Mohon tunggu...
Dewi Amsika IF
Dewi Amsika IF Mohon Tunggu... Mahasiswa - MHS Unikama_210402080001

Mahasiswa Unikama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bukan Puting Beliung tapi Keluar Uang

2 Maret 2024   09:13 Diperbarui: 2 Maret 2024   09:29 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Fenomena puting beliung yang terjadi pada 21 Februari 2024, di Rancaekek Bandung, bukanlah fenomena alam yang pertama kali di Indonesia. Tahun lalu, di tempat yang sama yakni di Bandung, fenomena puting beliung juga terjadi. Di tahun 2022, puting beliung terjadi wilayah yang hampir sama. Yakni di Jawa Barat tepatnya di Tasikmalaya. Hingga tercatat di Indonesia sebanyak 11.456 fenomena puting beliung.

Menjadikan hampir semua tempat di Indonesia rawan untuk terkena dampak fenomena alam ini. Indonesia yang merupakan wilayah tropis, menjadikannya sebagai sasaran empuk untuk terjadi angin puting beliung. Hal ini dikarenakan, angin puting beliung terjadi karena adanya perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Sehingga meninmpa wilayah tropis yang terletak di antara garis balik utara dan selatan. Hal ini juga tidak akan terjadi pada wilayah yang berdekatan dengan garis khatulistiwa.

Ada beberapa hal yang perlu kita tandai untuk mengantisipasi terjadinya angin puting beliung. Seperti udara yang terasa panas dari malam menjelang pagi hari, setelahnya suhu yang tiba-tiba naik secara signifikan dari pagi menjelang siang hari. Lalu akan diikuti dengan terik matahari dan udara yang lembab. Setelahnya, langit akan berubah menjadi abu-abu hingga gelap hingga hembusan angin yang kuat. Kemudian muncul kolom udara berputar dari dasar awan hingga menyentuh permukaan bumi.

Pada saat yang sama, pada tanggal 21 Februari 2024, di wilayah yang berbeda, terjadi tanda-tanda yang sama. Langit yang gelap, hujan serta tiupan angin yang kuat. Meski tidak ada tanda-tanda munculnya kolom udara yang berputar, namun dengan angin yang kuat mampu memberi efek akan terjadinya angin puting beliung.

Di wilayah Jawa Timur, tepatnya Kota Malang, Sukun, salah satu rumah warga mengalami kerusakan karena tiupan angin yang lebat. Pada saat itu, diperkirakan pada pukul 14.00 terjadi hujan disertai dengan hembusan angin yang kuat. Seorang saksi mengatakan bahwa, "Angin hujan itu gak tentu arahnya. Onok sing nang ngalor, onok sing ngidul. Koyok bingung."

Saksi lain juga mengatakan, "Kuburan iku gak ketok. Peteng dedek." Dengan kondisi hujan lebat serta langit yang sudah menghitam, tidak ada satupun warga yang berani untuk keluar rumah. Termasuk korban, yang pada saat itu tengah bersantai. Korban yang bahkan tidak berani untuk menyalakan televisi, memilih diam di dalam kamarnya. Hingga korban merasakan rintik hujan yang begitu dekat. "Saya kan di kamar ya, di lantai satu. Tapi kok, suara jatuhnya hujan pas banget di atas gitu lo."

Korban yang merasa janggal, pergi untuk memeriksa lantai dua. Hingga sebelum menaiki tangga, air sudah mengalir di sana. "Banyu iku wes deres ndek ondo."

Karena hujan disertai angin lebat, atap lantai dua korban yang menggunakan asbes hilang. "Yo wes ke gowo angin. Udan angin ee gede." Rumah korban yang tidak beratap, menjadikannya banjir dari dalam rumah. Mulai dari lantai 2, hingga lantai 1.

Korban pada saat itu segera menyelamatkan barang-barang dan menyingkirkan barang yang beresiko berbahaya. Biaya perbaikanpun, diperkirakan mencapai Rp 800.000

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun