Tiba di seberang benua bukan berarti takdir tersebut telah selesai, ada perjalanan panjang yang masih harus dilewati. Rintangan tak silih berganti dari hartanya dirampok, menjadi pelayan, hingga menelusuri padang pasir yang memiliki 1001 marabahaya yang tidak dapat diketahui tanpa naluri. Tetapi alam memberi restu padanya, ia belajar dari setiap langkahnya hingga berjumpa sang Alkemis. Ia belajar tentang Jiwa Dunia hingga ia mengetahui firasat baik atau buruknya suatu keadaan. Seribu marabahaya padang pasir akhirnya lenyap bahkan ketika ia menemukan cintanya dibawah terik matahari, di bawah pohon kurma, dan di sebelah ratusan danau dalam Oase padang pasir. Ia menemukan sesuatu yang lebih tua dari manusia dan lebih kuno dari semesta.
Pada akhirnya kedekatannya dengan sang Alkemis membawa dia pada takdir yang dituliskan tuhan dalam garis tangan seorang pengembara. Mimpi awal untuk menemukan harta karun di bagian Piramida, Mesir, pun tercapai walau pada akhirnya harta tersebut tidak ia jumpai disana. Sehingga sebuah kesadaran datang dari ucapan seorang perompak tentang harta tersebut ada di rumahmu, ditempatmu berasal. Makna pun dapat dirasakan menempuh kalbu bahwa sebenarnya perjalanan itu adalah hadiah paling nyata yang dirasa, pelajaran dari setiap sisi alam yang menjadikan manusia kaya. Mengerti dan memahami siklus dunia dan pada akhirnya membawa kita pada sebuah cinta tanpa alasan. “Karena ada hal-hal yang tidak perlu dipertanyakan, agar dirimu tidak kabur dari takdirmu.”
Mengambil sikap untuk berani mengambil keputusan dan menerima konsekuensi dari apa yang dipilih juga harus direlakan setiap jiwa manusia. Pada akhirnya manusia adalah para pengelana dengan masing-masing caranya. Dan mereka tidak sadar bahwa setiap individu berpengaruh pada alur jalannya dunia, siapapun dirinya. Maka capailah harta karun yang dituliskan tuhan pada dirimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H