Mohon tunggu...
Armin Mustamin Toputiri
Armin Mustamin Toputiri Mohon Tunggu... Politisi - pekerja politik

Menuliskan gagasan karena ada rekaman realitas yang menggayut di benak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Puasa Ujian Kejujuran Diri (12)

30 Juni 2015   20:31 Diperbarui: 30 Juni 2015   20:31 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MEMBANTU IBU TUA MENYEBERANG

Oleh Armin Mustamin Toputiri

Seperti dilakukan oleh banyak orang, sore hari menunggu jadwal berbuka puasa, sisa waktu biasanya dimanfaatkan dengan kegiatan ringan dan menghibur. Minggu sore kemarin justru saya memanfaatkan berkunjung ke toko buku di salah satu pusat perbelanjaan di Makassar. Apalagi, saya memang sedang mencari sebuah buku terbitan terbaru. Kumpulan esai karya seorang cerpenis kawakan, Seno Gumira Ajidarma, yang diterbitkan Mizan, April 2015 lalu.

Beruntunglah karena setelah sekian menit menyisir susunan puluhan buku terbitan terbaru di toko buku itu, judul buku yang saya cari akhirnya ketemu juga. “Tiada Ojek di Paris”, judul buku itu. Pada bagian sampul belakang, termaktub ringkasan buku kumpulan esai bernas ini, bahwa semegah apapun Jakarta, tetapi masih juga terselip tukang ojek yang punya nurani. Ia bersedia mengantarkan Anda sampai tujuan meski harus berjuang melintasi kemacetan.

Saya membaca ringkasan buku itu di atas mobil dalam perjalanan pulang ke rumah, berburu waktu untuk berbuka puasa di rumah. Saat terjadi antrian laju kendaraan akibat macet, dari jarak dekat saya melihat seorang ibu tua ingin menyeberang jalan, tapi selalu terjegat oleh ramainya kendaraan yang melintas. Sontak saya teringat ringkasan buku yang berapa menit lalu saya baca. Makanya saya meminta anggota saya untuk menyeberangkan ibu tua itu.

“Kasihan, ibu tua itu perlu dibantu menyeberang. Tentu ia sama seperti kita, juga bergegas pulang untuk berbuka puasa bersama keluarganya di rumah”, ujar saya pada anggota ketika kembali ke mobil. Tapi heran, mimik muka anggota saya seolah berkata lain. “Ibu itu bukan mau pulang berbuka puasa, tapi ini hari minggu, ia mau masuk ibadah ke gereja sana”, jelas anggota saya. Ohw, tapi apakah menolong orang lain, mesti menanyakan agama dianutnya?

Faisal-Makassar, 12 Ramadhan 1436 H/29 Juni 2015 M.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun