Mohon tunggu...
AMU KASIM
AMU KASIM Mohon Tunggu... PETANI -

Hidup sebagai petani di Raha, Muna Sulawesi Tenggara. Itu Saja

Selanjutnya

Tutup

Politik

Setya Novanto, Jokowi, dan Pilpres 2019

18 Mei 2016   15:47 Diperbarui: 18 Mei 2016   15:52 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, https://kupilih.files.wordpress.com


Walaupun hanya seorang petani tidak salah kalau saya ikut berbicara dan menganalisa ala kadarnya  setelah Setya Novanto  resmi sebagai ketua Umum Golkar yang baru, apalagi ayah saya seorang Golkar Sejati yang sering bercerita tentang kebaikan Golkar di Era Soeharto, dan karena kefanatikannya sewaktu Pemilihan Umum Pertama di zaman Reformasi, Ayah saya langsung mencoblos nomor 2 yang merupakan nomor kebanggan Partai Golkar di zaman 3 Partai, belakang dia baru tahu ternyata yang dipilih Bukan Golkar tapi Partai Krisna yang bernomor urut dua.

Banyak “tanda-tanda alam” yang sebenarnya bisa terbaca dan kejadian-kejadian yang dapat diamati dan dirasakan sebelum dan selama berlangsungnya Musyawarah Luar Biasa Partai Golkar di Bali, Yang menarik adalah pembukaan dan penutupan Munaslub, keduanya mempunyai benang merah yang dapat memperjelas isu yang beredar di media bahwa Joko Widodo melalui Luhut Pandjaitan mendukung Setya Novanto, Yusuf Kalla mendukung Ade Komarudin

Guyonan Jokowi di  Pembukaan Munaslub Golkar

Luhut Pandjaitan sebagai Menkopolhukan Mengumpukan ketua DPD 1 nggak apa-apa, beliau anggota Dewan Pertimbangan Golkar, Wakil Presiden Yusuf Kalla juga mengumpulkan Ketua DPD 1 ya nggak apa-apa juga, beliau mantan Ketua Umum Golkar, kurang lebihnya seperti ini Joke yang diucapkan Jokowi dalam pembukaan Munaslub. Sebuah Guyonan halus yang langsung dimengerti publik bahwa memang ada pertarungan kepentingan antara Luhut dan Kalla sebagai orang yang disegani di Partai Golkar. Semakin terang benderang tatkala sebelum Pemilihan Luhut Pandjaitan menemui Setya Novanto dan akhirnya Setya Novanto lah yang terpilih sebagai Ketua Umum.

Yusuf Kalla “Tidak Sempat”  Menutup  Munaslub Golkar

Sudah tradisi di Negara ini Pembukaan Hajatan Akbar Partai-Partai Pendukung Pemerintah dilakukan oleh Presiden dan Penutupan oleh Wakil Presiden. Setelah Munaslub Gokar 2016 di Bali sepertinya sudah tidak akan menjadi tradisi lagi, Munaslub Golkar ditutup oleh Menteri Dalam Negeri Cahyo Kumolo. Mengapa Bukan Yusuf Kalla mantan Ketua Umum Golkar yang sekarang menjabat Wakil Presiden yang menutup? Tokoh utama yang berhasil mendamaikan Ical dan Agung Laksono untuk sepakat mengadakan Munaslub serta memaksa dengan bijaksana agar kedua Ketua Golkar tersebut tidak maju sebagai Calon Ketua.

Dari dua kejadian diatas dan dirangkai dengan benang-benang kusut sebelum dan selama Munaslub, tidak dapat disalahkan dan sah-sah saja kalau media dan publik beranggapan bahwa Joko Widodo mendukung  Setya Novanto dan Yusuf Kalla mendungku Ade Komaruddin

Setya Novanto Bukan Calon Presiden

Otak dan energi dipaksa bekerja keras agar dapat memahami bagaimana seorang Joko Widodo mendukung Setya Novanto untuk menjadi ketua Golkar, itulah realitas bahwa “politik hanyalah sebuah seni bagaimana mencapai tujuanyang diingikan”  dan sampai saat ini masih sakti idiom “Dalam Politik tidak ada Teman dan Musuh Abadi, yang ada kepentingan yang Abadi”.  Dan yang hampir kita lupa bahwa Joko Widodo Juga Seorang Politikus.

Kepentingan yang paling jelas adalah jika kita berbicara tahun Pemilu 2019, tahun yang akan dilaksanakan Pemilihan Presiden. Jokowi sudah pasti akan maju lagi sebagai seorang Petahana, dan dapat dipastikan Yusuf Kalla akan mengulang sejarah sewaktu berpasangan dengan SBY yang hanya bisa menyaksikan pasangannya akan maju lagi seorang diri dengan calon wakil presiden yang baru. Dengan mendukung Setya Novanto, sekali mengayuh dua tiga pulau terlampaui. Jokowi minimal tidak akan terlalu dipusingkan lagi dengan Calon yang akan diusung oleh Partai Golkar karena sudah dapat dipastikan Partai Golkar tidak akan mencalonkan Setya Novanto sebagai calon presiden, dan untuk mendapatkan dukungan partai Golkar di Pemilihan Presiden 2019 lebih mudah jika dibandingkan kalau yang menjadi ketua adalah Ade Komaruddin, dan Luhut Pandjaitan akan langgeng menjadi Menkopolhukam dan walaupun kecil bisa menjadi kuda hitan calon penggati Yusuf Kalla.  Semua hanya sebuah pandangan pribadi dari sudut pandang seorang petani

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun