Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Dukung BOP, Profesor Ekologi ini Usul Pariwisata Raja Ampat Diprioritaskan Karena Bisa Ungguli Maladewa

25 Januari 2016   19:06 Diperbarui: 25 Januari 2016   19:48 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="(Ilustrasi/repro: Abdul Muis Syam)"][/caption]MENTERI Koordinator (Menko) Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli, bersama Menteri Pariwisata, Arief Yahya, saat ini sedang menggodok sebuah terobosan jitu bernama Badan Otorita Pariwisata (BOP), yang prosesnya kini telah berada pada tahap finalisasi di tangan Presiden dalam bentuk Keppres.

Selanjutnya, Badan Otorita Pariwisata inilah kemudian yang secara khusus dan fokus bertugas memaksimalkan dan mengoptimalkan pengelolaan di sektor pariwisata dengan menitik-beratkan pada upaya peningkatan kawasan destinasi.

"Supaya manajemennya efektif harus ada yang namanya one single destination one single management. Setiap tujuan wisata manajemennya satu. Dibentuk otoritas," tutur Rizal Ramli.

Meski demikian, tidak semua objek wisata yang ada di Indonesia ini dibentuk BOP. Hanya di beberapa daerah, Bali bahkan tidak termasuk, sebab Pulau Dewata ini dianggap telah terlalu “macet” (sudah sangat ramai) dikunjungi oleh para wisatawan.

Adapun kawasan wisata yang akan dibentuk BOP tersebut adalah, Danau Toba (Sumut), Tanjung Kelayang (Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (Jakarta), Candi Borobudur dan sekitarnya (Jateng), Gunung Bromo (Jatim), Mandalika (Lombok), Pulau Komodo (NTT), Pulau Wakatobi (Sultra), Pulau Morotai (Malut), Raja Ampat (Papua Barat).

Daerah-daerah itulah yang akan ditangani oleh BOP masing-masing. Dan tentunya para BOP tersebut akan berlomba-lomba dan “bersaing” untuk dapat menjadikan kawasan wisata yang dikelolanya sebagai destinasi unggulan selain Bali. Di mana pada akhirnya ini kemudian akan membuat para wisatawan bisa lebih bergairah (tidak jenuh) pada satu tempat saja karena telah memiliki banyak pilihan destinasi yang dikelola secara profesional.

Dan inilah sebuah terobosan jitu sekaligus langkah konkret yang dicetus oleh Menko Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli yang diserap sebagai program di Kementerian Pariwisata, yang kemudian sangat direspons oleh Presiden Jokowi karena dipandang sebagai salah satu upaya menuju kemandirian bangsa. Apalagi memang sektor Pariwisata ini merupakan penyumbang devisa terbesar keempat setelah minyak dan gas, batubara, serta kelapa sawit.

Pada 2014, devisa dari sektor minyak dan gas mencapai USD 32 Miliar, batubara USD 24 Miliar, dan devisa dari kelapa sawit USD 15 Miliar, sementara pariwisata hanya menyumbang devisa USD 10 Miliar.

Dari langkah terobosannya dalam membentuk BOP bersama Arief Yahya sebagai Menteri Pariwisata, Rizal Ramli selaku Menko Kemaritiman dan Sumber Daya pun kemudian menargetkan lima tahun ke depan jumlah wisatawan mancanegara akan mencapai 20 juta orang serta penerimaan devisa sebesar USD 20 Miliar.

Dan mengenai target ini, Rizal Ramli sudah mengawalinya dengan menambah 131 negara penerima Bebas Visa Kunjungan (BVK), dan hasilnya pada 3 bulan pertama telah terlihat pertumbuhan kunjungan turis telah mencapai 19% dari sebelumnya cuma berkisar 6 hingga 8%.

Menurut Rizal Ramli, sektor Pariwisata punya banyak multiplier effect. “Kalau sektor pariwisata tumbuh, maka industri perhubungan, kerajinan dan industri kreatif bakal tumbuh. Pariwisata itu adalah sektor yang bisa menjadi sumber devisa, dan pada suatu saat nanti terbesar di Tanah Air,” jelas Rizal Ramli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun