Mohon tunggu...
Amung Palupi
Amung Palupi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Seorang yang sedang mencari kesempatan dunia dengan melakukan hal yang bisa dilakukan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Cerita Saat Pergi ke Samsat

1 Juli 2024   21:23 Diperbarui: 1 Juli 2024   21:33 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pagi ini mengharuskan pergi ke kantor pelayanan masyarakat (samsat) untuk bayar kewajiban pajak kendaraan mobil per tahun. Sampai diloket pelayanan, biasanya ramai malah sepi, cuma ada beberapa orang yang punya niatan sama. Perbedaan tahun lalu dan sekarang cukup jauh, tentu lebih baik fasilitasnya, dari adanya sofa kulit berjejer di baris depan kursi tunggu, beberapa standing AC diberagam sisi ruangan, air mineral yang masih dipertahankan sampai sekarang.

Tapi sebaliknya ada lebih, tentu ada kurang. Yang dihilangkan atau kemungkinan belum dipasang dari cabang samsat disini adalah papan pengumuman berbagai informasi biaya, seperti tarif biaya mutasi, balik nama, BPKB Baru, sampai ke biaya  nomor polisi khusus sesuai permintaan. Bagi pribadi, ini sangat merugikan, alasannya cukup sederhana, tidak adanya keterbukaan informasi.

Semenjak tidak satu induk lagi dengan kantor Polresta selepas beberapa tahun lalu, patut diakui layanan samsat untuk mengurusi bidang kendaraan ini mulai banyak perubahan, salah satunya adalah banyak selebaran informasi tentang tidak terima calo hingga pungli tertempel hampir diseluruh sudut serta sisi ruangan, ada sub loket beda layanan serta beda tempat dengan tulisan ukuran besar dan Jelas, contoh Bagian Mutasi, balik nama, urus pajak 5 tahunan, hal ini memudahkan kita harus antri sesuai kebutuhan. Dengan ruangan cukup besar, pendingin ruangan memadai, ruang bermain anak, serta sekarang ditambah adanya Aquarium ikan hias tepat didepan pintu masuk, sangat bisa menciptakan suasana menjadi nyaman.

Mungkin hal ini dilakukan demi beradaptasi dengan perkembangan kepemilikan kendaraan yang sudah menyamai jumlah penduduk di kota ini, sehingga tempat yang lawas, kecil seperti ditahun awal 2000an, loket yang menyatu dan hanya dibatasi oleh keperluan masyarakat saja dirubah dengan membuat nyaman sehingga memunculkan daya tarik sendiri agar mereka lebih taat membayar pajak. Tak hanya itu, dengan adanya aturan untuk tak beri kesempatan bagi pungli dan calo, tentu membuat masyarakat yang memiliki kendaraanpun harus melakukan pembayaran kewajiban pajak on location. Manfaatnya pembayaran biaya sesuai dengan yang tertera di STNK, adanya kegiatan transaksi langsung oleh petugas, serta mengerti bahwa pembayaran pajak kendaraan bermotor itu mudah karena hanya butuh antri dan mempersiapkan dokumen yang diperlukan.

Penilaian diatas hanya diambil dari perjalanan pagi hari ini untuk membayar pajak kendaraan di samsat lokal kota tempat saya tinggali. Namun tentu inovasi -- inovasi terkait adaptasi teknologi, mengangkat mutu pelayanan lebih baik lagi dihampir seluruh daerah di Indonesia sudah dilakukan dengan maksimal. Bahkan disinipun sudah giat menginformasikan jika pembayaran pajak tahunan bisa dilakukan secara daring.

Sangat disayangkan kalau masih ada orang -- orang mempertahankan menggunakan calo atau memberikan "ucapan terimakasih" walau sudah ada himbauan untuk tidak melakukan hal tersebut, kantor Samsat di kota Pangkalpinang saja sudah banyak perubahan ke arah lebih baik lagi.

Sementara ada pelayanan samsat keliling, hadir di pusat perbelanjaan, sampai pembayaran melalui sistem daring atau online ada untuk memudahkan masyarakat menjadi lebih maju.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun