Dalam Situs resmi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (www.icmi.or.id), Sekjen ICMI Jafar Hafsah mengatakan bahwa.
“Jika Youtube dan google menolak untuk mengontrol situs mereka, dimana situs tersebut merilis mereka layak untuk di blokir. Jutaan konten pornografi dan kekerasan ada di situs tersebut, diperkuat oleh kondisi belakangan ini.
Hampir semua pelaku pornografi dan kejahatan seksual mengaku mendapatkan rangsangan dan inspirasi dari tayangan porno yang bersumber dari mesin pencari google dan youtube yang sangat mudah diakses, baik melalui komputer ataupun telepon genggam”
Masih melekat dalam ingatan saya di awal tahun 90an, bagaimana ICMI melahirkan beberapa tokoh-tokoh yang berpikiran cerdas dan layak disebut Cendekia, benar-benar kritis dan tidak jarang keputusan penting bangsa ini lahir dari buah pikir anggota ICMI.
Anggota ICMI benar-benar sebagai tempat bertanya umat tentang masalah kebangsaan dan memang yang menjadi anggota ICMI pada saat itu orang-orang yang cerdas dalam hal “ilmu dunia dan ilmu agama”.
Lalu mengapa ICMI berpikir pragmatis seperti ini dengan mengeluarkan rekomendasi kepada Pemerintah untuk menutup Google dan Youtube? bagaimana bisa Organisasi “Sekelas” ICMI membuat rekomendasi yang sangat kontroversial dan cenderung kalap?
Dengan melihat namanya saja harusnya sudah menunjukkan bahwa tingkat pemikiran orang-orang yang bernaung dalam Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia adalah orang-orang yang berpikir secara cendekia, yang mampu mencari solusi atas persoalan bangsa ini.
Sudah menjadi sebuah keniscayaan bahwa Google yang salah satu fungsinya sebagai search engine memang dirancang untuk memunculkan tiap kata yang kita kehendaki.
Begitu juga dengan Youtube akan mempunyai respon yang sama ketika di kolom “search” diketikan satu kalimat. Jangankan satu kalimat, satu kata pun akan muncul apa yang hendak cari.
Dan yang harus diingat bahwa Google dan Youtube hanya sebuah mesin yang tidak berarti apa-apa tanpa manusia dibelakangnya. Pun cara kerjanya sama dengan mesin-mesin yang lain di dunia ini, tidak akan ada artinya mesin tanpa manusia.
Masa iya sih yang harus disalahkan adalah mesin yang tidak tahu apa-apa? Apakah sebelum ada google dan youtube tidak ada kasus pornografi di Indonesia? Yang namanya inspirasi bisa muncul darimana saja, ada orang yang hanya dengan melihat celana dalam yang dijemur saja bisa jadi inspirasi tindakan kejahatan, kalau tidak percaya, silahkan klik Google.