Mohon tunggu...
Muhammad Dhiya
Muhammad Dhiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PAI

Saya suka melihat konten yang membahas mengenai perkembangan positif dari zaman yang kita hidup di dalamnya sekarang dan berusaha berkontribusi di zaman tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

"Amati, Catat, Benahi": Supervisi, 3 Pendekatan dan 3 Modelnya

3 April 2023   07:38 Diperbarui: 3 April 2023   07:53 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tuntunan arah yang benar meski diterpa arus  arah yang salah. Sumber: Unsplash/愚木混株 cdd20

Di dalam QS. Ad-Dzariyat: 55, Allah SWT berfirman:

وَذَكِّرْ فَاِنَّ الذِّكْرٰى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِيْنَ

“Teruslah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin.”

Saya ada sedikit cerita, tapi fiktif, untuk memberi gambaran terkait topik pembahasan kita sekarang ini: Andi adalah pegawai baru di salah satu perusahaan impiannya. Hari-hari pertama karirnya dipenuhi dengan semangat. Segala ambisi dan tenaganya digelontorkan untuk memberikan kinerja terbaik yang mungkin diberikan. Namun semua nampak berubah seiring berjalannya waktu; meski bukan meremehkan, Andi terkesan mengentengkan pekerjaannya –alih-alih mengerjakan dengan sepenuh hati, ia bercukup diri hanya dengan mengerjakan sesuai dengan kadar minimal ketuntasan beban kerja yang diberikannya. Dahulu Andi selalu menjadi orang pertama yang tepat waktu dalam mengumpulkan tugas; belakangan, ia justru mulai tidak jarang mengumpulkan tugas-tugas yang diberikannya beberapa menit sebelum jatuh deadline.

Manajer Andi tampaknya melihat ada kemunduran produktivitas perusahaannya dibanding sebelumnya. Demi mempertahankan standar kualitas yang tinggi, ia memerintahkan beberapa kepala bidang untuk mengawasi kinerja para pegawainya. Meski banyak ditemukan dinamika variabel yang terjadi antara para pegawai yang menjadi kemungkinan inti permasalahan, kinerja Andi lah yang lebih banyak disorot. Setalah mendapat laporan, Manajer tersebut memanggil Andi ke kantornya dan mendiskusikan perkara kemerosotan performa anak buahnya tersebut. Andi menjelaskan masalah yang dialaminya dan manajer memberikan solusi terkait kendala yang disampaikan Andi. Serampungnya diskusi, Andi menjadi kembali bersemangat dalam memberikan yang terbaik. Meski tentunya kita tidak tahu, berapa lama semangat tersebut akan bertahan, setidaknya untuk saat semangat kerjanya telah kembali.

Pada cerita singkat di atas, kita dapat melihat seklumit skenario pentingnya pengawasan terhadap sesama, terlebih bawahan. Bahasa lain dari pengawasan adalah istilah yang saya pakai untuk judul di atas dan yang menjadi pembahasan utama kita di sini, yaitu “supervisi”, yang mana pelakunya disebut dengan “supervisor”. Keduanya merupakan serapan dan adaptasi dari

            Supervisi merupakan kata yang serapan dari kata bahasa Inggris “supervision” yang pelakunya disebut “supervisor”. Terjemahan sederhananya adalah pengawasan. Kata supervisi cukup sering terdengar di dalam dunia pendidikan (lebih tepatnya mengarah kepada para pendidik). Tujuan supervisi, sebagaimana alasan mengapa seseorang mengawasi, adalah agar segala kesalahan dapat dikoreksi untuk kemudian dibenahi, sehingga segala hal yang dianggap kekurangan dapat ditindaklanjuti. Biasanya aktivitas supervisi dilaksanakan oleh atasan para pendidik; seperti, kepala sekolah, Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama, dsb. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa aktivitas tersebut juga dilakukan oleh sesama rekan kerja.

            Memang, secara ideal, pelaksanaan supervisi ini selalu bertujuan positif. Namun kerap kali didapati banyak pihak yang merasa lebih terbebani ketika dilaksanakannya kegiatan supervisi tersebut. Biasanya hal ini disebabkan karena mereka, para pendidik yang akan disupervisi pekerjaannya, merasa segan, sungkan, takut, canggung, gelisah, dsb. Maka dianjurkan bagi segenap supervisor untuk merencanakan pendekatan dan model supervisi yang sekiranya dapat mempermudah proses berjalannya supervisi. Salah satunya adalah dengan menerapkan pendekatan dan model supervisi yang tepat. Berikut akan saya berikan masing-masing tiga item untuk pendekatan, berikut modelnya:

Pendekatan:

  • Pendekatan secara Langsung

Supervisi melalui pendekatan ini menuntut supervisor untuk secara langsung memberikan arahan kepada bawahannya tanpa perantara. Pendekatan ini berasumsi bahwa pegawai tersebut belum begitu mahir di bidangnya, sehingga perlu diberi arahan secara langsung. Di sini kita pahami bahwa pendekatan ini lebih menjurus kepada praktiknya langsung.

  • Pendekatan secara Tidak Langsung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun