Mungkin kebanyakan pengguna sosial media sudah tahu kalau salah satu pembawa acara berita di tv beberapa bulan lalu sempat terpeleset pelafasan kalimat dari "diskon tol" yang mengundang gelak tawa sampai sepertinya media berita yang menaungi pembawa acara tersebut terkesan membela karena tetap menggunakan kalimat sama dalam penayangan rekam peristiwa selanjutnya.
Lalu ada pula sekarang muncul rekaman wawancara salah komunikasi dari pihak pemberi kerja dengan seorang pelamar terkait kata "background" dengan perbedaan pemahaman antar keduanya.
Dari kedua contoh diatas, seperti yang diketahui bahwa penggunaan bahasa Indonesia sekarang malah harus lebih diperhatikan daripada tak mengindahkan atau mengartikan jika "bahasa" adalah sebuah tatanan tulisan serta lisan yang rumit serta tak bisa diterjemahkan lebih sederhana.
Merunut pada mesin pencarian internet seperti google saja, menurut Kotler (2003) bahwa diskon adalah pengurangan langsung dari harga barang pada pembelian selama suatu periode yang waktu yang dinyatakan. Kemudian ditekankan lagi jika dari KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa diskon adalah potongan harga.
Seharusnya sebagai pembawa berita yang sudah lama menggeluti bidang tersebut atau tim redaksi atau ahli ketatabahasaan lebih bisa memilih kalimat yang tak menjurus pada salah pemahaman kepada objek tujuan, padahal fungsi media sendiri adalah untuk menyampaikan informasi dengan terang serta jelas agar bisa diterima oleh semua penerima pesan.
Begitupun penggunaan kata "background" dari seorang pewawancara calon pelamar kerja, karena harus dimengerti bahwa "background" merupakan bahasa tidak baku dan tentu merupakan bahasa asing. Jika dalam judul tersebut HRD kena mental karena pelamar salah menafsirkan kata background dengan merubah latar digital dibelakang dirinya, tentu kritikanpun akan tertuju juga ke sosok penanya perihal alasan tak menyerderhanakan atau menggunakan bahasa dengan pemahaman lebih sederhana.
Seharusnya sekarang penguatan karakter penggunaan bahasa Indonesia dalam lisan maupun tulisan harus lebih diperhatikan apalagi jangan sampai tercampur dengan bahasa asing atau serapan yang seharusnya bisa disederhakan atau dimengerti lagi oleh khalayak umum. Nahas jika sampai saat ini malah banyak orang yang berhasil mengenyam pendidikan lebih tinggi (0,5 persen dari jumlah penduduk tanah air), memiliki jabatan atau pekerjaan mumpuni malah tak ingin paham dengan ketatabahasaan Indonesia lebih baik agar orang lain bisa memahami pesan atau informasi yang ingin dijelaskan.
Masuk ke pembahasan lebih mendalam, dan jika hal tersebut diteruskan bukannya tak mungkin apabila nilai karakter manusia Indonesia akan bergeser tak mengenal jati dirinya lagi. Dari beragam informasi yang dihimpun oleh penulis, fungsi dan kedudukan bahasa itu sangatlah penting bagi negara kita, selain menjadi bahasa nasional diatas bahasa - bahasa daerah, salah satunya sebagai salah satu bahasa resmi yang diatur melalui UUD 45 dengan sejarah sangat panjang.
Pengaruh perkembangan ekonomi di suatu wilayahpun memang tak bisa dipungkiri berdampak pada pengunaan bahasa Indonesia seutuhnya. Mengambil contoh dari salah satu pengguna kanal youtube yang berhasil mengunggah banyak topik tertentu melalui suara seperti siniar, keberadaannya serta tumbuh kembangnya di Aceh benar -- benar tertutupi karena menggunakan bahasa daerah Jakarta seperti "Lo -- Gue". Bisa disimpulkan dari atas, jika ada pula penggerusan penggunaan bahasa Indonesia dilakukan demi hanya ingin mendapatkan pengakuan khalayak umum semata.
Jika penulis memikirkan di tengah paragraf atas ada beberapa kelompok berpendidikan tinggi atau kaum menengah mantap pekerjaan sedang tidak baik -- baik saja dalam menyampaikan pesan atau berkomunikasi, nahasnya lagi setelah dibahas lebih dalam maka ada lapisan tertentu seperti enggan menguatkan identitas melalui penggunaan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat menarik bagi penulis karena memiliki banyak arti serta makna indah. Apalagi ditengah percepatan perkembangan dunia digital serta kemungkinan adanya keengganan dalam mempelajari hingga menggunakan bahasa utuh, sangat disesalkan jika bahasa sendiri saat ini harus tercampur dengan bahasa asing dalam kegiatan sehari -- hari. Membangun karakter bangsa cukuplah sederhana, mulailah dari menggunakan bahasa Indonesia lebih baik lagi.