Mohon tunggu...
AmYu Sulistyo
AmYu Sulistyo Mohon Tunggu... Mahasiswa -

@amyu12 || Ambar Sulistyo Ayu || Seorang Calon Perencana yang Real akan merealisasikan rencana membuat Kota Impian dunia || T.PWK Undip 2012 || Project taker

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Satpam Sarjana

29 Maret 2015   18:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:50 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku dan salah seorang temanku (karena tuntutan tugas mata kuliah perumahan dan permukiman) melakukan survey yang ketiga kalinya dengan lokasi yang berbeda. Pergantian lokasi yang kesekian kalinya ini dikarenakan himbauan dosen atas kajian yang kami lakukan. Namun saya mendapat hikmah luar biasa dari penggantian yang terakhir ini.
Jalan Mpu Tantular, aku masih ingat beberapa tahun lalu entah pakai mobil atau hanya dengan jalan kakipun aku akan berpikir 100 kali lipat melewatinya. Kondisinya yang selalu digenangi air membuat aku enggan melewatinya. Namun aku baru sadar setelah seorang satpam menjelaskan keadaan yang terjadi pada kami.
Satpam itu tak sempat aku tanyai namanya, dia tidak memakai seragam bernama, hanya memakai kaos biasa. Dia mengenalkan dirinya tinggal di Sawah Besar, Semarang. Bersama seorang lainnya yang tinggal di jalan lumba-lumba. Kami berdua berinisiatif menanyai satpam untuk mengulik sedikit informasi tentang pekerja yang ada di sepanjang Mpu Tantular dan Industri Lamicitra di pelabuhan yang tidak jauh dari lokasi kami survey. Mereka sangat welcome dengan kami meskipun kami tidak membawa surat tugas dari universitas.

[caption id="attachment_375554" align="aligncenter" width="300" caption="Satpam Cerdas ini sedang menceritakan jalan Mpu tantular beberapa tahun sebelumnya"][/caption]

Kami menyampaikan maksud penelitian kami juga, yaitu untuk mengetahui kebutuhan hunian para buruh dengan mengadakan rusun. Seketika sang satpam bertanya pada kami, "Sasaran buruh yang mau kalian adakan huniannya yang mana dek? Kalian berpikir soal outsourcing juga tidak?"
Aku masih bisa menjawab dengan sekenanya, karena belum terpikirkan rumusannya sampai ke situ, namun bapak tadi dengan santainya malah memberikan ide kepada kami.
"Penyediaan rusun itu cukup baik sebenarnya, terutama untuk karyawan outsourcing yang hidupnya tidak menentu dan tidak mendapat perhatian lebih dari perusahaan. Kalian juga harus berpikir mengenai kesejahteraan mereka."
Dan beberapa basa basi yang saya juga lupa, sang satpam juga bilang ke saya.
"Dek, kalian juga harus berpikir untuk menyelesaikan masalah yang ada di rusun, selama ini pemerintah menyediakan rusun secara murah, namun sama pemilik rusunnya dijual kembali atau disewakan dengan harga yang lebih mahal. Kadang ada juga yang punya cuma 1 orang tapi dia punya banyak, beli pakai nama adiknya. Prihatin saya. Kalian bisa jadi bermain di kebijakan kepemilikannya agar penggunaannya cukup efektif"
Biasanya orang hanya mengeluh tanpa solusi, namun satpam ini sebaliknya, mengedepankan solusi dan menantang kami sang calon sarjana untuk berpikir ke sana. Jujur setelah keluar dari pos satpam itu. Aku mendiskusikannya dengan temanku bahwa sang satpam cukup cerdas. Dalam hati akupun membayangkan apakah sang satpam adalah seorang sarjana, atau dia cerdas karena di tempatnya bekerja yang merupakan BUMN bidang konstruksi infrastruktur ada beberapa tenaga ahli di bidang konstuksi yang mungkin cukup kritis dan dia menyerap ilmunya sehingga dia cukup cerdas. Saya tidak tahu.

[caption id="attachment_375555" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah Susun di Bandarharjo, suram banget"]

1427628739291466216
1427628739291466216
[/caption]

Untuk mengetes, eh bukan, untuk melengkapi tugas kami, kamipun menuju sebuah rusun di Kelurahan Bandarharjo. Suara dangdutan yang cukup ramai (yang sepertinya lagu dari Nassar), gantungan pakaian yang serampangan, kecoa berserakkan, serta bangunan yang tanpa warna cerah seperti di film action tiongkok itu menyambut kami.

[caption id="attachment_375556" align="aligncenter" width="300" caption="Gerbang ala Film action Tiongkok. hahaha"]

1427628848956451372
1427628848956451372
[/caption]

Rusun ini dibangun tahun 90-an oleh pemkot Semarang. Impresi kami adalah rusun ini sangat kumuh.

[caption id="attachment_375557" align="aligncenter" width="300" caption="Salah satu tampak depan rusun di lantai dasar. Agak berwarna karena mereka inisiatif mau nge-cat"]

1427628908646076926
1427628908646076926
[/caption]

Kami mewawancarai salah seorang penghuni rusun, sebut saja namanya X. X ini telah tinggal di rusun ini sekitar 15 tahun lebih. Dulu sebenarnya dia mendapat jatah untuk membeli rusun dengan harga yang sangat murah yaitu 50.000 rupiah saja sudah dapat 1 rusun, namun karena saat itu dia berasumsi dirinya belum menikah dan belum butuh rumah, si X ini tidak mengambil jatah rumah tersebut. Akibatnya saat ini dia mengontrak ke orang yang tinggal di tipe rusun yang cukup besar dengan harga Rp 2.000.000/ tahun. Angka yang cukup besar untuk "orang kecil" sepertinya.

[caption id="attachment_375558" align="aligncenter" width="300" caption="Entah, apa mereka betah tinggal di sini. Sedih.."]

14276290362008008055
14276290362008008055
[/caption]

Untuk perbandingan kami mengunjungi rusun di dekat rusun tadi. Lain hal dengan rusun yang ada di dekat sana yang kondisinya sudah relatif berwarna dan lebih baik, biaya sewanya memang lebih mahal tapi setidaknya rusun yang satu ini lebih layak daripada rusun satunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun