Mungkin sebagian orang heran dan bertanya-tanya. kenapa di Jorong Kabun, Kec. Sumpur Kudus, Kab. Sijunjung. Ada sebuah sungai yang disebut sungai lasi. Padahal, sepengetahuan kita. Sungai lasi itu adalah nama Sungai dan nama kecamatan, di Kabupaten Solok.
Bukan kebetulan, apalagi sengaja disama-samakan oleh orang dahulunya. Menurut sejarah, pada abad ke-15 masehi. Kabun sudah mulai dihuni oleh sekelompok orang.Â
Yang pertama datang bukanlah nenek moyang orang kabun. Tapi para penambang emas yang berasal dari berbagai daerah. Salah satunya dari Solok. tepatnya Sungai Lasi Solok.
Sebelum bernama sungai lasi. Dahulunya, sungai itu adalah lokasi tempat menambang orang dari sungai lasi solok. mereka yang pertama kali datang dan mengolah sungai tersebut menjadi tambang emas. Bahkan, emas yang mereka dapat pun tidak sedikit jumlahnya (waktu itu), sampai berkilo-kilo emas hasilnya tiap hari.
Singkat cerita, Kabar itu sampai ke orang-orang di ranah sigading dan subarang ombak. Mereka pun datang dan ikut juga menambang. Tujuan mereka saat itu hanya untuk mencari nafkah dari mandulang (menambang) emas.Â
Awalnya, tidak ada niat mereka untuk tinggal berlama-lama, apalagi menetap di daerah itu. Kerena saat itu daerah itu hanyalah hutan belantara, belum bernama kabun.
Sesampainya di lokasi tambang, mereka pun ikut menambang bersama orang-orang dari sungai lasi solok. Setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun di hutan tersebut, maka hutan itu tidak asing lagi bagi mereka, dengan iklimnya yang sejuk, topografinya landai, daerah ini dikelilingi pegunungan dan banyak di temukan anak-anak sungai. airnya jernih, terus mengalir sepanjang tahun. Ditambah lagi dengan tanahnya yang sangat subur. Pikir mereka, daerah ini sangat cocok untuk dijadikan areal pertanian.
Akhirnya, mereka memutuskan untuk berladang dan manaruko. Sementara kegiatan menambang emas masih tetap mereka lakukan. Namun waktu untuk menambang dan untuk berladang sudah dibagi, siangnya mareka mandulang (menambang red) emas, sorenya mareka sisihkan waktu untuk berladang dan manaruko. Dengan tekunnya bekerja, seiring waktu berlalu ladang dan sawah mereka sudah bisa ditanami dan hasilya bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga mereka.
Sementara karena sudah sekian lama lokasi itu di dieksploitasi. Tentunya sumberdaya alamnya berupa emas, mulai berkurang bahkan sudah jarang ditemukan. Para penambang emas dari sungai lasi, solok. satu demi satu sudah mulai meninggalkan daerah itu.
Akhirnya, tinggalah penambang emas yang berasal dari ranah sigading dan subarang ombak. Mereka melanjutkan kegiatan mereka sebagai petani dengan terus menambah petak-petak sawah mereka. Sungai bekas tambang tersebut dimanfaatkan untuk mengairi sawah-sawah mereka.
Begitulah sejarah, nama suatu daerah tidak berdiri dengan sendirinya. Pasti ada unsur lain yang melatarbelakangi. Seperti halnya nama sungai lasi yang ada di kabun. Diberi nama sungai lasi, karena dahulunya sungai itu adalah bekas lokasi tambang orang sungai lasi solok.