Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Laman Web ini Membenarkan Adanya Hubungan Kerajaan Bisnis Keluarga JK-Lino

12 November 2015   11:55 Diperbarui: 12 November 2015   11:55 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara pribadi, RJ Lino memang mungkin tidak punya saham di Bukaka, namun Lino merasa punya pengaruh kuat karena dikabarkan saham mayoritas di Bukaka adalah dikuasai oleh Armadeus Acquisitions yang tak lain adalah menantu Lino, yakni Mohd Ezra Effendi.

Olehnya itu boleh jadi, Lino merasa punya “derajat” dan kekuasaan lebih tinggi daripada JK. Parahnya, JK sendiri yang sepertinya memang memperlakukan Lino seolah-olah sebagai atasannya.

Yakni ketika ruangannya digeledah oleh Bareskrim-Polri, pada Jumat 28 Agustus 2015, Lino nampak sangat kalut, mencak-mencak dan langsung sibuk menghubungi sejumlah menteri, termasuk Sofyan Djalil. Sofyan yang dinilai sebagai loyalis JK ini seakan-akan “diperintah” Lino agar segera mengadu kepada Presiden Jokowi bahwa dia tak senang dengan penggeledahan itu.

Atas ulah Lino yang terkesan angkuh karena seolah-olah tak terima digeledah, dengan langsung telepon sana-sini, membuat Ruhut Sitompul ikut jadi kesal. Dalam ILC di TV-One, Ruhut menumpahkan kekesalan dengan mengatakan, “Saya ingin menggarisbawahi, kegaduhan pada waktu kemarin (saat penggeledahan) jelas Pak Lino biang kegaduhan. Untung dia nggak punya nomor teleponnya Tuhan, kalau ada dia telepon juga Tuhan.”

Mengetahui kegaduhan dan kekalutan Lino, JK yang ketika itu berada di Seoul, Korea Selatan, langsung bereaksi seolah-olah ingin membela seorang majikan. Atas penggeledahan itu JK mengakui sempat menelepon Budi Waseso (Buwas).

“Saya telepon waktu di Seoul, apa yang terjadi, dijelaskanlah apa yang terjadi,” ujar JK, Kamis (3/9/2015).

JK mengakui dalam telepon tersebut mewanti-wanti Buwas agar melihat kasus tersebut dengan jelas, jangan sampai masalah kebijakan dipidanakan. “Saya Cuma bilang, seperti biasa, ini kan kebijakan korporasi, ya jangan dipidanakan. Itu prinsip yang kita telah pakai dan sesuai aturan UU tentang administrasi pemerintahan,” jelas JK.

JK yang jauh-jauh dari Seoul namun masih sempat-sempatnya menelepon Buwas tentang penggeledahan yang membuat kalut Lino itupun dinilai sebagai intervensi dan upaya pembelaan dari JK. Meski JK membantah bahwa yang dilakukannya itu bukan intervensi.

Selanjutnya, mari kita tunggu, jika ada kasus serupa yang dialami oleh orang lain (rakyat), apakah JK sebagai Wapres juga akan sibuk menghubungi (menelepon) lagi pihak Polri???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun