Mohon tunggu...
Ana Widyaningrum
Ana Widyaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Full time writer

Ibu rumah tangga yang memilih kegiatan menulis sebagai me time nya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nasihat Bapak

19 November 2024   17:59 Diperbarui: 19 November 2024   18:16 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Di toko itu juga, Bapak bertemu dengan Ibu, cinta pertama sekaligus terakhirnya. Bapak selalu mengulang cerita tentang pertemuan pertamanya dengan Ibu, yang seketika membuatnya yakin bahwa Ibu adalah orang yang akan menemaninya dalam waktu yang lama. Bertemu dengan Ibu juga yang membuat Bapak yakin untuk membangun kehidupan baru di desa tempat tinggalnya hingga kini, dan membuat banyak kenangan bahagia di sini.

            "Kalau banyak orang di luar sana bilang bahwa manusia itu selalu berubah sepanjang waktu, sebenarnya Bapak nggak sepenuhnya setuju dengan pernyataan itu." Bapak lalu tersenyum menatap Ibu yang menyuguhkan segelas teh hangat dan sepiring pisang goreng yang asapnya masih tampak mengepul.

"Karena ibumu  ini adalah contoh nyata dari manusia yang tak pernah berubah."

Ingatan tentang masa lalu Bapak dan momen manisnya bersama Ibu tiba-tiba melintas di pikiran.

Aku lalu ikut bersimpuh untuk mengangkat Rina, menyuruhnya berdiri. Kulihat wajahnya kini sepenuhnya basah dengan air mata. detik ini juga, aku berniat untuk  menghentikan pertengkaranku dengan Rina.

"Terima kasih, Pak, karena telah menjadi Bapak dan seorang guru kehidupan yang baik untuk kami berdua." Aku menarik napas panjang, memberi jeda. "Izinkan aku berbakti pada Bapak, seperti yang Rina lakukan."

Sontak Rina menatapku dengan mata yang membelalak, hingga membuat bola matanya hampir terjatuh ke lantai.

"Izinkan aku pindah ke rumah ini, Pak. Mari kita buat kenangan bahagia seperti dulu lagi," seruku. Aku tak tahu mengapa mengatakan hal ini justru membuatku ingin menangis.

  

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun