Setiap elemen masyarakat pasti memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing, terlebih bagi masyarakat yang mayoritasnya diisi oleh imigran dari berbagai suku, adat, dan kebudayaan yang melatarbelakanginya. Dari hasil keanekargaman ras dan budaya lahir banyak sekali buah pikir yang dijadikan landasan masyarakat untuk tumbuh dan berkembang, yang nantinya digunakan sebagai pijakan atas terciptanya asas seperti toleransi, kekeluargaan, dan keteguhan.
Merupakan suatu hal pasti tatkala ketiga pilar tersebut diterapkan niscaya akan membentuk sebuah pengabdian dengan pemaknaan yang multitafsir, menyeluruh, serta mengena di tiap sanubari individu masyarakatnya, begitu kiranya strategi yang coba diusung oleh kelompok Banurasmi pada KKM (Kuliah Kerja Mahasiswa) tahun 2022 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sebenarnya banyak sekali pertimbangan mengenai strategi yang nantinya akan diterapkan, namun setelah melalui beberapa rapat koordinasi dengan anggota kiranya ketiga pilar tersebut mampu mewakili kiprah dari Banurasmi sendiri.
Pengangkatan nama Banurasmi pun bukan hanya sekedar nama ataupun istilah semata, dikarenakan nama menjadi sebuah identitas yang mencerminkan tujuan serta visi misi suatu kelompok dan di dalamnya pun ter-eksplisitkan secercah harapan yang dipanjatkan secara managerial dan terstruktur. Setelah melalui dialektika yang panjang dan mempertimbangkan semua usulan dari masing-masing anggota, akhirnya kesepakatan mengenai nama kelompokpun terwujud yaitu : Banurasmi.
Banurasmi sendiri diadopsi dari nama pewayangan Jawa kuno yang berarti 'sebagai sinar bagi sekitarnya' dengan tujuan menyalakan kembali redup semangat tiga pilar (Toleransi, Kekeluargaan dan Keteguhan), dengan harapan semoga apa yang diupayakan dapat terwujud serta mempermudah tujuan yang diusung oleh Banurasmi.
Penempatan KKM juga menjadi salah satu faktor yang mendorong terpilihnya istilah tersebut, Desa Sumbersekar kali ini menjadi sasaran yang akan dituju oleh Banurasmi. Desa yang tak jauh dari  pusat Kota Malang tersebut memiliki kekayaan budaya, agama, serta sumber daya. Disamping hal itu kehidupan warga Desa Sumbersekar tidak luput dari sikap toleransi, hal ini diwujudkan sebagai bentuk tengang rasa antar warga, dari segi Religiusitas Sumbersekar didominasi oleh Islam dan Kristen, bahkan desa Sumbersekar tidak hanya memiliki masjid saja, melainkan juga memiliki gereja sebagai tempat beribada umat kristiani.
Berkaca dari latar belakang desa tersebut pengangkatan nama Banurasmi merupakan bentuk perwujudan tujuan. Sesuai sebagai penerapan simbol dari keteguhan para anggotanya untuk terus menegakan tiga pilar tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H