Mohon tunggu...
Amy Kumara
Amy Kumara Mohon Tunggu... -

seseorang yang ingin membahagiakan orang-orang terkasihnya. . .

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hari Kelahiran Pancasila: Tegakkan Kembali Nilai-nilai Luhur dalam Pancasila

1 Juni 2013   09:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:42 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hari ini tepat 1 Juni 2013, tepat di hari ini pula diperingati sebagai hari kelahiran pancasila. Berbicara mengenai pancasila jelas tidak dapat dipisahkan dari sistem nilai, karena di dalam pancasila sendiri terdapat nilai-nilai yang saling berkaitan satu sama lainnya, nilai-nilai luhur di dalam pancasila diambil dari kepribadian bangsa Indonesia. Di mana serangkaian nilai tersebut adalah Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Jika kita kembali melihat implementasi pancasila sebagai dasar Negara sekaligus sebagai ideology bangsa kita, apakah penerapannya memang benar sudah sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam pancasila?

Kenyataan selama ini pancasila tidak diimplenetasikan secara murni, banyak terjadi penyimpangan terhadap nilai-nilai luhurnya, mulai dari penyimpangan terhadap HAM seperti contoh pembunuhan secara keji bahkan dengan cara mutilasi, hingga pemerkosaan yang saat ini gencar menjadi sorotan publik. Jelas hal ini merupakan penyimpangan terhadap sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab, banyak sekali manusia yang tidak beradab dan tidak bermoral, mereka seakan lupa bagaimana seharusnya berperilaku sesuai dengan ajaran agama, dan bagaimana nilai-nilai luhur yang ada di dalam pancasila yang seharusnya dijadikan landasan/dasar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Nasionalisme yang menjadi esensi dari sila ketiga juga tidak diimplementasikan dengan baik, rasa nasionalisme di kalangan jiwa muda melebur seiring dengan globalisasi yang semakain tanpa batas, banyak kalangan anak muda tidak mengetahui budayanya sendiri, mereka lebih akrab dengan nyanyian-nyanyian dan tarian dari barat ketimbang budaya Indonesia. Seharusnya pancasila dapat dijadikan filter bagi kebudayaan asing yang masuk, mana yang sesuai dan mana yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita.

Tak heran beberapa kebudayaan kita diklaim oleh Negara lain, wajar saja generasi muda Negara kita banyak yang tidak menghargai dan hanya memandang sebelah mata. Mengenai sila keempat yang esensinya adalah demokrasi, sebenarnya demokrasi di Indonesia sudah berjalan dengan baik dari segi procedural, hanya saja belum mencapai taraf substansial, sehingga belum dapat menyejahterakan masyarakat. Yang lebih menyakitkan lagi adalah penyimpangan terhadap sila kelima, yaitu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Menjadi rahasia umum, bila banyak sekali anak usia sekolah tidak dapat menikmati manisnya bangku pendidikan, di usia mereka yang belia, mereka malah justru terjun ke jalan untuk sekedar mengisi perut mereka. Angka kemiskinan di Indonesia masih menunjukkan prosentase yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa keadilan social hanya berlaku bagi pejabat negeri ini, tidak berlaku unutk seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila yang menjadi dambaan Negara kita, yang dijadikan landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara masih jauh sekali dari harapan. Butuh kesadaran ekstra tinggi untuk kembali menghayati dan menerapkan nilai-nilai luhur yang ada di dalamnya, sehingga pancasila tidak hanya sebagai penghias bagi Negara kita, tetapi benar-benar dijadikan sebagai dasar dan ideology, dan harapan tidak akan ada lagi penyimpangan terhadap sila-silanya dapat tercapai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun