Mohon tunggu...
Ismail Muhamad
Ismail Muhamad Mohon Tunggu... -

Saya seorang pemuda berusia 18 tahun saat inidilahirkan di Pekalongan pada tanggal 23 Juni 1992,tinggal dalam lingkungan sederhana di sebuah desa di Kabupaten Pekalongan yaitu Desa Paninggaran. Dunia Maya adalah salah satu bagian hidup saya dimana saya bisa berkreasi, berkarya, berekspresi, dan berbisnis. Ini biografi sederhana dari saya terima kasih :)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saya Pilih No 2 Tapi Saya Hormati No 1, untuk Persatuan Indonesia

21 Juni 2014   17:44 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:54 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selamat pagi salam kompasiana,

Di pagi yang sangat cerah ini saya ingin mengutarakan tentang pilihan saya untuk calon presiden negri kita Indonesia. Saya menjatuhkan pilihan karena visi misi dari masing-masing pasangan capres dan cawapres yang menurut saya semuanya sangat baik demi kemajuan Indonesia. Karena semua capres dan cawapres pasti sama visi dan misinya untuk kemajuan Indonesia tapi saya pilih yang realistis walaupun programnya kurang bombastis karena sudah dibuktikan dengan hasil kerja nyata bukan hanya retorika belaka yang melambung jauh tapi tidak terjadi, semoga saja bisa terjadi yang tentunya dapat mensejahterakan kami rakyat Indonesia. Bukan hanya janji-janji kampanye seperti capres dan cawapres sebelumnya yang sangat manis janji kampanyenya tetapi setelah diberi amanah oleh kami rakyat Indonesia lagi-lagi mereka hanya mengajak kita bermimpi tanpa bukti.

Saya pilih pasangan No urut 2 yaitu Joko Widodo dan M. Jusuf Kalla tapi saya tetap menghormati pasangan no urut 1 tanpa perlu mengkritik secara membabi buta, mencaci, menjelek-jelekkan. Karena nanti jika Calon lawan yang terpilih tentunya beliau juga tetap presiden kita yang wajib kita dukung dan awasi program-programnya untuk kemajuan rakyat Indonesia.

Jadi menurut pandangan saya dalam memilih Capres dan Cawapres adalah dengan track recordnya sebelum mencalonkan diri jadi presiden dan wakil presiden. Joko Widodo dengan kinerja kepimimpinannya menjadi Wali Kota Solo dan Gubernur Jakarta tentunya ambil sisi positif dan negatifnya kita timbang, menurut saya lebih banyak sisi positifnya terutama kebijakan yang pro rakyat dan itu salah satu yang dirindukan oleh Bangsa Indonesia dari apa yang hilang dari pemimpin kita selama ini.

Kemudian Prabowo Subianto tentu dapat dilihat dengan kepemimpinannya memimpin Pasukan militer tertinggi negeri ini Kopassus yang tentunya ada sisi positf dan negatifnya yang perlu kita timbang dan kaji. Dan akhirnya saya memutuskan untuk memilih no urut 2 Joko Widodo karena saat ini Indonesia butuh sosok pemimpin yang mau merubah sistem di negeri kita yang sudah terlanjur rusak dan perlu di revolusi secara total demi kebaikan masyarakat Indonesia. Tentunya dengan lansung mengawasi di lapangan bagaimana sistem itu berjalan dan itu ada pada Joko Widodo yang juga didukung oleh M. Jusuf Kalla yang kita ketahui kebijakannya dahulu waktu menjadi Wapres masih bisa dirasakan hingga saat ini.

Kemudian Prabowo didukung oleh orang-orang yang dari dulu saya benci karena perusak Negeri ini. Mulai dari pengemplang pajak, tokoh antipluralisme. Semoga jika kelak Prabowo menjadi Presiden, Beliau mampu merubah sistem yang sudah terlanjur rusak bukan malah terbawa oleh sistem yang sudah rusak tersebut dan apabila ada para tokoh yang ingin melanggengkan sistem itu kembali meskipun itu merupakan tokoh pendukungnya sewaktu nyapres, beliau harus tegas ratakan mereka tanpa pandang bulu sesuai janji kampanyenya untuk Indonesia Bangkit harus bersih dari sistem lama yang buruk.

Masing-masing relawan dari kedua calon saling berusaha untuk memenangkan pasangan calon dukungannya baik di dunia nyata maupun dunia maya. Mereka saling berkampanye dengan penuh semangat. Dan hal inilah yang membuat saya sedikit resah karena kampanye mereka bukan hanya kampanye positif dan negatif tapi menjurus ke kampanye hitam yang mengarah pada Suku, agama, ras, dan budaya yang dapat menyulut perpecahan Indonesia. Hal ini yang merenggut pesta demokrasi kita yang seharusnya diwarnai dengan kegembiraan dan kedamaian seluruh warga Indonesia. Dan yang lebih miris media-media online yang mengatasnamakan agama mengkampanyekan salah satu capres dengan fitnah-fitnah yang menjerumus ras dan agama.Krena bagi saya itu lebih menjijikan daripada para penjajah sekalipun dengan politik adu dombanya karena mereka berasal dari Ngeri sendiri dan mengatasnamakan agama Islam yang membuat malu saya sebagai muslim karena isinya semua berupa fitnah dan kebencian. Yang sama sekali tidak menggambarkan keindahan kebersamaan dalam perbedaan agama Islam.

Untuk itu saya menginginkan siapa saja di Kompasiana untuk berdebat dengan saling beradu argumen dan saling mengkritisi  visi dan misi calon dukungannya yang positif untuk kemajuan Indonesia. Dan yang berada dilapangan janganlah terpecah dengan menggunakan kekerasan lakukan kampanye positif yang mungkin dilakukan dengan saling beradu kreatifitas membuat yel-yel untuk pasangan dukungannya.

Agar tercipta PEMILU yang damai dan menenangkan untuk, kita semua.

Salam Perdamaian Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun