Mohon tunggu...
Ismail Muhamad
Ismail Muhamad Mohon Tunggu... -

Saya seorang pemuda berusia 18 tahun saat inidilahirkan di Pekalongan pada tanggal 23 Juni 1992,tinggal dalam lingkungan sederhana di sebuah desa di Kabupaten Pekalongan yaitu Desa Paninggaran. Dunia Maya adalah salah satu bagian hidup saya dimana saya bisa berkreasi, berkarya, berekspresi, dan berbisnis. Ini biografi sederhana dari saya terima kasih :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Kenangan: Senyum di Rintik Hujan Part I

26 Oktober 2013   10:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:01 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.tariianjemari.tk

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="www.tariianjemari.tk"][/caption] Rintik hujan ini mengingatkan akan hal paling indah dalam hidupku, tak terbayang saat itulah aku bertemu sejumput hangat senyuman darimu senyum yang mengembang manis memberi sapaan dan kubalas dengan senyumanku yang paling  manis menurut pandangku. Hingga tak sampai kuberkata dan menyapa hujanpun mereda, diapun bergegas pergi meninggalkanku kembali memberi senyum manisnya serasa mengucapkan kata perpisahan yang indah. Kurasakan yang tak pernah kurasakan hatiku bergetar dan mataku tidak mau lepas dari setiap detik senyumnya seperti kupu-kupu yang tak mau lepas membidik bunga yang cantik dan dipenuhi madu. Waktupun tak lelah terus berputar dan hari selalu berganti tanpa heanti, ku selalu terbayang kelembutan senyumnya yang serasa memberi kebahagiaan tak terbatas, kebahagiaan seorang pangeran yang menemukan cinta sejatinya sungguh terasa manis semanis-manisnya. Andai saja waktu itu hujan tak berhenti, mungkin aku sudah jauh mengenalnya dan jauh lebih dekat dengannya. Seorang gadis dengan senyum termanisnya yang mampu membius hatiku, yang mampu menghentikan sebuah rintik hujan yang teramat deras, membuat suara bising hujan terasa seperti alunan lagu yang syahdu menciptakan suasana yang begitu romantis bagiku. Tibalah hari itu sepulang kerja seperti biasanya aku menunggu bus untuk pulang di halte bus. Dengan hujan yang deras mengingatkan aku pada peristiwa manis itu, sedang nikmatnya menikmati lamunanku tiba-tiba aku menyium harum yang sama yang begitu lembut dan semerbak wangi, akupun segera mumutar kepalaku penasaran ingin melihat siapa disampingku. Serasa jantung berdetak kencang aliran darah lansung naik ternyata dia kembali dengan memberi senyuman manisnya. Dengan salah tingkah dan gemetar akupun berusaha membalas senyumnya, entah apa yang menyumbat pikiran dan mengunci lidahku sehingga terasa sulit sekali untuk menyapa serta berkenalan dengannya, tapi dengan sangat ku beranikan diri karena ku tak mau kehilangan kesempatan indah untuk bisa lebih mengenalnya. Dengan nada gugup akupun mencoba menyapanya "hai ka..ka..mu kok disini lagi?" "loh kenapa? ini kan tempat umum jadi siapa aja boleh donk berada disini" kembali ia menjawab dengan nada sedikit kesal tapi serasa lenyap saat dia mengakhiri dengan senyum manisnya. Dan begitu bodohnya aku menanyakan hal seperti itu. "oh.. maaf maksud aku kamu kok nunggu bus disini apa tempat kerjamu dekat sini?" akupun mencoba mengalihkan suasana dengan pertanyaan yang ringan "iya, itu kantorku seberang jalan kelihatan juga kok dari sini, la kamu kerja dekat sini juga?" "sama deket juga tapi kantorku tuh mall yang gede itu" dengan nada malu aku menjawabnya, perlu diketahui aku lulusan sarjana S1 jurusan tekhnik yang baru lulus jadi masih nyari kerjaan sembari nyari aku kerja di lapak komputer Omku di mall itu. "wah seneng donk bisa belanja tiap hari, emang kamu kerja dibagian apa?" "nggak kok, aku cuman disuruh nungguin lapak komputer omku. Eh dari tadi nanya belum kenalan kita, perkenalkan nama saya Revan, salam kenal" sambil menyodorkan tangan kepadanya aku ucapkan kata-kata perkenalan yang umum aja karena tidak tahu harus ngomong apa "namaku marsha, salam kenal juga" sambil tertawa kecil mungkin dalam pikirannya formal sekali ini orang kaya orang penting, diapun menyodorkan tangannya yang halus untuk bersalaman dengan tanganku yang sedikit kasar Kamipun mengobrol dengan asyik hingga tanpa terasa hujan sudah berhenti menari-nari diatas langit. "hujan sudah reda nih tapi bus belum lewat" kataku sambil berharap jangan ada bus yang lewat dulu karena ingin rasanya kesempatan seperti ini tidaklah cepat berlalu "iya nih belum juga ada bus yang lewat" jawabnya singkat seperti tidak fokus kepada diriku karena sedang asik menekan keypad handponenya "daritadi sibuk terus nih sama handponya sampai akunya dilupain" sambil bergurau aku berusaha memecahkan keheningan "hehe..iya nih maaf yah soalnya sms penting banget" diapun melihatku dengan tersenyum manis, senyum yang mampu meruntuhkan kokohnya benteng hatiku "oh gakpapa kok. oh iya kamu punya obeng gak? "nggak" "punya kunci inggris gak?" "nggak juga" jawabnya sedikit bingung dengan pertanyaan anehku "tapi nomor hp punya kann?" "haaa,apa?!!!" seketika dia tertawa karena berpikir gombalanku yang sudah garing sering banget di tv. Diapun mengambil tissu dan bolpoin dan segera menuliskan nomornya dan bergegas pergi rupanya sudah ada sedan merah yang sudah datang menjemputnya dengan sopir seorang lelaki sangat tampan mebukakan pintu, sebelum dia masuk ke pintu mobil dia memberi isyarat jempol dan kelingking yang ditempel di kuping. Akupun paham bahwa dia menginginkan aku untuk meneleponnya, diapun bergegas pergi dengan sedan merah yang menabrak gerimis hujan itu bersama lelaki yang sangat tampan apa mungkin kekasihnya atau bahkan sopirnya pikirku sambil tertawa karena lelaki setampan itu tidaklah mungkin menjadi sopir. Ah tapi biarlah buspun sudah lewat akupun bergegas naik untuk pulang, sambil terus tersenyum sendiri membayangkan hal yang tidak mungkin terjadi bisa berkenalan dengannya, seorang gadis yang senyumnya membayangi setiap hariku. Malam yang begitu indah ktengok dari jendela tampak sinar rembulan yang penuh ditemani gemerlap bintang yang menambah indahnya di malam ini. Sedang melamun terlintas dipikiranku bahwa aku punya nomor telepone marsha "ohh.. hampir saja lupa dimana ya tadi sore aku taruh tissue itu" Akupun mencari kesana kemari di tas yang aku pake tadi sore di saku baju "aduuh..hilang nih kesempatanku untuk bisa lebih deket dengannya, mana belum tentu lagi bisa ketemu dengannya" sambil terus mencari tissue dengan sejumput tulisan nomor handpone seorang gadis manis. Teringat aku di celana yang dipake tadi sore kalau aku menyimpannya disaku celanaku lansung aku bergegas ke kamar mandi karena celanaku sudah aku rendam. Aku geledah bak cucianku tak peduli malam itu begitu dinginnya terus ku cari celanaku sampai cucian yang aku rendam jadi berantakan kemana-mana "aduh dimana ini kok belum ketemu sih celanaku, celana dimana kamu celana?" tanyaku konyol kepada celanaku  karena disaku itulah tersimpan tissue nomor hamdpone seorang gadis yang mungkin sudah lecek karena terlipat-lipat ***Bersambung Sumber : Tarian Jemari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun