Mohon tunggu...
Akbar Muhibar
Akbar Muhibar Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa, Blogger dan Vlogger

Penyuka seni suara dan seni membaca terbalik. Saat ini juga menjadi penulis di akbarjourney.com dan vlog akbarjourney.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bangkitkan Nasionalisme Dari Iklan

12 Juni 2014   05:17 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:08 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan Penulis: Tulisan ini murni tulisan sendiri. Bukan tugas yang berhubungan dengan periklanan ataupun tugas mahasiswa lainnya *meskipun saya sendiri juga mahasiswa. Kadang-kadang juga kesel ngeliat mahasiswa bikin tugas tapi copy paste bahan dari internet sembarangan ngga pake diolah lagi. Jadi mimin please tulisan ini dibaca dulu yah, jangan dihapus langsung, hehehe... Mudah-mudahan memberikan pemikiran baru bagi pembaca. ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dunia Dalam Berita - Berita tersohor sebagai alaram anak-anak tidur, besok sekolah! | Penyiaranpublik.org

Akhir-akhir ini tayangan televisi menjadi sorotan masyarakat seluruh Indonesia. Sebut saja karena pemilu yang akan hadir sesaat lagi, tepatnya menghantui swing votter kayak saya ini, hehehe. Ketidak berimbangan televisi dalam menayangkan beritanya juga menjadi perhatian menarik betapa tidak merdekanya bila kita bekerja di media yang memiliki pengaruh besar. Mungkin di televisi ada beberapa tayangan yang memang populer ditonton setiap harinya. Daftar ini saya buat dengan asumsi yang nonton di rumah itu ibu saya dan pengalaman saya nonton tv selama 14 tahun punya tv. 1. Gossip. Terkadang yang membuat saya heran, kenapa program gossip bisa lebih pagi daripada berita di TV? Mengangkat fakta dan opini yang tidak jelas batasannya (istilahnya bisa dibilang "digoreng") oleh kru infotainment ini. Siapa sangka, mulai dari kucing peliharaan selebritis, hingga apa ikat pinggang yang mereka pakai bisa menjadi bahasan lezat para pencinta gossip pada pagi hingga sore hari. Apalagi tentang pernikahan dan perceraian... Mungkin setengah jam anda akan menyaksikan satu tema bahasan yang dilihat dari sisi yang berbeda-beda. Mungkin ada yang benci dengan pemberitaan yang berlebihan pada acara gossip ini. Tapi percayalah, dengan melihat tayangan ini, salah satu kemampuan anda akan bertambah, yaitu "Sense of Kepo" 2. Sinetron. Perkembangan sinetron Indonesia sangat melesat semenjak dahulu. Mulai sinetron mini seri yang hanya 4-5 episode tiap minggunya hingga rantai sinetron yang tidak putus-putus dan melegenda seantro jagad negeri ini, sebut saja pemegang rekor bertahan sinetron terpanjang hingga saat ini yaitu Tersanjung 1-7 dan di tempat kedua, Cinta Fitri 1-5.  Ada juga kategori sinetron yang bahasan ceritanya tidak pernah lari dari hal ini, sebut saja mereka itu: percintaan, kecelakaan, polisi, hukum dan kebencian! (termasuk didalamnya iri, dengki dan perebutan harta warisan. red) Pernah denger sinetron yang mengandalkan pemain dari satu rumah produksi saja hingga sinetron yang ceitanya jiplakan? Saksikan saja mereka di kedua televisi swasta tertua di Indonesia ini (sok, dicek sendiri, kalau saya mah udah rebut remote dan tuker ke channel lainnya). 3. Berita. Yup, salah satu komoditi yang sebenarnya sunnah ada di TV, karena dilihat dari porsi acaranya ngga terlalu besar, hanya sekitar satu hingga satu setengah jam sekali tayang. Kira-kira total jam tayangnya cuma 4 1/2 jam setiap harinya. Kalau dulu, semua berita dikontrol oleh pemerintah. Anda kenal programa "Dunia Dalam Berita"? Ya, dulu programa dari TVRI ini harus direlay oleh stasiun tv lainnya demi menjaga cakupan informasi dan satu pandangan yang sama tentang berita tersebut. Kalau menurut saya ini salah satu hal yang positif dari jaman orde baru yang sukses menekan tingkat ghibah yang sekarang sangat tinggi di republik ini. Saat ini ada beberapa televisi yang memang menyebut dirinya televisi berita, lihat saja televisi merah dan biru *nyebutnya gitu biar ngga dibilang iklan*. Kalau dari pandangan mata saya televisi yang merah kalau ada sebuah kejadian penting, cara membahasnya berasa seperti gosip, panas, membara dan bertabur opini yang dipelintir kemana-mana. Televisi biru? ya... sepertinya lebih beragam dari konten berita, semuanya up to date, tidak ada pengulangan bertabur opini, tapi sayangnya monoton dan tidak kreatif. 4. Iklan. Nah ini sebenarnya inti dari artikel ini. Iklan. Kalau dilihat-lihat, setiap 15 menit acara, ada jeda tayang iklan 5 menit pula. Meskipun durasi masing-masing iklan beragam ada dari yang 15 detik, 30 detik, hingga 1 menit, namun jika di total kasar semuanya akan menjadi sebuah durasi yang fantastis. Ngga percaya, mari kita hitung-hitungan bentar. jika dalam 15 menit ada jeda iklan 5 menit, maka dalam satu jam ada slot iklan sebanyak 2o menit. Jika sehari ada 24 jam, maka ada 480 menit, alias 8 jam sehari kita menyaksikan iklan. Jumlah ini jauh dibandingkan kita nonton gossip yang hanya 30 menit kedepan, sinetron primetime yang hanya 2 jam ataupun berita yang hanya 1 jam saja (kecuali tipi merah dan biru. red). Sebut saja peranan iklan dalam menyebarkan informasi pada konsumen berupa produk dan jasa yang memang kita sama-sama tahu dari dahulu. Tapi ini masa pemilu cuy! Did you know? Iklan bisa menjadi salah satu cara menggaet swing votter kayak saya. Maka diperlukan branding yang mumpuni untuk "membrainwash" pemikiran para pemilih. Anda pernah kenal yang namanya iklan moral? Sepertinya Anda sudah pernah menyaksikan iklan yang berasal dari negeri tetangga, Thailand. Iklan yang diproduksi di sana memang sering bertemakan tentang kehidupan yang dekat dengan kita *sebut saja bisa membuat Anda berurai airmata satu gayung*. Namun karena hal itu, mereka berhasil mengetuk hati kita yang paling dalam. Terkadang setelah menonton iklan tersebut juga bisa membuat kita istighfar dan kembali intropeksi diri tentang apa yang telah kita lakukan. Kalau soal branding produk? ya... di iklan jenis ini branding produk hanya sesaat sepersekian detik di akhir tayangan iklan. Walhasil di Thailand, branding produk dilakukan sesering-seringnya pada program in house seperti kuis dan talkshow. Jadinya begini: Acara ini dipersembahkan oleh... ... dan selama satu menit, tayangan anda akan penuh dengan merk produk dengan tulisan ulat berbulu, bergantian dan bagi Anda yang rentan dengan gambar berkedip-kedip, mungkin akan langsung mematikannya. Okay, tentu aja sebagai negara kepulauan terbesar di dunia ngga mau kalah lah, kita punya gengsi toh! Masa kalah sama negara yang ngga pernah perang sama penjajah *meskipun sekarang Thailand sedang menghadapi kudeta yang kesekian kalinya (mudah-mudahan berlangsung damai dan tentram)*. Indonesia dengan tenaga kreatifnya bisa membentuk paradigma baru dalam kegiatan periklanan. Sebenarnya ini bukan hal baru di Indonesia, namun sudah lama tenggelam karena tingginya minat masyarakatnya sebagai konsumen, sehingga pembuat iklan lebih menekankan pada produk dan kegunaannya. Dahulu iklan dibuat dengan mengandalkan kedekatan pada budaya, sehingga lebih dekat dengan masyarakatnya, baik dari aspek visual maupun audionya. Contoh: Visual yang bertemakan salah satu budaya di Indonesia dengan diiringi audio dari alat musik tradisional budaya tersebut. Kalau menurut saya, hal ini disebut "Iklan Nasionalisme" Kalau menurut saya yang tergolong iklan nasionalisme ini adalah: 1. Iklan yang mengemas pesan produk dalam balutan budaya nusantara, baik itu produk asing maupun produk dalam negeri. 2. Iklan yang menyadarkan kita bahwa kita adalah bangsa yang besar dan mampu untuk mengubah dunia. Memberikan pandangan gotong royong yang dekat masyarakat. 3. Iklan yang membanggakan, dalam hal ini mirip propaganda positif terhadap keberlangsungan negeri ini sehingga mental-mental tempe yang sering disebut presiden soekarno, menjadi bangga dengan negeri ini. Sekaligus mental tempe berubah menjadi mental rendang yang nikmat kepenjuru dunia. 4. Iklan yang memberi pendidikan terhadap nasionalisme, budi pekerti dan akhlak kepada masyarakat, tentunya ini seuai dengan kepentigan produk tersebut *dan pastinya ini marak menjelang puasa*. Untuk contohnya lihat saja sebulan kedepan. 5. Iklan yang bikin merinding, menangis dan membuat perasaan teraduk-aduk bagaikan buat dodol. Catatan : Iklan yang ditampilkan tidak boleh melanggar Etika Pariwara Indonesia, alias EPI. Saya yakin, ngga bakalan merugikan membuat iklan nasionalisme seperti ini. Selain sebagai penggugah semangat dan iklan dalam arti sebenarnya, iklan ini juga berperan positif dalam pendokumentasian Indonesia yang sangat cepat sekali berubah. Barangkali calon presiden bisa bikin iklan begini? Bersyukurlah saya karena mereka juga berjuang demi memajukan negeri ini sehingga bisa lebih baik lagi. Bukan iklan pencitraan dan memojokkan individu dan bukan iklan yang penuh kepalsuan serta impian palsu. Jangan sekali-kali berbohong, sekali lancang ke ujian, seumur hidup orang tak percaya. Branding boleh ala asing, tapi konten harus 100% Indonesia. Oke! Selamat bertarung para calon capres, barangkali Anda salah satu orang yang berhasil mengambil kesempatan ini. Sincerely - Akbar Muhibar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun