Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Masa Depan Indonesia yang Hebat Kini Terlukis Di Mata Sang “Rajawali”

19 Oktober 2015   08:50 Diperbarui: 19 Oktober 2015   08:50 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


(Ilustrasi/Abdul Muis Syam)

ORANG-ORANG miskin, anak-anak terlantar dan seluruh rakyat yang susah hidupnya di negeri ini, sungguh telah sangat lama mendambakan perubahan. Salah satunya adalah perubahan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sayangnya, meski dengan jeritan, tangisan dan doa yang berirama penderitaan terus disuarakan, namun jeritan dan tangisan tersebut nampaknya hanya kerap dianggap bagai syair serta dongeng pengantar tidur oleh para pejabat negara di balik selimut hangat, di atas kasur empuk, dan di kamar yang amat sejuk. Sehingga perubahan yang sangat didambakan oleh rakyat itu pun hanya tertimbun oleh mimpi-mimpi indah sang pejabat.

Lihat saja, para pemimpin dan pejabat dari rezim ke rezim telah begitu banyak menghabiskan dan membelanjakan uang negara, namun hanya segelintir pihak yang dapat menikmati kemakmuran dan kesejahteraan di negeri yang kaya raya ini.

Bahkan hingga hari ini, sangat nampak sejumlah pejabat negara yang beratribut sebagai saudagar bersama koleganya membangun “kerajaan” bisnis dengan memanfaatkan kekuasaannya.

Artinya, melalui jabatan dan kewenangannya, mereka dapat leluasa membuat kebijakan seolah-olah itu adalah untuk kepentingan rakyat, namun melalui kebijakan tersebut sesungguhnya terselip kepentingan bisnis yang luar biasa besarnya untuk mereka.

Dan demi mewujudkan kepentingan bisnis pula, mereka bahkan secara diam-diam maupun terang-terangan tak tanggung-tanggung menggadaikan negara kepada negara asing. Misalnya melalui utang, atau teken kontrak eksploitasi sumber-sumber kekayaan alam negeri ini.

Hal tersebut membuat rakyat hanya malah menjadi babu di negeri sendiri. Karena kekayaan alam seperti emas, melalui kontrak sebagian besar diboyong ke negara luar, dan selebihnya dijual kembali ke rakyat Indonesia.

Kondisi yang memilukan tersebut adalah ulah para pejabat rakus yang kerap memanfaatkan logo Garuda di atas kertas dalam menerbitkan kebijakan lalu berdalih untuk kepentingan rakyat.

Padahal, semua itu mereka lakukan adalah untuk merampok uang dan kekayaan alam negara ini. Dan akibat dari semua itu, tentu saja membuat bangsa dan negara kita dicengkeram dan dikuasai oleh negara asing.

Dan sekali lagi, jeritan serta tangis penderitaan rakyat yang berkepanjangan itu pun tak mampu menghentikan ambisi dan kerakusan para pejabat bermental perampok tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun