Memang selera apapun itu, baik film, buku, atau yang lain adalah sudut pandang pribadi, oleh sebab itu dalam satu referensi ada yang suka dan juga ada yang tidak menyukai hal tersebut.
Malam ini melanjutkan lagi untuk menonton film laga Indonesia di platform digital netflix berjudul "The Shadow Strays" karena pengaruh video singkat influencer otomotif Fitra Eri dalam promosinya.
Beberapa hari belakangan memang pernah coba menonton film ini, tapi dimenit -- menit awal sudah tak begitu tertarik dengan obrolan tokoh 13 dengan Instruktur Umbra, seketika terlintas banyak dialog daripada aksi laga.
Pelan -- pelan menonton sampai menyisakan waktu sekitar 47 menitan dan hal yang membuat bosan dari film ini adalah tidak berubahnya adegan -- adegan aksi laga dari semenjak film "The Raid", seperti penggunaan kata -- kata kasar hingga kebrutalan sinematik tak elegan.
Perlu ditekankan jika paragraf diatas itu adalah pandangan pribadi atau subjektif terhadap sebuah tontonan. Melanjutkan lagi ulasan singkat ini, yang agak lebih baik dari film The Shadow Strays sebenarnya adalah alur cerita yang agak mendingan walaupun hampir mirip dengan film di platform sama yaitu "Gunpowder Milkshake", ceritanya ada pembunuh hebat tiba -- tiba menyelematkan seorang anak lalu terlibat melawan kelompok lebih besar.
Tapi maafkan saya kalau aksi laga seperti ini sudah sangat membosankan, apalagi menggunakan kata -- kata kasar seperti anjing dan lain sebagainya.
Patut di apresiasi karena adegan -- adegan laga seperti pasti banyak menguras fisik dan mental, selain itu kemunculan Aurora Ribero dan Eva Celia sebagai cameo juga pantas dihargai. Tapi sekali lagi maaf kalau film ini masuk ke rating "Bukan untuk saya", jujur era penggunaan kata -- kata sampai adegan brutal sudah tak menimbulkan daya tarik lagi bagi saya apalagi disuguhkan dengan waktu hampir 2 jam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H