Kedua, sejauh ini SS adalah salah satu pejabat atau menteri yang dinilai tak punya prestasi yang patut dibanggakan. Bahkan SS dianggap sebagai menteri yang lebih banyak membuat hidup rakyat makin terbebani, menaikkan BBM, mencabut subsidi listrik, dan lain sebagainya.
Olehnya itu, nama SS saat ini paling kuat disebut-sebut sebagai salah satu menteri yang akan di-eliminasi pada Reshuffle Kabinet Kerja jilid 2. Jadi kemungkinan besar, bisa diduga SS menjadikan masalah pencatutan itu hanya agar dapat terselamatkan dari eliminasi tersebut. Ini yang ketiga
Kemudian yang keempat, SS selama menjabat selaku Menteri ESDM dinilai cenderung lebih tunduk kepada Wapres JK daripada Presiden Jokowi. Hal ini dapat dilihat dari sikap keras kepala SS yang tak pernah mau menghadiri undangan rapat satu kali pun dari salah satu menteri “pilihan” Presiden Jokowi, yakni Rizal Ramli selaku Menko Kemaritiman dan Sumberdaya.
Dan kelima, pada saat ini publik mengetahui SS adalah pejabat yang pertama kali ngotot untuk melakukan perpanjangan kontrak karya dengan memberikan “lampu hijau” kepada PT. Freeport meski harus menabrak perundang-undangan atau peraturan yang telah ada.
Olehnya itu di mata publik, kelakuan SS serta SN ataupun sejumlah pejabat lain sejenisnya terkesan sebagai “pelacur” politik dalam pemerintahan, sebab dapat ditebak ada “pecatur” yang telah mengatur sekaligus bertindak sebagai beking di balik tindakan mereka yang kelihatan begitu berani dengan maksud untuk mencapai kepentingan masing-masing.
Jika benar demikian, maka tak salah kiranya jika Menko Rizal Ramli ketika ditanyai wartawan, menjawab, “Anggap aja rakyat Indonesia sedang dihibur oleh satu sinetron perang antar-geng. Nah, geng ini kadang-kadang berdamai, kadang perang, tergantung ‘hadiahnya’"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H