Olehnya itu, pihak-pihak yang sering menyebut kepretan Rizal Ramli hanya ngomong doang tanpa ada solusi, itu sangatlah keliru.
Sebab, semua yang menjadi kepretan Rizal Ramli itu sebetulnya adalah merupakan poin yang mengandung tawaran solusi guna mengatasi masalah yang selama ini dihadapi oleh bangsa ini, sekaligus sebagai upaya menuju perubahan yang sama diharapkan. Hanya saja, untuk merealisasikannya tentulah sangat diperlukan keberpihakan presiden.
Tuntutan untuk melakukan perubahan sesungguhnya merupakan hal yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Sebab, dari rezim ke rezim persekongkolan sejumlah pejabat negara dalam melakukan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme sudah sangat lama berlangsung dan terjalin hingga menguasai negeri ini. Olehnya itu, rakyat pun pasti sudah lama mendambakan adanya sosok pejabat yang bisa berani tampil sebagai pendobrak untuk membersihkan budaya KKN tersebut.
Dan Presiden Jokowi nampaknya sangat memahami tuntutan rakyat tersebut, dengan pertimbangan bahwa sosok yang bisa membantu mewujudkan tuntutan rakyat itu adalah hanya sosok yang berasal dari non-partisan (tak memihak pada partai tertentu).
Sehingganya, dengan penuh kesadaran tanpa dipengaruhi oleh pihak-pihak mana pun kecuali murni mendengar aspirasi dari rakyat, maka Presiden Jokowi pun akhirnya menggaet Rizal Ramli ke dalam Kabinet Kerja sebagai salah satu Menko agar dapat menjadi menteri terdepan sekaligus “penyerang utama” atau striker.
Dan, dengan posisi Rizal Ramli seperti itu, Presiden Jokowi tentu merasa lebih yakin mampu membawa Indonesia menjadi negara yang benar-benar HEBAT dengan kemandiriannya, yang tidak diinjak-injak oleh bangsa asing, paling tidak bisa memperbaiki sistem yang telah terlanjur dirusak oleh pejabat-pejabat bermental perampok. Semoga!
(Ilustrasi: Abdul Muis Syam)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H