi akselerator dalam setiap pergerakan. Semua ini mungkin terdengar klise tapi sejarah nyata telah mencatat, pemuda dapat membangun bahkan meruntuhkan sebuah peradaban.
Pemuda ideal kurang lebih memiliki kriteria yang disebutkan di atas; tangguh, bersemangat tinggi dan bercita-cita luhur.
Namun bagaimana faktanya sekarang? Sosok-sosok pemuda yang ideal sangat jarang ditemukan. Sejarah tentang perjuangan heroik para pemuda pembela Islamdi masa lalu kini hanya tinggal kenangan, sebatas cerita usang yang perlahan menjelma dongeng. Jangankan berbicara sebuah perubahan, keadaan pemudanya saja kini sedang ‘sakit’. Mayoritas pemuda masa kini, termasuk di dalamnya pemuda muslim, telah terlena oleh kehidupan yang instan dan nyaman. Instan, dalam artian mereka menerima mentah-mentah pemikiran yang sudah ada di tengah masyarakat. Nyaman dalam artian mereka menikmati gaya hidup yang dijalaninya tanpa memikirkan benar atau salah dalam pandangan Sang Pencipta. Mungkin selama ini mereka merasa aman-aman saja. Padahal sesungguhnya mereka dalam posisi yang terancam, dan parahnya mereka tidak sadar!
Ancaman bagi pemuda muslim saat ini adalah paham-paham yang dapat merusak pemikiran dan tingkah laku yaitu hedonisme, liberalisme, individualisme, pragmatisme dan semacamnya. Paham-paham tersebut dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu untuk sebuah tujuan; penghancuran. Mereka adala pihak yang memusuhi Islam. Mereka takut kehilangan dominasinya ketika Islam tegak kembali di muka bumi. Maka dari itu, menggerus pemahaman Islam dari diri seorang pemuda muslim adalah cara terjitu bagi mereka untuk menghambat kebangkitan Islam.
Ada asap ada api. Virus-virus pemikiran tersebut muncul pasti karena ada pemicunya. Pemicu itu tidak lain adalah penerapan sistem yang salah. Sistem tersebut adalah Demokrasi yang ditopang oleh ideologi Kapitalisme. Demokrasi secara nyata telah menyalahi fitrah manusia. Demokrasi seolah menuhankan manusia karena membolehkan manusia berdaulat dalam perkara hukum. Terdapat pula konsep kebebasan berekspresi dalam Demokrasi dimana standar baik dan buruknya ditentukan oleh selera manusia.
Kebebasan ini akhirnya membuat manusia, khususnya pemuda kebablasan. Pemuda hidup bebas tak tentu arah. Banyak diantara mereka yang akhirnya terperosok ke dalam lembah kemaksiatan. Seks bebas, tawuran dan narkoba seolah telah menjadi bagian hidup mereka. Ironisnya, semakin hari malah semakin tinggi saja angka pelakunya. Di sisi lain, ada juga yang memiliki potensi namun salah dalam penyalurannya. Tak sedikit pemuda yang menyalurkan potensinya hanya untuk mendapatkan kepuasan individu saja (misalnya dalam kontes pencarian bakat) bukan akhirnya dikerahkan untuk kemaslahatan ummat. Pemuda berpotensi tersebut hanya dijadikan sapi perahan para Kapitalis dalam meraup keuntungan. Mereka tidak lebih dari sekedar objek jajahan.
Kondisi ini bertolak belakang dengan kondisi saat Islam diterapkan sebagai sebuah aturan hidup. Sebut saja Muhammad Al Fatih, pemuda tangguh yang telah menggemparkan dunia dengan penaklukan konstantinopel pada tahun 1453 M. Adapun para sahabat Rasul yang salah satunya yaitu Mushab bin Umair. Pemuda cerdas Mekah yang menyampaikan Islam ke Madinah. Ancaman penguasa kafir tidak membuatnya gentar. Bagi mereka, tidak ada sesuatupun yang dapat mematahkan semangat untuk berdakwah. Mereka itu lah pemuda cemerlang yang sesungguhnya.
Mereka bagai intan-intan yang berharga. Impiannya adalah membangun sebuah peradaban yang mampu memperlakukan sebagaimana layaknya ‘intan-intan’ diperlakukan. Sebuah peradaban di mana mereka dapat menyalurkan potensinya dengan tepat dan maksimal. Namun dibalik semua itu, tersimpan motivasi terbesar pendorong perubahan yang mereka usung. Motivasi itu adalah mengejar rida Tuhannya, karena mereka sepenuhnya sadar akan hakikat hidupnya. Ideologi Islam telah mendorong mereka untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki demi kemuliaan Islam. Selayaknyalah bagi kaum muslim khususnya pemuda saat ini untuk bersegera menjadikan ideologi ini sebagai satu-satunya pendorong dalam bergerak.
Untuk mencetak lebih banyak lagi pemuda-pemuda cemerlang, satu-satunya jalan adalah dengan mendirikan sebuah institusi yang dapat memberdayakan mereka dengan baik. Institusi ini haruslah berupa negara yang berlandaskan Islam. Mengapa Islam? Karena Islam adalah rahmat bagi seluruh alam dan semua ini hanya akan terwujud apabila Islam diterapkan dalam semua sendi kehidupan. Negara tersebut adalah Khilafah. Negara yang dapat menyelamatkan ummat dari segala keterpurukan. Oleh karena itu, rapatkan barisan dan singsingkan lengan bajumu wahai pemuda! Karena Khilafah patut diperjuangkan
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/smart-teen/2013/10/25/27284/pemuda-cemerlang-siapakah-mereka/#sthash.ddaxtf5S.dpuf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H