Mohon tunggu...
Amba Sumujud
Amba Sumujud Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Mencermati pendar informasi dan ungkapan kebebasan berekspresi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pekerja Seni Itu Penghasilannya Tak Menentu

31 Januari 2015   00:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:04 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi artis itu enak ya! Berpakaian bagus dan modis, makan di restoran mahal, jalan-jalan dengan mobil bagus, pentas dari satu kota ke kota lain, dikerubuti fans yang minta foto bersama, dan sekian bentuk kenikmatan lainnya. Wajar jika banyak orang, terutama remaja, yang terbius dengan gambaran kenikmatan itu. Menjadi artis merupakan merupakan pilihan yang gampang dan enak untuk mendapatkan uang, kira-kira begitu yang ada dalam benak orang yang terbius.

Mari sejenak kita lihat sisi lain mengenai kehidupan artis. Tersebutlah Tessy, pelawak yang ditangkap polisi karena keterlibatannya dalam penggunaan narkoba. Dia juga mencoba mengakhiri hidup saat hendak ditangkap oleh yang berwajib di suatu rumah. Menurut kabar yang beredar, hal itu ditengarai karena dalam kondisi usia yang menua, Tessy tidak memiliki uang karena sepi job. Artinya, artis pun bisa masuk dalam keterpurukan finansial yang tentunya berimbas pada taraf kesejahteraan hidupnya secara material.

Alkisah sekian puluh tahun silam, seorang pelawak legendaris bernama S. Bagio tengah bercengkerama bersama sesama teman-teman seniman di sebuah restoran. Bahasa anak sekarang, sedang hang out. Sepertinya saat itu dia belum berada pada puncak ketenaran. Tanpa diduga-duga, di depan matanya seorang bocah pengemis datang menengadahkan tangannya, bukan kepada S. Bagio, namun kepada teman serombongan yang tengah asyik menikmati sajian santapan. Bocah itu tak lain adalah satu dari sebelas anak kandungnya. Jika anda berada pada posisi S. Bagio, apa yang akan anda rasakan saat itu? Masihkah suasana makan dan obrolan terasa nikmat untuk anda? S. Bagio sendiri menuturkan bahwa itu merupakan salah satu pengalaman getir yang menghancurkan perasaannya.

Sekarang, mari kita lihat kejadian terkini di penghujung Januari tahun 2015 ini. Seorang pemain kesenian ketoprak dari Kabupaten Boyolali bernama Sudadi, harus berurusan dengan polisi karena mencuri dua ekor kambing. Menurut berita, ia mengaku nekad mencuri karena pendapatan manggung akhir-akhir ini tidak bisa untuk menutup kebutuhan sehari-hari.

Begitulah, kehidupan glamour artis hampir bisa dipastikan adalah milik artis yang memang sedang naik daun atau berada dipuncak popularitas. Ia lagi payu, alias laku di pasar. Permintaan untuk manggung mengalir deras, diikuti oleh tarif yang terus menanjak mengikuti hukum permintaan dan penawaran.

Penghasilan artis (terutama yang tidak terkenal dan juga artis daerah) umumnya fluktuatif. Hal yang paling ditakutkan, namun harus dihadapi, adalah saat kita sedang tidak payu alias seret manggung atau sepi job. Ada pembelajaran yang bisa didapatkan dari kejadian-kejadian di atas. Kesadaran menetapkan level gaya hidup yang akan dijalani menjadi sangat penting, bukan hanya bagi artis yang bersangkutan namun juga pasangan hidup maupun keluarganya (anak-anak). Perasaan sakit tentunya akan mendera saat kita harus meninggalkan kebiasaan gaya hidup enak yang kita jalani karena penghasilan tidak dapat lagi mengimbangi gaya hidup nyaman. Kitalah yang bisa menetapkan untuk diri kita sendiri dan keluarga berdasarkan data-data historis fluktuasi penghasilan kita. Ini membantu kita untuk mengatur keseharian gaya hidup dan pola konsumsi sesuai standar yang kita tetapkan, baik pada saat panen job atau tengah dirundung paceklik manggung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun