Siang ini begitu menyengat, Ku coba keluarkan kepala dari jendela mobilku serta sedikit mengintip dengan pandangan lurus menghadap ke atas.
Mataku benar tak bisa terbuka sempurna, tertimpa sinar matahari yang begitu gagah memancarkan sinarnya dengan penuh keperkasaan sampai suasana menjadi benar-benar panas ditambah suasana jalanan yang semakin penuh saja oleh kendaraan yang berlalu lalang lengkap dengan kepulan asap yang menambah sesak saja ini untuk bernafas.
Daripada bengong sedari tadi hanya pelan saja memacu kendaraan, maklum sajalah jalanan ibukota yang mungkin sudah tak muat lagi menanpung banyaknya kendaraan, terbesit dipikiranku, "berarti orang Indonesia kaya-kaya ya, sampai buruh seperti saya ini mampu beli mobil" sembari hendak memantik korek api dan sebatang rokok yang sudah dihisap dan dikempit oleh dua buah bibirku serasa siap menerima desisan panas sang korek api.
"Tapi ahh, gak usah lah suasana juga makin sumpek gini ditambah asap rokok makin gak jadi dah".
Diletakkan kembali korek api dan rokoknya
"Wah ada apaan ini, kok pada berhenti total gini, apa ada kecelakaan ya didepan ?"
Rasanya ingin keluar dan mencari tahu tapi jalanan sesak bahkan untuk membuka pintupun tidak bisa.
"Mas ada apa ya ? kok pada berhenti gini sih" tanyaku kepada pengendara motor yang tepat berada disebelah mobilku.
"Kurang tahu mas, tapi tampaknya didepan banyak sekali Polisi dan TNI, mana aku pulangnya lewat situ lagi gak ada jalan lain " Tampak sedikit kesal dan panik dia menimpali pertanyaanku
Daripada terjadi apa-apa kalau keluar, akupun menunggu saja di mobil.
"wuahh... mau sampai kapan gini terus nungguian hal beginian yang gak penting banget !!!"
Suasana lagi gerah-gerahnya ada yang mengetuk pintu mobilku dengan wajah sayu serta tenaga yang begitu lemasnya.
Akupun segera membukakan jendela mobilku diapun lansung menyapaku "Permisi pak, selamat siang mohon maaf kami menggangu disuasana yang panas ini"
"Iya mohon maaf pak kalau mau minta sumbangan jangan sekarang deh, suasana lagi gerah banget" jawabku dengan nada meninggi tapi tak membuat wajah bapak tua itu sedikitpun mengkerut justru iya semakin bersemangat mengangkat jerigen yang dibawanya, ya sebesar jerigen yang biasa aku bawa untuk belanja bensin buat dijual eceran. Dan nampaknya jerigen itu sedah berisi walau sedikit.
"Bapak tahu kenapa jalanan ini bisa macet total !!" berganti dia berbicara dengan nada tinggi kepadaku dan dengan sedikit menghentak.
"Memang ini kenapa pak? kok sampai macet total gini?"
"Bapak lihat kan jalan depan gedung DPR itu banyak Polisi dan TNI ? "
"Iya betul pak, ada apa ya ?" tanyaku semakin dibuat penasaran oleh bapak tua itu
"Disana para anggota DPR yang katanya wakil rakyat sedang disandera oleh kawanan teroris, mereka meminta tebusan berupa uang 250 milyar, dan mereka meminta supaya diberi jalan untuk keluar. Jika tidak dipenuhi mereka akan membakar semua anggota DPR dan bila ada Polisi ataupun TNI berbuat macam-macam mereka akan meledakkan diri bersama anggota DPR yang disandera" Kata Bapak itu dengan berapi-api dan sedikit kesal
"Jadi tujuan bapak mengetuk setiap pintu mobil orang untuk meminta sumbangan ?Untuk menebus anggota DPR itu ?" tanyaku kembali sedikit terheran
"Bukann pak, tujuan saya kesini hanya untuk meminta sumbangan bensin bapak 1 liter aja buat diberikan ke teroris itu biar cepet dibakar saja, biar cepet selesai semua. Katanya wakil rakyat justru malah bikin susah rakyatnya saja bermacet-macetan gini. Udah sering bolos kalau rapat soal kepentingan rakyat, eehhh malah ada yang nonton bokep saat rapat kaya anak aku aja hobinya gituan"
"Wah bener pak saya nyumbang satu tangki bensin dimobil saya ini, biar mogok mogok sekalian dewh, towh dari tadi juga kaya mobil mogok" jawabku penuh semangat
"Ehh saya juga pak, sekalian sama motornya juga gak papa ntar gampang beli lagi" Seorang pengendara motor disebelahku ternyata dari tadi mendengar pembicaraan kami dan lansung berniat menyumbangkan motornya untuk dibakar sekalian
Ternyata orang lain juga guyup ingin menyumbangkan bensinnya ke penarik sumbangan bensin lain.
Sekian...
Â
Sumber dan Karya Oleh : Tarian Jemari
Untuk karya sastra lainnya bisa dilihat disini