Tahu dengan band Karimata ini sejak beberapa bulan lalu, lupa juga pertama kali mendengarkan dari youtube atau spotify tapi yang pasti kalau melansir dari beberapa referensi di google, bisa dibilang kalau lantunan nada band ini melampaui sekali jamannnya. Lagu pertama yang paling akrab ditelinga tentu "Rainy Days and You" berduet dengan Phil Perry. Gegara lagu ini jadi ulas seadanya betapa aku menikmati sebagian lagu -- lagunya, sebut saja "Kisah Kehidupan" berduet dengan Harvey Malaiholo.
"Cerita ini telah menjadi peringatan tuk memandang sejenak ke belakang" kata Harvey dari penggalan lirik lagu "Kisah Kehidupan" yang enak didengar bahkan seakan -- akan dibawa sejenak ke hiruk pikuk pergaulan era tahun 80 an. Namun kepopuleran "Kisah Kehidupan" sendiri tak berhenti di jamannya itu, permainan piano serta ritme nada seakan tak akan pernah terulang di jaman sekarang yang sangat populer dengan aliran musik senja.
Rasa penasaran dengan suara khas penyanyi "Rainy Days and You" jadi bahan pencarian yang menuju ke lafu "Born To Love You" dan setelah ditelusuri lebih dalam ternyata Phil Perry sedang bekerjasama dengan band gawangan Candra Darusman dan kawan -- kawan.
Setelah mengorek sedikit ulasan sendiri sekitar tujuh bulan lalu ternyata band ini memang sudah melampaui jamannya sejak berdiri tahun 1985 silam. Kalau dari ulasan tersebut memang tahu dengan Karimata ini dari kanal youtube.
"Yang membuat menarik adalah pilihan putar otomatis dari youtube malah menampilkan penampilan langsung dari Band #karimata Candra Darusman dan kawan -- kawan yang diunggah oleh Channel sama, Sumber Ria Suite. Tentu lagu beliau yang masih enak ditelinga sampai sekarang adalah "Kau" dari album #indahnyasepi tahun 1981." -- di ambil dari paragraf unggahan di media LinkedIn waktu itu.
Lalu kini tergila -- gila untuk sering mendengar lagu "Take Off To Padang" dari band Karimata alasannya sederhana nada khas daerah Padang bisa di modernisasi dengan bunyi saxophone yang tak asal -- asalan mengelaborasikannya. Belum lagi saat di ujung lagu, permainan piano sampai bisa membuat orang mendengar berkhayal sejenak dengan suasana ruang tunggu bandara saat itu yang dipenuhi oleh ornamen klasik dari seluruh daerah serta melihat bule -- bule berdatangan berdecak kagum dengan kekhasan saat mereka tiba di Indonesia.
Jujur belum bisa untuk menikmati keseluruhan album "JEZZ" tahun 1991 dari band ini, namun rasa salutku adalah beberapa lagu mereka sepertinya sekarang tak bisa disaingi oleh musisi baru, apalagi genre sekarang lebih ke nada -- nada sore isme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H