Jika KIH sudah dinilai lemah di tingkat parlemen, maka Jokowi-JK jangan sekali-kali membangun kabinet yang lemah pula. Para menteri yang akan mengisi kabinet harus dan haruslah benar-benar “berkelas” dan diyakini mampu menjalankan kementerian secara mantap dan terarah, bukan orang-orang yang baru belajar menjadi menteri. Ini sangat berbahaya bagi eksistensi pemerintahan Jokowi-JK. Sudah lemah di parlemen, lemah pula di tingkatan eksekutif.
Kinerja yang berkualitas tinggi dari para menteri nantinya secara otomatis akan menjadi “perisai” yang akan melindungi Pemerintahan Jokowi-JK dari “rencana buruk” KMP. Jika para menterinya berasal dari kelas “karbitan” yang tak punya mental dan pengalaman sebagai seorang ahli di bidangnya, maka inilah yang saya sebut sebagai malapetaka buat pemerintahan Jokowi-JK.
Sehingga itu, jika benar-benar ingin menjadikan Indonesia sebagai negara HEBAT, maka Jokowi-JK harus bisa memilih menteri dari “kelas atas”.
Kelas atas yang saya maksud adalah orang-orang pilihan. Yakni orang-orang yang benar-benar dinilai dan diyakini memiliki kualitas kemampuan, pengalaman, gagasan dan ide-ide cemerlang, serta keahlian yang tinggi dalam menangani dan menuntaskan persoalan-persoalan yang ditinggalkan oleh pemerintahan sebelumnya.
Beberapa bulan terakhir ini, saya bersama teman-teman jaringan seprofesi (jurnalis dan LSM) di sejumlah daerah misalnya di Sulawesi, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Ternate, dan Papua, menemukan sebuah aspirasi dan keinginan dari rakyat tentang siapa-siapa saja yang layak dijadikan menteri agar Jokowi-JK benar-benar bisa mewujudkan Indonesia Hebat.
Umumnya, masyarakat yang kami temui di lapangan merasa yakin Jokowi-JK akan sangat lebih mudah mewujudkan Indonesia Hebat apabila para menteri yang akan mengisi kabinet Jokowi-JK adalah orang-orang profesional “berlevel Presiden”.
Tidak banyak orang-orang profesional “berlevel Presiden” yang sangat layak dijadikan menteri. Di antaranya adalah:
1. Rizal Ramli (Capres Konvensi Rakyat)
2. Anies Baswedan (Capres Konvensi Demokrat)
3. Dahlan Iskan (Capres Konvensi Demokrat)
4. Yusril Ihza Mahendra (Capres Konvensi Rakyat)
5. Isran Noor (Capres Konvensi Rakyat)
6. Gita Wirjawan (Capres Konvensi Demokrat)
7. Dino Patti Jalal (Capres Konvensi Demokrat)
8. Surya Paloh (Pengusaha Media)
9. Hary Tanoesoedibjo (Pengusaha Media)
Jika dibanding dengan calon menteri lainnya, sembilan orang-orang “berlevel presiden” di atas itulah tentunya yang lebih dapat disebut sebagai orang-orang yang sangat “siap tempur” dan bekerja sebagai seorang menteri.
Selain dinilai telah memiliki kemampuan dan pengalaman serta kualitas keahlian yang tinggi, kesembilan orang itu juga sejauh ini memang telah memiliki konsep yang jelas berupa gagasan dan ide-ide dalam upaya membentuk Indonesia menjadi Hebat.
Kumpulkanlah mereka, dan satukanlah mereka dalam sebuah kabinet. Karena hanya dengan membentuk menteri yang “berlevel presiden”, Indonesia lebih berpeluang besar menjadi negara yang benar-benar hebat. Bukan orang-orang yang baru belajar menjadi menteri.