Secara pribadi, RJ Lino memang mungkin tidak punya saham di Bukaka, namun Lino merasa punya pengaruh kuat karena dikabarkan saham mayoritas di Bukaka adalah dikuasai oleh Armadeus Acquisitions yang tak lain adalah menantu Lino, yakni Mohd Ezra Effendi.
Olehnya itu boleh jadi, Lino merasa punya “derajat” dan kekuasaan lebih tinggi daripada JK. Parahnya, JK sendiri yang sepertinya memang memperlakukan Lino seolah-olah sebagai atasannya.
Yakni ketika ruangannya digeledah oleh Bareskrim-Polri, pada Jumat 28 Agustus 2015, Lino nampak sangat kalut, mencak-mencak dan langsung sibuk menghubungi sejumlah menteri, termasuk Sofyan Djalil. Sofyan yang dinilai sebagai loyalis JK ini seakan-akan “diperintah” Lino agar segera mengadu kepada Presiden Jokowi bahwa dia tak senang dengan penggeledahan itu.
Atas ulah Lino yang terkesan angkuh karena seolah-olah tak terima digeledah, dengan langsung telepon sana-sini, membuat Ruhut Sitompul ikut jadi kesal. Dalam ILC di TV-One, Ruhut menumpahkan kekesalan dengan mengatakan, “Saya ingin menggarisbawahi, kegaduhan pada waktu kemarin (saat penggeledahan) jelas Pak Lino biang kegaduhan. Untung dia nggak punya nomor teleponnya Tuhan, kalau ada dia telepon juga Tuhan.”
Mengetahui kegaduhan dan kekalutan Lino, JK yang ketika itu berada di Seoul, Korea Selatan, langsung bereaksi seolah-olah ingin membela seorang majikan. Atas penggeledahan itu JK mengakui sempat menelepon Budi Waseso (Buwas).
“Saya telepon waktu di Seoul, apa yang terjadi, dijelaskanlah apa yang terjadi,” ujar JK, Kamis (3/9/2015).
JK mengakui dalam telepon tersebut mewanti-wanti Buwas agar melihat kasus tersebut dengan jelas, jangan sampai masalah kebijakan dipidanakan. “Saya Cuma bilang, seperti biasa, ini kan kebijakan korporasi, ya jangan dipidanakan. Itu prinsip yang kita telah pakai dan sesuai aturan UU tentang administrasi pemerintahan,” jelas JK.
JK yang jauh-jauh dari Seoul namun masih sempat-sempatnya menelepon Buwas tentang penggeledahan yang membuat kalut Lino itupun dinilai sebagai intervensi dan upaya pembelaan dari JK. Meski JK membantah bahwa yang dilakukannya itu bukan intervensi.
Selanjutnya, mari kita tunggu, jika ada kasus serupa yang dialami oleh orang lain (rakyat), apakah JK sebagai Wapres juga akan sibuk menghubungi (menelepon) lagi pihak Polri???
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H