Kalau Trisakti yang sedang diperjuangkan oleh Presiden Jokowi saat ini, adalah mencakup 3 cita-cita yang menjadi kehendak rakyat menuju Indonesia Hebat, yakni:
TRISAKTI :
1. Berdaulat dalam bidang politik;
2. Berdikari dalam bidang ekonomi; dan
3. Berkepribadian dalam kebudayaan.
Sedangkan “Trisakit” yang sepertinya sedang diperjuangkan oleh JK saat ini, adalah juga mencakup 3 cita-cita, namun itu nampaknya hanya menjadi kehendak pribadi dan kelompok tertentu saja menuju Indonesia Hancur, yakni:
“TRISAKIT”
1. Berbisnis dalam bidang politik
2. “Bermuncikari” dalam bidang ekonomi, dan
3. Berkepribadian ganda sebagai pengusaha dan penguasa.
Disebut “TRISAKIT” karena ketiganya jika berhasil dilakukan, dilaksanakan dan diwujudkan dengan baik, maka diyakini hanya membuat hati rakyat menjadi tersakiti, juga dipastikan kedaulatan bangsa dan negara ini hanya dikuasai secara tidak SEHAT oleh orang-orang yang seolah-olah ingin berbakti dan mengabdikan dirinya secara tulus, tetapi terselip kepentingan besar untuk memperkaya diri dan kelompoknya saja dengan bermain cantik dan licik. Sehingga jika “TRISAKIT” ini dibiarkan menjadi sebuah “tradisi” di dalam setiap suksesi kepemimpinan di negeri ini, maka Indonesia hanya akan menemui KEHANCURAN.
Olehnya itu, jika dihubungkan dengan desakan keras JK yang bernada mengancam kepada Presiden Jokowi dengan melontarkan kalimat: “Pilih saya atau dia (Rizal Ramli)”, maka sesungguhnya inilah saat yang paling tepat buat Presiden Jokowi untuk benar-benar memilih yang mana: “Pilih Rizal Ramli atau JK” = “Pilih Trisakti atau Trisakit”?
Disebut saat yang paling tepat, sebab cita-cita “Trisakit” ini (mohon jangan salah eja) sebetulnya sudah berlangsung sejak 12 tahun silam, cuma di waktu itu rezim yang berkuasa tidaklah menjadikan Trisakti sebagai “landasan ideologi” di dalam kabinetnya.
Sehingganya, silakan Bapak Jokowi mengunakan hak prerogatif yang Bapak miliki sebagai presiden, dan rakyat saat ini ingin melihat Bapak Presiden berpihak dan memilih yang mana.
Dan setelah Bapak Presiden sudah memilih, maka di saat bersamaan rakyat tentu dengan sendirinya sudah mampu melihat dengan mata telanjang, tidak berandai-andai dan mengira-ngira lagi tentang posisi Bapak.
Atau dengan kata lain, ketika Bapak Presiden sudah memilih salah satu di antara keduanya, maka di saat itulah akan sangat terlihat di mana sesungguhnya keberpihakan serta kehormatan Bapak Presiden berada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H