BERPUASA BUKAN BANYAK TIDUR
Oleh Armin Mustamin Toputiri
Puasa di hari pertama Ramadhan telah rampung, namun mungkin patut disayangkan karena sebagian waktu saya habiskan dengan banyak tidur. Saya seolah tidak jujur pada diri sendiri, karena membawa puasa ke dalam lingkungan kehidupan yang ekslusif. Padahal puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tapi memiliki makna nilai inklusif dalam kehidupan nyata. Nabi Muhammad SAW mencontohkan, saat berpuasa pun ia tetap saja memimpin perang.
Tapi saya menduga, di hari pertama puasa, bukan hanya saya yang menguras waktu dengan banyak tidur. Mungkin banyak ummat muslim juga melakukan hal yang sama. Bukan karena tak jujur pada diri, tapi kondisi fisik secara manusiawi yang seolah “takjub”. Mengajak tidur. Tubuh kita sebelas bulan dimanfaatkan sepuasnya mempertaruhkan hidup. Berbuat sesuka hati, makan minum sepuasnya, tapi sebulan ini diganjar untuk dikendalikan masing-masing.
Mungkin karena faktor itu, fisik seolah menghadapi guncangan psikis. Sebelas bulan, perut setiap hari menerima saripati makanan sesuai selera atau kemampuan, tiba-tiba saja harus diperhadapkan keadaan yang bukan seperti kebiasaan itu. Makanya, di hari pertama puasa, rasa kantuk sulit di bendung. Bagi perokok berat seperti saya, terlebih lagi. Bukan tak kuat menahan tidak merokok, tetapi kebiasaan yang selalu memanggil, tapi mesti dilawan.
Kalau saya menyelinap masuk kamar, lalu diam-diam merokok untuk membatalkan puasa, siapakah gerangan yang mau menegur bahkan memarahi saya, apalagi tak ada orang yang melihat saya merokok dalam kamar saat bulan puasa. Tapi kenapa saya tidak melakukannya, karena saya sedang mencoba berjujur pada diri. Satu dari banyak hikmah berpuasa memang bermuara ke sana. Banyak hikmah lain yang bertebaran, silahkan masing-masing memaknai.
Berdasar pemahaman itu, saya menyayangkan diri jika dihari pertama menjalani puasa lebih banyak waktu saya habiskan dengan tidur sepuasnya. Saya seolah tak jujur pada diri karena telah menjauhkan puasa dari realitas kehidupan. Menjauhkan puasa dari ragam corak hidup yang selalu menggoda hasrat duniawi. Saya telah menjauhkan makna puasa untuk terlibat dalam urusan negara dengan tetap berjujur diri, sekalipun tak ada KPK memantau saya.
Faisal-Makassar, 02 Ramadhan 1436 H/19 Juni 2015 M.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H