Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Money

Demi Berdikari dalam Ekonomi (Trisakti), Rizal Ramli Genjot Kelapa Sawit

6 Oktober 2015   16:08 Diperbarui: 6 Oktober 2015   16:33 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DATA BPS menunjukkan kontribusi Perkebunan tahun 2014 dalam PDB (Produk Domestik Bruto) adalah sekitar 3,77 persen. Nilai ini sekaligus menempatkan Perkebunan pada urutan pertama di sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan.

Meski kontribusi bidang Perkebunan tersebut terbilang belum terlalu besar, namun subsektor ini merupakan penyedia bahan baku untuk sektor Industri, penyerap tenaga kerja, dan juga penghasil devisa.

Bahkan ketika krisis ekonomi melanda negeri ini, perkebunan sebagai subsektor pertanian cukup kuat menghadapi guncangan ekonomi. Dengan kata lain, Perkebunan di negeri ini mampu diandalkan untuk memulihkan kelesuan perekonomian nasional, terutama Perkebunan Sawit.

Artinya, sejauh ini kelapa sawit adalah merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia.

Sebab, kelapa sawit sesungguhnya adalah komoditas ekspor Indonesia yang berperan penting sebagai penghasil devisa negara sesudah minyak dan gas. Bahkan Indonesia adalah merupakan produsen sekaligus eksportir kelapa sawit terbesar di dunia.

Dari data yang ada menunjukkan, Indonesia dan Malaysia adalah dua negara yang berkontribusi 85 persen dari seluruh pasokan minyak sawit dunia. Indonesia memberi kontribusi 48 persen dari total volume produksi minyak sawit dunia, sedangkan Malaysia adalah 37 persen.

Sementara itu, ulasan GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) menyebutkan, produksi minyak sawit mentah/Crude Palm Oil (CPO) beserta turunannya pada akhir 2014 lalu mencapai 31,5 juta ton. Dan pencapaian ini tetap mengukuhkan posisi Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.

Dan dari capaian tersebut, jumlah tenaga kerja, petani, serta pihak lain dalam mata rantai industri kelapa sawit mencapai lebih 5 juta orang. Sedangkan sumbangan devisa ekspor produk minyak sawit mentah beserta turunannya pada 2014 mencapai sekitar 21 Miliar US Dolar berasal dari negara tujuan ekspor di antaranya India, negara Uni Eropa, China, dan bahkan Malaysia.

Indonesia investments juga pernah merilis ekspektasi produksi CPO lima besar dunia 2014. Yaitu:
1. Indonesia 33,5 juta ton;
2. Malaysia 20,35 juta ton;
3. Thailand 2,25 juta ton;
4. Kolombia 1,025 juta ton; dan
5. Nigeria 930 ribu ton.

Memahami semua hal tersebut di atas, Menko Kemaritiman dan Sumberdaya, Rizal Ramli, pun bertekad menggenjot lebih maksimal kelapa sawit sebagai sumberdaya “raksasa” yang dimiliki Indonesia agar bisa benar-benar mampu membuat Indonesia berdikari dalam bidang ekonomi.

Langkah “politik” pertama yang dilakukan Rizal Ramli, adalah dengan mengajak Malaysia untuk bersatu membentuk wadah baru, yakni bernama “Council of Palm Oil Producing Countries (CPO-PC)” atau Dewan Negara-negara Produsen Minyak Kelapa Sawit. Dan Malaysia pun menyatakan kesepakatannya terhadap pembentukan dewan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun