Mohon tunggu...
AmYu Sulistyo
AmYu Sulistyo Mohon Tunggu... Mahasiswa -

@amyu12 || Ambar Sulistyo Ayu || Seorang Calon Perencana yang Real akan merealisasikan rencana membuat Kota Impian dunia || T.PWK Undip 2012 || Project taker

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Di Desa, Apakah Kita Harus Seperti di Kota? #KKNLife

2 Februari 2016   17:22 Diperbarui: 2 Februari 2016   17:40 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Saya sedang KKN, ini salah satu kegiatan kami, semoga kami bisa berbaur dengan hidup pedesaan"][/caption]

Mungkin sebagian besar masyarakat, baik masyarakat yang mengenyam perguruan tinggi atau di desa dan tidak meneruskan pendidikan sedikit banyak mengerti mengenai KKN (Kuliah Kerja Nyata) -- di samping adanya singkatan Kolusi Korupsi Nepotisme dari KKN di sisi hukum --

Namun memang, sebagian besar orang yang mengenyam pendidikan tinggi terutama perguruan tinggi negeri ternama biasanya berasal dari kalangan berada, karena uang yang dibutuhkan juga banyak, hanya sedikit mahasiswa yang betul-betul cerdas dan kemudian mendapatkan beasiswa, atau dari Kementerian Ristekdikti mengeluarkan beasiswa Bidikmisi untuk mengangkat semangat belajar anak yang berasal dari keluarga tidak mampu. Itulah yang menyebabkan banyak mahasiswa yang kemudian berangkat dari sifat kekotaan yang patembayan dan acuh terhadap sekitar. Lalu munculah KKN sebagai wadah bagi mahasiswa untuk bisa berempati lebih terhadap masyarakat dan kemudian melebur untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah kepada kehidupan masyarakat.

So far, hal tersebut baik,..

Namun, apabila empati itu dikeruk dengan gaya hidup kota yang hedonis, misalnya masyarakat desa yang biasanya guyub rukun saling mengenal, namun dari mahasiswa sendiri memilih mengkotakkan diri karena takut menyinggung perasaan orang desa yang sangat lembut. Saat tidak saling kenal, kemudian masyarakat merasakan bahwa mahasiswa KKN tidak berbaur dengan lingkungan sekitarnya, bahkan masih terbawa suasana perkotaannya, seperti misalnya makan masakan restoran, dan lain sebagainya. Sering pula terdengar cerita mahasiswa KKN yang membawa TV, Kulkas, Home Theater, Penyedot debu, dan hal-hal lainnya sebagai alat bantu untuk beradaptasi dengan lingkungan desa. Alhasil hal tersebut sering tidak cocok dan menjadi bahan omongan masyarakat sekitar.

Mahasiswa nantinya harus berani terjun menjadi sederhana, kita mengetahui contoh kongkrit Jokowi dan Tri Rismaharini yang kemudian populer dengan tagline blusukan, padahal para ahli memandang bahwa konsep buttom up itu dirasa sangat tidak efektif bagi masyarakat. Pada akhirnya kedekatan masyarakat dengan para pemimpin meskipun mungkin pemimpin itu belum berbuat sesuatu menjadi hal yang menggembirakan untuk masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Meskipun caranya simple dan sederhana.

Saya sering mendengar cerita rekan saya yang berkuliah di UGM dengan cerita #KKNLife nya yang super duper menyenangkan, mereka benar-benar merasakan sulitnya aksesibilitas, hidup di daerah yang bahkan tidak hanya rural namun juga "ISOLATED", mereka tidak mungkin membawa TV, kulkas, penyedot debu, mesin cuci, dan lain sebagainya karena mahalnya biaya angkut untuk mengangkut barang penunjang tersebut, dan satu-satunya cara agar mereka bisa survive adalah berbaur dengan masyarakat, meskipun mereka tidak mengerti bahasanya namun mereka tetap mencoba. Alhasil, mereka bisa sangat menyesuaikan diri dengan kehidupan desa pedalaman selama 2 bulan tanpa kesulitan yang berarti.

Nah kembali lagi ke KKN lain-lain, pada akhirnya, KKN harusnya menjadi ajang keakraban dengan masyarakat secara intensif. mereka mungkin awalnya merasa kita canggung, namun jika kita mampu bertekad lebih maka kecanggungan itu akan hilang dengan sendirinya. Malah menjadi pukulan bagi kita jika kita membawa gaya hidup perkotaan kita kepada masyarakat desa, mereka malah kehilangan semangat untuk membangun daerahnya dan memilih untuk pergi ke kota menjalani rutinitas yang jenuh dan penuh kepadatan. Kalau orang desa yang mengurusi sawah tidak ada, kita mau makan apa?

Pati, 2016

Curhat KKN, #disitusayamerasasedih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun