Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Rizal Ramli Minta Pemerintah Bicara Jujur Soal Kondisi Fundamental Ekonomi Indonesia Saat ini

19 Desember 2014   17:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:57 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1418960416174868583

[caption id="attachment_342014" align="alignnone" width="600" caption="Ilustrasi/Abdul Muis Syam"][/caption]

DALAM seminggu terakhir, stamina Rupiah melemas. Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (16 Desember 2014) bahkan nyaris menyentuh level Rp.13.000 per Dolar AS.

Dan dalam kondisi rupiah yang sangat memprihatinkan seperti itu, pemerintah malah mengatakan fundamental ekonomi masih baik (sehat).

Padahal, menurut Dr. Rizal Ramli, nilai tukar Rupiah yang terus melemah dalam beberapa hari terakhir ini adalah akibat dari kurang sehatnya (tidak baiknya) fundamental ekonomi kita.

Dapat digambarkan secara sederhana, bahwa manusia bisa sakit karena lingkungannya kurang sehat. Begitu pun Rupiah sakit karena fundamental ekonomi kita kurang sehat.

Artinya, jika fundamental ekonomi kita berupa Neraca Perdagangan, Neraca Transaksi Berjalan, dan Neraca Pembayaran serta APBN benar-benar sehat, maka pengetatan suku bunga yang dilakukan Bank Sentral AS, Federal Reserve Bank bisa dihindari. Tapi kenyataannya, itu sulit dihindari, sehingga nilai tukar Rupiah pun anjlok.

Menurut Rizal Ramli, jika fundamental ekonomi sehat, maka rupiah tidak akan anjlok. Dan kalau sehat, mengapa Bank Indonesia intervensi Rp 5 Triliun hanya untuk menjaga rupiah agar tidak anjlok lebih dari Rp 13.000 per dolar, setelah sebelumnya rata-rata Rp 2,5 triliun per hari?

Mengenai hal tersebut juga ditegaskan Rizal Ramli, pada Kamis (17 Desember 2014), dalam akun Twitternya: “Kalo sehat, rupiah tidak anjlok. Klo sehat, mengapa Bank Indonesia intervensi kemarin 5T, sebelumnya 2,5T per hari. Bicara benar, cari solusi”

Terkait dengan melemahnya rupiah dalam beberapa hari ini, Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur ini pun menyayangkan menteri-menteri terkait di Kabinet Kerja saat ini hanya sibuk menyalahkan faktor-faktor internasional. Seharusnya, menurut Rizal, para menteri itu menjelaskan secara rinci apa yang akan dilakukan guna mengurangi quatro deficits secepatnya.

Menyalahkan faktor-faktor internasional yang dimaksud di antaranya, yakni Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro “menuding” penyebab pelemahan rupiah adalah lantaran menguatnya perekonomian Amerika Serikat. Ekspektasi perbaikan ekonomi Amerika yang lebih cepat dari perkiraan, kata Bambang, membuat investor menarik dananya dari negara berkembang (termasuk Indonesia) lalu menanamkannya di Amerika. “Ibaratnya, dolar Amerika pulang kampung,” kata Bambang.

Bambang juga menuding, faktor lain yang menyebabkan rupiah melemah adalah merosotnya mata uang Rusia, Rubel, terhadap dolar. Kondisi ini, kata Bambang, menyebabkan Rusia menaikkan suku bunga acuan hingga 650 basis point dari 10,5 ke 17 persen. “Implikasinya, investor pasti akan berpikir untuk memindahkan portofolio ke Rusia,” tuding Bambang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun