Mohon tunggu...
Akbar Muhibar
Akbar Muhibar Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa, Blogger dan Vlogger

Penyuka seni suara dan seni membaca terbalik. Saat ini juga menjadi penulis di akbarjourney.com dan vlog akbarjourney.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

IPB Layak Ditutup? Yakin?

29 Maret 2014   00:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:20 7183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya postingan ini untuk menanggapi dari postingan mbak Esther Lima yang di sini (Mudah-mudahan belum dihapus ya sama mimin)

Ada beberapa hal yang saya ingin sampaikan di sini.

1. Saya pribadi merupakan mahasiswa aktif di Program Diploma IPB dan menurut analisis yang mbak sampaikan, kegiatan-kegiatan yang di"curhatkan" oleh sang dosen tersebut Alhamdulillah tidak terjadi di Program Diploma IPB. Seluruh kegiatan belajar mengajar yang ada di IPB (khususnya Program Diploma) sudah memenuhi ISO 9001:2008 jadi saya pikir memang sudah berkualitas.

2. Seluruh program keahlian maupun jurusan yang ada di IPB dibangun sesuai dengan kebutuhan masyarakat, industri dan pemerintahan yang berkorelasi dengan pertanian, jadi diharapkan seluruh lulusan yang ada bisa mendapatkan ilmu dan bisa mengimplementasikannya di lingkungan sekitarnya. Baik itu di kantoran, lahan hingga industri strategis yang berhubungan dengan pertanian.

3. Sesuai dengan pernyataan mbak yang ini:

"USAID menggelontorkan $69.5 juta tahun 2011, $3 juta tahun 2012 hanya untuk pengembangan program pertanian Indonesia, lalu meng-compare-nya dengan website Kementerian Pertanian. Dapat ditarik kesimpulan, bahwa program Kementrian Pertanian, isinya adalah program USAID. Menunjukkan matinya Kementerian Pertanian, karena yang eksis bukan programnya sendiri, melainkan program USAID yang diganti dengan istilah Indonesia sehingga seolah-olah seperti program keluaran Kementrian Pertanian"

Saya mau nanya, yang jadi permasalahannya khan Kementerian Pertanian, kenapa mesti IPB yang kena? Ngga semua orang yang ada di Kementan itu lulusan IPB bukan? Menurut saya itu berlebihan jika menyatakan kegagalan Kementan gara-gara ulah lulusan IPB.

4. Lalu dengan ini juga:

"Bagaimana dengan IPB? Ke mana ahli-ahli pertanian dan peternakan kebanggan bangsa? Di mana agrikultur Indonesia?"

Maaf ya mbak, IPB bukan cuma pertanian, banyak jurusan yang dipelajari seperti Kedokteran hewan, Kehutanan, Perikanan, MIPA, Ekonomi hingga Ekologi Manusia. Kemana? Saya yakin mereka semua sedang menjadi orang yang sukses pada bidangnya. Saya tanya balik sama mbak, apakah harus kita benar-benar berkarya dengan titel sarjana yang kita peroleh. Ada kok dokter yang jadi artis dan penyanyi, ada juga ahli hukum yang jadi artis juga plus jadi anggota dewan, bebas khan, ngga ada kebijakan mengekang yang menghambat seorang manusia dalam mengembangkan kemampuannya.

IPB juga menjadi inovator terbaik kok dalam masing-masing bidangnya, coba tengok di sini: http://innov.ipb.ac.id/ (kalau mau bukti ya). Beberapa sudah ada implementasinya namun sangat butuh dukungan pemerintah yang bisa menyebarkan hasil inovasi ini sehingga berguna bagi masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun