Mohon tunggu...
AMU KASIM
AMU KASIM Mohon Tunggu... PETANI -

Hidup sebagai petani di Raha, Muna Sulawesi Tenggara. Itu Saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Jokowi Tidak Suka Lagi dengan Ketupat

30 Juni 2016   14:10 Diperbarui: 30 Juni 2016   14:17 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Operasi Ketupat yang selama bertahun-tahun menjadi trade mark kepolisian menjelang hari Raya Idul Fitri, sudah tidak akan kita pernah dengar lagi. Operasi yang selalu menggunakan logo dan gambar ketupat di setiap spanduknya akan tinggal sejarah . Mulai tahun ini, tepatnya tanggal 30 Juni 2016  Operasi pengamanan Idu Fitri berubah nama menjadi Operasi Ramadniya.

Menurut Kapolri, Presiden Jokowi lah yang meminta untuk mengganti nama Operasi Ketupat dengan nama yang lain. Jadilah ”Ramadniya” menggantikan peran “Ketupat” sebagai predikat kata Operasi.

Kata Ramadniya sendiri berasal dari bahasa sangsekerta yang artinya suci, bersatu, sempurna dan jika dilihat dari struktur kata sangat mirip dengan kata Ramadan dan pastinya Jokowi sudah menyetujui dengan nama Ramadniya sebelum resmi diumumkan Polri.

Apa yang salah dengan Ketupat sehingga Presiden kita perlu mengganti nama “Ketupat” nya Polri dengan nama lain. Sampai saat ini, diakun twitternya, belum terlihat Operasi Ketupat di singgung oleh Presiden Jokowi.

Telinga Pak Jokowi berhasil merekam sesuatu yang luput dari pendengaran kita selama ini, bahwa kalimat Operasi Ketupat sudah menjadi kalimat biasa saja yang tiap tahun terdengar dari lokasi jalur mudik dan terpasang dengan gambar ketupat di spanduk pada sudut-sudut jalan dan perempatan jalan.

Secara nalar dan logika sehat manusia, kita masih bisa menebak-nebak bahwa Keputusan Presiden menggantinya karena Ketupat adalah makanan yang “maqom-nya” di hari raya Idul Fitri lebih tinggi dari jenis makanan yang lain.

Dan mungkin tidak begitu etis menyandingkan makanan dengan kata operasi, Operasi Ketupat sangat bisa diartikan secara letter-lek sebagai “Operasi Makanan”, Operasi yang digelar khusus untuk menghadapi hari raya Idul Fitri.

Merubah presepsi, mungkin kata yang tepat.  Presiden Jokowi sebagai pemimpin sedang berusaha untuk merubah presepsi tentang Idul Fitri di kepala sebagian besar umat muslim yang dipimpinya,  bahwa esensi dari Lebaran bukan ketupat (makanan enak), Tetapi merupakan puncak dari “laku diri” kita selama bulan Ramadhan untuk lebih Ramadniya (suci, baik) dalam bertindak.

Di hari lebaran makan makanan yang enak dan menggunakan baju baru merupakan suatu yang sah-sah saja, yang menjadi “tidak sah” ketika “harus” hadir di hari Raya Idul Fitri. Karena Hari Raya Idul Fitri tidak menghalangi kita untuk tetap sederhana, Pesan yang selalu akan didengungkan Jokowi, pesan tentang kesederhanaan dalam hidup.

Sama Santun

Bacaan :   1   2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun