Mohon tunggu...
Amudi Sohuturon Lumban Gaol
Amudi Sohuturon Lumban Gaol Mohon Tunggu... -

Kata hanya berproduksi sedalam mulut, tak menyentuh isi pada rasa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nyanyian Tanaman Tak Bertuan

3 Juni 2014   20:46 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:45 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kami sang pohon bersama sang bunga, yg saling berpangku bersama para kawanan semak.

Tahun demi tahun berkelanjutan, kami tau.

Tapi pengetahuan kami adalah sebatas kami.

Tak sepandai mahluk mahluk berfikir yg kami kenal adalah "Tuan".

Kami tak bertuan.

Bahkan kami tak tau, kenapa kami tak bertuan.

Mungkin kami tanaman kedegilan,

sehingga tak satupun tuan sekedar memandang.

Lihat "tuan"!  Aku, adalah sang pohon, tinggiku menjulang.

Akarku menopang batang batang semak lemah,

menopang tangkai tangkai bunga terkulai.

Kami sesama teman yg tak bertuan.

Dalam hari kami selalu bercerita tentang musim.

Musim musim dimana kami hidup bergandengan,

dengan ringan walau tanpa bantuan "tuan".

Musim kemarin adalah hujan.

Sekarang mungkin kembali kekeringan,

mungkin juga tidak.

Namun walau tak punya pikir seperti tuan, kami selalu ikut kehendak Tuhan.

Bagaimana dengan para "tuan"?

Sudahkah "tuan" memastikan masa sekarang dan yang datang, dgn daya pikir sebagai tuan?

Kami dengar, tuan telah mengumbar janji janji tentang yg datang.

Dan menista masa lalu dan juga masa sekarang.

Atau kah sekedar pencitraan, atau sudah lupa Kebesaran Tuhan?

Kami tak mengerti, kami tak punya pikir yang berhaluan.

Berita itu hanya saja terdengar oleh tiupan angin melayang,

Dari jeritan saudara saudara kami yg tuan perbudak dipinggir jalan.

Teriakan yang tuan tidak pernah dengarkan,

Mereka menjerit  dipaku dengan gambar dan janji janji indah para tuan.

Mereka menjerit tuan,

Walau mereka tak berdarah seperti tuan,

Tapi mereka menjerit tuan,

"Sayang dan sia sia”,  kesempurnaan pikir milik para tuan tak bermanfaat bagi kami tanaman tak bertuan.

Anda hiraukan tugas yang seharusnya anda pikul sebagai ”para tuan”.

Anda tak bernurani  dan juga tak bernaluri akan pekerjaan yang telah Tuhan berikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun