“Duh panasnya, gerah..!” Begitulah seringkali saya mendengar salah satu tetangga kamar kos saya mengeluh dengan suara yang keras. Namun demikian, selanjutnya dia langsung menghidupkan televisinya dengan volume suara yang full tanpa memedulikan tetangga samping kamarnya. Bug Bug Bug Der, suara musik dari salah satu acara musik dari kotak ajaib bernama televisi itu semakin menambah panasnya suasana. Panas karena cuaca, panas telinga karena mendengar keluhannya serta suara musik yang mengalun keras. Amboi, panasnya suasana Jakarta siang ini bertambah-tambah. Dan bertambah-tambah lagi ketika hati ini juga ikutan panas karena kesal “dipaksa” harus ikut “menikmati” lengkingan si kotak ajaib itu.
Tidak pagi, siang bahkan di malam haripun ketika dia baru datang dari tempat kerja, si kotak ajaib langsung dihidupkannya dengan suara yang cukup membuat kuping mengkerut dan membuat kenyamanan istirahat saya terganggu. Polusi suara…!
Jika sudah begitu, saya hanya bisa pasrah, mencoba ikut menikmati (tanpa harus ingin ikut-ikutan untuk membiasakannya) dan berharap serta berdoa agar tetangga kamar saya ini diberi kesadaran jika sikapnya seringkali mengganggu tetangga kamarnya.
Pernah di suatu malam, ketika saya sudah tidur dan akhirnya terbangun karena mendengar lengkingan si kotak ajaib yang dihidupkannya, saking kesal dan kondisi badan sedang down akhirnya saya pun menghidupkan MP3 HP saya dengan volume suara full. Saya hidupkan murottal Ahmed Saud saya dengan volume suara yang full . Bertambahlah polusi udara, aih, tambih teu pararuguh rarasaan! Maksud hati adalah membuat tandingan agar dia menyadari jika volume suara televisinya sudah mengganggu. Tapi dengan segala kesadaran, akhirnya saya tidak berlama-lama melakukan hal bodoh tersebut. Mengalah lagi.
Bersambung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H